Selasa, 22 Agustus 2017

My Work



Soal: 
Apa saja pengaruh faktor internal dan eksternal dalam kepemimpinan LPI. Tentukan mana yang merupakan faktor penentu dalam kepemimpinan penddikan tersebut agar menjadi pemimpin yang berhasil?



BAB I
PENDAHULUAN

Sesuai fitrahnya  setiap manusia  dilahirkan sebagai orang bersih. Dia ingin berbuat yang terbaik bagi dirinya dan juga untuk orang lain serta lingkungannya. Dalam prosesnya, disamping karena faktor diri sendiri (internal) maka faktor eksternal  sangat mempengaruhi pembentukan karakter dan perilaku seseorang. Dari sinilah akan terbentuk pribadi yang terseleksi, apakah akan tumbuh menjadi pribadi yang biasa atau pribadi yang penuh dengan karakter seorang pemimpin.[1]
Pemimpin dipahami sebagai seorang pembina, penuntun, dan pengarah yang menghantarkan yang dipimpinnya menuju pada visi dan misi suatu organisasi. Seorang pemimpin tak lepas dari pengaruh kepemimpinannya. Dari pola kepemimpinannya dapat dilihat proses hubungan antarpribadi yang didalamnya terdapat unsur mengkoordinasi dan memotivasi, melalui proses komunikasi antarpribadi.
Seorang pemimpin yang baik diharapkan dapat memahami segala aspek prilaku kepemimpinan dan mengetahui kapan fungsi kepemimpinan diperlukan. Pemimpin yang baik perlu mimiliki tiga macam kesadaran, yaitu; Pertama, sadar kapan pemimpin itu diperlukan dalam situasi tertentu. Kedua, sadar akan perubahan dan tata nilai baik dalam lingkungan unit kerjanya maupun dalam masyarakat. Ketiga, sadar betapa pentingnya kepemimpinan efektif yang mampu menggerakkan orang lain bekerja seefektif mungkin.[2]
Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan usaha kerja sama serta memelihara iklim yang kondusif dalam kehidupan organisasi. Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang dapat mengintegrasikan orientasi tugas dengan orientasi hubungan manusia lainnya.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang pemimpin yang profesional di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Sehingga dalam menjalankan suatu kepemimpinan timbul kesamaan misi dan visi, baik antara pemimpin atau yang dipimpin.
Oleh karena itu banyak faktor ataupun penyebab sukses atau tidaknya kepemimpinan seseorang. Dalam tulisan ini akan dibahas apa saja pengaruh faktor internal dan eksternal dalam kepemimpinan dan apa saja factor yang menentukan keberhasilan seseorang dalam memimpin sebuah lembaga pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Faktor Kepemimpinan
Pengertian faktor menurut Kamus Besar bahasa Indonesia adalah hal (keadaan, peristiwa)  yang ikut menyebabkan (memengaruhi) terjadinya sesuatu. [3] Faktor juga dapat diartikan sebagai pendorong hal atau kondisi yg dapat mendorong atau menumbuhkan suatu kegiatan, usaha, atau produksi.
Adapun Kepemimpinan adalah cara pemimpin, perihal pemimpin.[4] Christopher F. Achua and Robert N. Lusier mendefinisikan kepemimpinan; Leadership is the influencing process of leaders and followers to achieve organizational objectives through change yaitu proses memengaruhi pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan organisasi melalui perubahan.[5] E. Mulyasa mendefinisikan kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.[6]
Dalam bidang pendidikan, Muzammil Qomar mendefinisikan bahwa hakikat kepemimpinann adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan.[7] Pemimpin diartikan sebagai seseorang yang berkemampuan mengarahkan pengikut-pengikutnya untuk bekerja bersama dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas yang diberikannya.[8]
Kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi prilaku pengikut untuk mencapai tujuan, dan mempengaruhi dalam memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan  juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas-aktifitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok.
