Selasa, 22 Agustus 2017

My Work : Kajian dan Analisis Dokumen Kurikulum




  Soal :
1.     Lakukan kajian terhadap dokumen salah satu dokumen kurikulum (sekolah/madrasah) pada SD/MA, SMP/MTs, atau SMA/MA. Berinkan penilaian dari segi kekuatan dan kelemahan dokumen tersebut, yang meliputi komponen tujuan, materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi. Analisis kekuatan dan kelemahan tersebut dari perspektif landasan filosofi, psikologi, sosiologisnya.

 Dokumen Kurikulum 2013 Di SMA/MA

Analisis Kelebihan dan Kekurangan:

a.    Tujuan
Dalam dokumen Kurikulum 2013 tertulis bahwa Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkonstribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.[1]
Apabila dikaitkan dengan berdasarkan landasan filosofis, tujuan kurikulum ini sudah tepat sebagaimana falsafah Negara dan falsafah lembaga pendidikan di Indonesia yaitu pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus mampu menumbuhkan nilai-nilai pancasila dalam jiwa peserta didik. Landasan filosofi pengembangan kurikulum 2013 adalah berakar pada budaya lokal dan bangsa, pandangan filsafat eksperimentalisme, rekonstruksi sosial, pandangan filsafat esensialisme dan perenialisme, pandangan filsafat eksistensialisme, dan romantik naturalisme.
Menurut pandangan filsafat ini, setiap individu peserta didik adalah unik, memiliki kebutuhan belajar yang unik, perlu mendapatkan perhatian secara individual, dan memiliki kebebasan untuk menentukan kehidupan mereka. Pada intinya kurikulum harus mampu mengembangkan seluruh potensi manusia yaitu menjadikan peserta didik sebagai manusia seutuhnya. Manusia yang memiliki kekuatan yang berguna bagi dirinya masyarakat, bangsa, dan negara.
Akan tetapi tidak semua sekolah mampu menerapkan pendidikan sesuai dengan tujuan. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum pendidikan terbaru. Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013 ini, karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-pelatihan dan pendidikan agar merubah paradigm guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif.
Ketidakmerataan pelatihan kurikulum juga menyebabkan penerapan kurikulum ini belum begitu optimal dilaksanakan. Sehingga tujuan kurikulum yang bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkonstribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia merupakan sesuatu yang berat untuk diaplikasikan.
b.   Materi
Komponen materi adalah komponen yang didesain untuk mencapai komponen tujuan. Yang dimaksud dengan komponen materi adalah bahan-bahan kajian yang terdiri dari ilmu pengetahuan, nilai, pengalaman dan keterampilan yang dikembangkan ke dalam proses pembelajaran guna mencapai komponen tujuan.
Materi kurikulum merupakan isi kurikulum. Undang-undang pendidikan menetapkan bahwa “Isi kurikulum merupakan bahan kajian dan pengajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan nasional”. Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program dari masing-masing bidang studi tersebut.
Menurut Nana Sujana (2002) isi kurikulum berkenaan dengan pengetahuan ilmiah dan pengalaman belajar yang harus diberikan kepada siswa untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Adapun isi materi pembelajaran dalam kurikulum 2013 harus memuat pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai.[2] Dengan adanya komponen-komponen tersebutlah yang menjadikan kurikulum 2013 bernilai lebih. Setiap materi pelajaran yang disusun tidak hanya memuat pengetahuan dan keterampilan saja, akan tetapi harus memuat materi yang mengandung penanaman sikap atau nilai terutama sikap keagamaan atau akhlak yang baik. Sehingga diharapkan peserta didik setelah belajar tidak hanya memahami tapi juga bisa mengamalkan atau mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berdasarkan landasan sosiologis sosilogis dalam pengembangan kurikulum, yang mana akan membuat mereka diterima oleh masyarakat karena selain berilmu juga memiliki sikap yang baik.
Adapun kekurangannya, tidak semua guru mampu menanamkan nilai atau sikap yang baik kepada peserta didik. Terkadang tidak semua guru bisa menjadi tauladan bagi siswa-siswanya, sehingga akan menghambat proses penannaman sikap yang baik bagi peserta didik. Selain itu, memerlukan pengorganisasian materi pelajaran dengan baik dan persiapan keterampilan komunikasi yang prima serta materi pelajaranpun harus dikemas dengan baik sebelum pelaksanaan pembelajaran agar agar proses pembelajaran berjalan sesuai tujuan pembelajaran.
c.    Strategi/Metode Pembelajaran
Komponen metode atau strategi merupakan komponen yang cukup penting karena metode dan strategi yang digunakan dalam kurikulum tersebut menentukan apakah materi yang diberikan atau tujuan yang diharapkan dapat tercapai atau tidak. Dalam prakteknya, seorang guru harus dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif, menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi. Pemilihan atau pembuatan metode atau strategi dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat haruslah sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.
Ada berbagai strategi atau metode pembelajaran yang dapat digunakan pendidik dalam kegiatan pembelajaran, antara lain: metode ceramah, metode latihan, metode Tanya jawab, metode karya wisata, metode demonstrasi, metode sosiodrama, metode bermain peran, metode diskusi, metode resitasi, metode eksperimen, dan metode proyek.
Sesuai dengan kriteria pendekatan scientific pada kurikulum 2013, model yang digunakan ada 3 macam yaitu model discovery learning, model project based learning, dan model problem based learning.[3] Menurut Arends dalam Abbas, model PBL adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga ia bisa menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa serta meningkatkan kepercayaan diri.[4]
Baik meetode, strategi, ataupun model yang disebutkan diatas sudah tepat sesuai dengan landasan psikologi perkembangan kurikulum. Minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari kurikulum, yaitu psikologi perkembangan, karena peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses perkembangan, dan psikologi belajar karena kemajuan-kemajuan yang dialami peserta didik sebagian besar karena usaha belajar, baik berlangsung melalui proses peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahan masalah. Dalam model PBL, siswa bertanggung jawab atas belajarnya sendiri, karena keterampilan itu yang akan dibutuhkan olehnya kelak dalam kehidupan nyata. Ia menerapkan sesuatu yang telah diketahuinya, menemukan sesuatu yang perlu diketahuinya, dan mempelajari cara mendapatkan informasi yang dibutuhkan lewat berbagai sumber, termasuk sumber-sumber online, perpustakaan, dan para pakar.
Akan tetapi yang menjadi kekurangan dalam hal ini adalah tidak semua guru bisa mnerapkan semua metode, strategi ataupun model pembelajaran meskipun itu bagus dan cocok sesuai dengan pendekatan scientific pada kurikulum 2013.
d.   Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian – bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Kedua fungsi tersebut menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu tes dan nontes.[5]
Adapun dalam penilaian, kurikulum 2013 menekankan pada penilaian terhadap tiga komponen dalam proses. Tiga komponen tersebut adalah skill (keterampilan), knowledge (pengetahuan), dan attitude (prilaku). Tiga komponen itu didapatkan pada proses pembelajaran berlangsung. Yang demikian merupakan kelebihan dari kurikulum ini. Selain itu, kurikulum 2013 lebih mengedepankan penilaian otentik (penilaian yang sebenarnya). Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya dari nilai ujian saja tetapi juga didapat tetapi dari semua aspek yaitu dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain. Seluruh rangkaian pembelajaran siswa menjadi titik perhatian seorang pendidik dalam memberikan penilaian.
Akan tetapi Sistem penilaian ini dinilai guru terlalu rumit. Dalam kurikulum 2013, guru harus melakukan tiga bagian penilaian terhadap siswa, antara lain penilaian sikap, penilaian kognitif, dan penilaian keterampilan. Masing-masing penilaian masih dijabarkan lebih banyak, misalkan penilaian sikap yang terdiri atas penilaian observasi (kedisiplinan, kejujuran, peduli lingkungan, dsb), penilaian diri, penilaian teman sejawat, dan penilaian jurnal. Sistem penilaian yang banyak dan rumit tersebut harus diterapkan guru pada masing-masing siswa, per mata pelajaran, dan per kompetensi dasar.