Dengan demikian, kepemimpinan merupakan pangkal utama dan pertama yang menjadi penyebab daripada kegiatan, proses, atau kesediaan untuk merubah pandangan atau sikap daripada kelompok, orang-orang, baik dalam hubunngan organisasi formal maupun non formal.
B.       Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan
Kemampuan seorang pemimpin untuk berhasil di dalam kepemimpinannya tidak disebabkan oleh satu faktor saja. Keberhasilan seorang pemimpin didalam memimpin bisa dipengaruhi baik dari dalam dirinya sendiri (internal) maupun dari lingkungannya (eksternal), begitu pula dengan kegagalan seorang pemimpin bisa saja dipengaruhi oleh lingkungan ataupun memang dari dalam dirinya sendiri.
1.      Faktor Internal
Faktor Internal merupakan faktor-faktor yang lahir dari diri seorang pemimpin itu sendiri, karena sebagai seorang pribadi yang memiliki jiwa kepemimpinan, seorang pemimpin tentu memiliki karakter yang unik, karakter itu lah yang membedakan cara pandang seorang pemimpin kepada bawahannya. Seorang pemimpin memiliki komitmen organisasional yang kuat, visionary, disiplin yang tinggi, tidak melakukan kesalahan yang sama, antusias, berwawasan luas, kemampuan komunikasi yang tinggi, mampu memanajemen waktu, mampu menangani setiap tekanan, mampu berperan sebagai pendidik atau guru bagi bawahannya, empati, berpikir positif, memiliki dasar spiritual yang kuat, dan selalu siap melayani.[9] Faktor internal yang mempengaruhi kepemimpinan menurut Khairudin, yaitu:
a.     Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.[10]
Setiap pemimpin haruslah memiliki keperibadian yang baik, dalam hal ini kepribadian seorang pemimpin dapat dilihat dari dua aspek yakni sifat dan seni. Sifat merupakan hal yang telah ada pada dirinya sejak dia lahir, sifat memang sangat mempengaruhi seorang pemimpin dalam menentukan efektif atau tidak kepemimpinannya.
Pada Teori Sifat (Trait Theory) mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan sangat tergantung pada kehebatan karakter pemimpin. “Trait” atau sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik dan kemampuan social. Penganut teori ini yakin dengan memiliki keunggulan karakter di atas, maka seseorang akan memiliki kualitas kepemimpinan yang baik dan dapat menjadi pemimpin yang efektif.
Karakter yang harus dimiliki oleh seseorang menurut Judith R. Gordon mencakup kemampuan yang istimewa yaitu:
(1) Kemampuan Intelektual
(2) Kematangan Pribadi
(3) Pendidikan
(4) Status Sosial dan Ekonomi
(5) Human Relations
(6) Motivasi Intrinsik dan
(7) Dorongan untuk maju (achievement drive)
Begitu pula dengan seni, yang merupakan bagian dari kepribadian sang pemimpin. Seni merupakn hal yang memang ada dalam setiap kepemimpinan seorang pemimpin tapi yang perlu di perhatikan adalah bahwa setiap orang memiliki gaya atau seni yang berbeda dalam kepemimpinannya.
b.    Prilaku Kepemimpinan
Pemimpin dalam melaksanakan tugas sehari-hari harus didasari oleh orientasi kepemimpinan yang mewarnai perilaku yang diterapkannya. Salah satu tinjauan tentang prilaku kepemimpinan yang diterapkan adalah prilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan prilaku kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan antar manusia (Gordon, 1990; Greenberg dan Baron, 1995).
Dalam Islam perilaku kepemimpinan juga banyak dibahas, diantaranya dalam Q.S Az-Zumar ayat 12 :
ßNöÏBé&ur ÷bL{ tbqä.r& tA¨rr& tûüÏHÍ>ó¡ßJø9$# ÇÊËÈ  
Artinya: “Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri".