Pada intinya kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, setiap kurikulum pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. oleh karena kita harus tetap mendukung upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia demi menciptakan peserta didik yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia dan sesuai dengan pancasila demi memenuhi perkembagan zaman.
2.      Lakukan pula analisis untuk melihat kelebihan dan kekurangan kurikulum tersebut dari sudut perinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

Prinsip dalam Pengembangan Kurikulum pada dasarnya terbagi dua, yaitu prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus. Prinsip-prinsip umum adalah prinsip-prinsip yang menjadi pertimbangan dan harus diperhatikan pada setiap pengembangan kurikulum oleh siapapun dan dimanapun. Adapun prinsip-prinsip umum meliputi:
a)        Prinsip Relevansi
Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevansi ke luar (eksternal) dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri (internal). Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian antara komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi, materi, atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang digunakan serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan. Relevansi internal ini menunjukkan keutuhan suatu kurikulum. Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian.
Relevansi Eksternal, yaitu tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum itu sendiri. Maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan masyarakat, yang menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja dalam masyarakat. Isi kurikulum mempersiapkan siswa sekarang dan siswa yang akan datang untuk tugas yang ada dalam perkembangan masyarakat. 
Ada 4 macam relevansi eksternal dalam pengembangan kurikulum: Pertama, relevan dengan lingkungan hidup peserta didik. Kedua, relevan  dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang akan datang. Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang berkembang. Ketiga, relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan. Artinya, bahwa apa yang diajarkan di sekolah harus mampu memenuhi dunia kerja. Keempat, relevan dengan ilmu pengetahuan. Artinya kemajuan pendidikan telah membuat maju pula dalam ilmu pengetahuan.
b)        Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur, tidak kaku, terutama dalam hal pelaksanaannya. Pada dasarnya kurikulum didesain untuk mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Meskipun demikian dalam hal strategi yag didalamnya mencakup metode atau teknik, kurikulum harus fleksibel. Dalam kurikulum harus terdapat suatu sistem tertentu yang mampu memberikan alternatif dalam pencapaian tujuannya melalui berbagai metode atau cara-cara tertentu yag sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu, tempat dimana kurikulum di terapkan.
c)         Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas artinya kurikulum itu dikembangkan secara  berkesinambungan. Kesinambungan ini meliputi sinambung antar kelas, maupun sinambung antar jenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar proses pendidikan atau belajar siswa bisa maju secara sistematis, pendidikan pada kelas atau jenjang yang lebih rendah harus menjadi dasar dan dilanjutkan pada kelas dan jenjang yang ada di atasnya.dengan demikian akan terhindar dari tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat awal siswa (prerequisite) untruk mengikuti pendidikan pada kelas atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, juga terhindar dari adanya pengulangan-pengulangan program dan aktivitas belajar yang tidak perlu (negatively over laping) yang bisa menimbulkan pemborosan waktu, tenaga, dan dana. Untuk itu, perlu adanya kerjasama diantara para pengembang kurikulum dari berbagai kelas dan jenjang pendidikan.
d)        Prinsip Efisiensi
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan aplikabilitasnya di lapangan. Kurikulum harus bisa diterapkan dalam praktek pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Oleh karena itu dalam proses pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum harus memahami terlebih dahulu situasi dan kondisi tempat dimana kurikulum itu akan digunakan, meskipun gambaran situasi dan kondisi situasi tempat itu tidak detail betul akan tetapi paling tidak gambaran umumnya harus diketahui. Pengetahuan akan tempat ini akan memandu pengembang kurikulum untuk mendesain kurikulum yang memenuhi prinsip praktis, memungkinkan untuk diterapkan.
Salah satu kriterianya praktis itu adalah efisien, tidak mahal. Hal ini mengingat sumber daya pendidikan, personil, dana, fasilitas, keberadaannya terbatas. Meskipun harus memenuhi prinsip murah tetapi tidak diterjemahkan sesuatu yang murahan, akan tetapi merujuk pada pengertian bahwa kurikulum itu harus dikembangkan secara efisien, tidak boros, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Ini menyiratkan bahwa akan terdapat keragaman tingkat kemampuan di berbagai daerah dan sekolah penyelenggara pendidikan yang sifatnya relatif.
e)         Prinsip Efektifitas
Prinsip ini merujuk pada pengertian bahwa kurikulum itu selalu berorientasi pada tujuan tertentu yang ingi dicapai. Kurikulum bisa dikatakan adalah instrumen untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu jenis dan karakteristik tujuan yang ingin dicapai harus jelas. Kejelasan tujuan akan mengarah dalam pemilihan dan penentuan isi, metode dan sistem evaluasi serta model konsep kurikulum yang akan digunakan. Disamping itu juga mengarahkan dan memudahkan dalam implementasi kurikulum.
Sedangkan Prinsip-prinsip khusus adalah prinsip-prinsip yang berhubungan dengan prinsip pengembangan masing-masing anatomi kurikulum yaitu meliputi:
a)      Prinsip berkenaan dengan tujuan pembelajaran
Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (khusus). Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:
1.      Ketentuan dan kebijakan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan stategi pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan.
2.      Survei mengenai persepsi orang tua/ masyarakat tentang kebutuhan mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka.
3.      Survai tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa.
4.      Survai tentang manpower (sumber daya manusia/ tenaga kerja).
5.      Pengalaman Negara-negara lain dalam masalah yang sama.
6.      Penelitian
b)     Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan untuk menentukan isi pendidikan/kurikulum, yaitu:
1.      Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar.
2.      Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
3.      Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah belajr, yaitu kognitif, sikap, dan keterampilan, diberikan secara simultan dalm urutan situasi belajar. Untuk hal tersebut diperlukan buku pedoman guru yang memberikan penjelasan tentang organisasi bahan dan alat pengajaran secara lebih mendetail.
4.      Prinsip berkenaan dengan proses belajar-mengajar
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan kegiatan proses belajar mengajar:
1.      Apakah metode/teknik belajar mengajar yang digunakan cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?
2.      Apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?
3.      Apakah metode/teknik tersebut dapat memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat?
4.      Apakah metode/teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
5.      Apakah metode/teknik  tersebut lebih mengaktifkan siswa, atau mengaktifkan guru atau kedua-duanya?
6.      Apakah metode/teknik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru?
7.      Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber belajar yang ada di rumah dan masyarakat?
8.      Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan “learning by doing” disamping “learning by seeing and knowing”.
5.      Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Beberapa prinsip yang dapat dijadikan pegangan untuk memilih dan mengunakan media dan alat bantu pembelajaran:
1.      Alat/media apa yang diperlukan? Apakah semuanya sudah tersedia? Bila alat tersebut tidak ada, apakah ada penggantinya?
2.      Kalau ada yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan bagaimana membuatnya, siapa yang membuat, pembiayaannya, serta waktu pembuatannya?
3.      Bagaimana pengorganisasian alat dan bahan pelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain?
4.      Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
5.      Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.
6.      Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
Penilaian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. Setidaknya ada tiga fase yang harus diperhatikan ketika merencanakan alat penilaian, menyusun alat penilaian, dan pengelolaan hasil penilaian.
Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum Berdasarkan Prinsip pengembangan Kurikulum;
Adapun beberapa keunggulan pada kurikulum 2013 ini adalah sebagai berikut:
1.      Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah. Hal ini sesuai dengan prinsip relevansi yang mana suatu kurikulum harus relevan dengan lingkungan hidup, relevan dengan zaman (situasi dan kondisi yang berkembang), serta relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan yang artinya bahwa apa yang di ajarkan di sekolah harus mampu  memenuhi dunia kerja.