Berdasarkan Ayat di atas, maka seorang pemimpin haruslah memiliki sifat kepeloporan. Selalu menjadi barisan terdepan (pioner) dalam memerankan perintah Islam. Kemudian pada Q.S Al-Fathir ayat 32:
§NèO $uZøOu÷rr& |=»tGÅ3ø9$# tûïÏ%©!$# $uZøŠxÿsÜô¹$# ô`ÏB $tRÏŠ$t7Ïã ( óOßg÷YÏJsù ÒOÏ9$sß ¾ÏmÅ¡øÿuZÏj9 Nåk÷]ÏBur ÓÅÁtFø)B öNåk÷]ÏBur 7,Î/$y ÏNºuŽöyø9$$Î/ ÈbøŒÎ*Î/ «!$# 4 šÏ9ºsŒ uqèd ã@ôÒxÿø9$# 玍Î7x6ø9$# ÇÌËÈ  
Artinya: “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.
Maka seorang pemimpin haruslah berada pada posisi hamba-hamba Allah yang bersegera dalam berbuat kebajikan. Selain itu, seorang calon pemimpin haruslah orang yang memiliki figur keteladanan dalam dirinya, baik dalam hal ibadah, akhlaq, dsb. sebagaimana QS. Al-Ahzab ayat 21:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ  
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.(QS. Al-Ahzab: 21).
Maka seorang pemimpin haruslah menjadikan Rasulullah sebagai teladan bagi dirinya. Sehingga, meskipun tidak akan mencapai titik kesempurnaan, paling tidak ia mampu menampilkan akhlaq yang baik layaknya Rasulullah. Sebagiman QS. Al-Qalam ayat 4:
 y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ  
Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS.Al-Qalam: 4)
Maka seorang pemimpin haruslah memiliki akhlaq yang mulia (akhlaqul karimah), sehingga dengannya mampu membawa perubahan dan perbaikan dalam kehidupan sosial masyarakat. Faktor akhlaq adalah masalah paling mendasar dalam kepemimpinan. Walaupun seorang pemimpin memiliki kecerdasan intelektual yang luar biasa, tetapi apabila tidak dikontrol melalui akhlaq yang baik, maka ia justru akan membawa kerusakan (fasada) dan kehancuran.
Untuk suri tauladan seorang pemimpin Rasulullah SAW juga sudah menegaskan :
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُسْهِرٍ حَدَّثَنِي عَبَّادُ بْنُ عَبَّادٍ الْخَوَّاصُ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي عَمْرٍو السَّيْبَانِيِّ عَنْ عَمْرِو بْنِ عَبْدِ اللَّهِ السَّيْبَانِيِّ عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: لَا يَقُصُّ إِلَّا أَمِيرٌ أَوْ مَأْمُورٌ أَوْ مُخْتَالٌ. (رواه مسلم).
Rasulullah saw bersabda: Tidak ada yang berhak untuk memberikan ceramah (nasehat/cerita hikmah) kecuali seorang pemimpin, atau orang yang mendapatkan izin untuk itu (ma’mur), atau memang orang yang sombong  dan haus kedudukan. (HR. Muslim).
Hadis ini bukan berarti hanya pemimpin yang berhak memberi nasehat kepada umat, melainkan hadis ini mengandung pesan bahwa seorang pemimpin seharusnya bisa memberikan suri tauladan yang baik kepada umatnya. Karena yang dimaksud ceramah disini bukan dalam arti ceramah lantas memberi wejangan kepada umat, akan tetapi yang dimaksud ceramah itu adalah sebuah sikap yang perlu dicontohkan kepada umatnya. Seorang penceramah yang baik dan betul-betul penceramah tentunya bukan dari orang sembarangan, melainkan dari orang-orang terpilih yang baik akhlaqnya. Begitu pula dalam hadis ini, pemimpin yang berhak memberikan ceramah itu pemimpin yang memiliki akhlaq terpuji sehingga akhlaqnya bisa menjadi tauladan bagi rakyatnya.[11]
c.     Kemampuan Intelektual
Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan intelektual, emosional, dan keterampilan yang akan menjadikan seorang pemimpin memiliki nilai tambah. Menurut Sekretaris Daerah Prov Jatim, Dr H Rasiyo secara intelektual, pemimpin harus memiliki kemampuan menganalisis permasalahan dan memecahkan permasalahan secara tepat. Sedangkan secara emosional, pemimpin harus memiliki emosional yang tangguh, percaya kepada orang lain, dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi manakala berhadapan dengan publik.