2.      Adanya penilaian dari semua aspek meliputi nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain. Hal ini juga sesuai dengan prinsip relevansi yang mana suatu kurikulum harus relevan dengan perkembangan zaman. Suatu kurikulum bertujuan mempersiapkan siswa menghadapi tantangan zaman serta kerusakan moral, sehingga dengan adanya pendidikan karakter dan budi pekerti yang dikaitkan ke semua mata pelajaran atau program studi, maka diharapkan semua siswa memiliki budi pekerti atau akhlak yang baik.
3.      Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan pendidikan nasional. hal ini sesuai dengan prinsip efektifitas yakni selalu berorientasi pada tujuan tertentu yang ingin dicapai.
4.      Kurikulum ini sangat tanggap dengan fenomena dan perubahan sosial. Hal ini juga sesuai dengan prinsip relevansi yaitu relevan dengan perkembangan zaman.
5.      Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional. Hal ini sesuai dengan prinsip relevansi yang mana pengetahuan bukan satu-satunya aspek yang dinilai akan tetapi sikap dan keterampilan juga menjadi penilaian. Dalam kurikulum 2013 aspek yang lebih banyak di nilai adalah aspek sikap.
6.      Mengharuskan adanya remidiasi secara berkala. Hal ini sesuai dengan prinsip efektifitas yakni kurikulum harus berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai. Jika tujuan pembelajaran belum sesuai, maka pengulangan akan dilakukan.
7.      Sifat pembelajaran sangat kontekstual. Hal ini juga sesuai dengan prinsip relevansi dan fleksibilitas. Siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan dari membaca dari buku, akan tetapi guru sebagai fasilitator memberikan arahan dengan menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota kelurga dan masyarakat.
8.      Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap oleh pemerintah. Hal ini juga sesuai dengan prinsip efektifitas dan efisiensi. Efisien berarti siswa tidak dituntut untuk membeli buku karena telah tersedia.
Adapun beberapa kekurangan yang terdapat pada kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
1.      Guru banyak salah paham, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip relevansi yang mana
2.      Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan  kurikulum 2013 ini, belum begitu paham dengan konsep pendekatan Scientific dan keterampilan dalam merancang RPP sehingga  pembelajaran tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3.      Masih ada guru belum begitu mahir dalam menguasai penilaian autentik
4.      Hal yang di evaluasi terlalu banyak sehingga dalam melakukan penilaian memerlukan waktu yang tidak sedikit. Hal ini juga bertentangan dengan prinsip efisiensi.
5.      Beban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip efektifitas yang mana proses pembelajaran tidak sesuai dengan tujuan yang dicapai karena keterbatasan waktu.
6.      Tidak semua sekolah telah memilik sarana dan prasarana yang lengkap. Hal ini bertentangan dengan prinsip efektifitas, yang mana pembelajaran tidak bisa berjalan optimal dengan keterbatsan sarana dan prasarana.
7.      Masih ada guru yang belum  mahir menggunakan IT, hal ini bertentangan dengan prinsip relevansi yakni sesuai dengan perkembangan zaman.
8.      Perkembangan zaman menuntut siswa kreatif dan inovatif terutama dalam bidang teknologi, mengharuskan siswa mengerjakan tugas dengan bantuan jaringan internet.  Jika sekolah tidak menyediakan wifi gratis, siswa terpaksa menggunakan kuota sendiri, hal demikian juga bertentangan dengan prinsip efisiensi.


[1] Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 70 Tahun 2013.
[2] Sofan Amri, Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2013), h. 85-86
[3] Rudi Drajat, “Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013”. Model Pembelajaran, diakses dari http://ramkawat.wordpress.com/,  pada tanggal 8 Januari 2017.
[4] Sitiatava Rizema Putra, Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains (Jogjakarta:DIVA Press, 2013), 66-67.
[5] http://lesmananugraha.blogspot.co.id/2014/09/pengertian-kurikulum-dan-komponen.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku ; Yang Terlewatkan

  Tidak Mungkin dan Tidak Pernah Aku selalu melihatmu,Tapi kamu tidak. Aku selalu menatapmu,Tapi kamu tidak. Aku akan selalu ada untukm...