Seorang calon pemimpin haruslah memiliki kecerdasan, baik secara emosional (EQ), spiritual (SQ) maupun intelektual (IQ). Dalam hadits Rasulullah melalui jalan shahabat Ibnu Abbas RA, bersabda:
"Orang yang pintar (al-kayyis) adalah orang yang mampu menguasai dirinya dan beramal untuk kepentingan sesudah mati, dan orang yang bodoh (al-‘ajiz) adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan pandai berangan-angan atas Allah dengan segala angan-angan." (HR. Bukhari, Muslim, Al-Baihaqy)
Hadits ini mengandung isyarat bahwa seorang pemimpin haruslah orang yang mampu menguasai dirinya dan emosinya. Bersikap lembut, pemaaf, dan tidak mudah amarah. Dalam mengambil sikap dan keputusan, ia lebih mengutamakan hujjah Al-Qur'an dan Al-Hadits, daripada hanya sekedar nafsu dan keinginan-nya.[12] Ia akan menganalisa semua aspek dan faktor yang mempengaruhi penilaian dan pengambilan keputusan.
Selain itu dalam mengambil dan mengajukan diri untuk memegang suatu amanah, haruslah disesuaikan dengan kapasitas dan kapabilitas (kafa'ah) yang dimiliki sebagaimana QS. An-Nisa ayat 58 :
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù'tƒ br& (#rŠxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sŒÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# $­KÏèÏR /ä3ÝàÏètƒ ÿ¾ÏmÎ/ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿxœ #ZŽÅÁt/ ÇÎÑÈ  
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.”(Qs. An-Nisa:58).
2.      Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang terjadi karena adanya dorongan dari lingkungan atau berasal dari luar dirinya. Faktor ini biasanya terkait dengan status sosial, pendidikan, pekerjaan, harapan, ideologi, agama dll. Faktor-faktor itu tentu akan menentukan bagaimana cara pemimpin untuk mengatur dan mempengaruhinya. Jika bawahan itu adalah siswa, maka pemipimpin akan menjalankan pola kepemimpinan sesuai dengan karakter siswa, agar terjadi komunikasi yang lebih efektif antara pemimpin dan bawahan.[13]
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi kepemimpinan, antara lain:
a.       Politik
Politik merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi keefektifan kepemimpinan seseorang.Oleh karenanya seorang pemimpin harus mampu merangkul orang-orang yang ada disekitarnya. Dengan memiliki kepercayaan atau pun pandangan positif serta dukungan dari orang-orang yang ada disekitarnya baik itu keluarga, bawahan maupun rekan kerja maka kepemimpinannya akan berjalan dengan lancar.
b.      Otoritas Kepemimpinannya
Otoritas (authority) dapat dirumuskan sebagai kapasitas atasan, berdasarkan jabatan formal, untuk membuat keputusan yang mempengaruhi perilaku bawahan. Banyak orang memahami bahwa otoritas adalah sebuah bentuk kekuasaan seseorang atas diri orang lain. Pada waktu seseorang memiliki otoritas, misalnya di dalam lingkup pekerjaan tertentu, maka kekuasaan menjadi mutlak miliknya. Baik itu kekuasaan untuk mengatur, mengontrol atau memutuskan sesuatu. Tentu saja jika digunakan oleh orang yang tidak tepat atau memiliki motivasi yang tidak baik, maka otoritas tersebut tidak berfaedah untuk membangun sebuah sistem malah meruntuhkannya. Bukan hanya itu, otoritas di tangan orang yang tidak tepat, akan dapat disalahgunakan untuk menjajah orang lain, mencari keuntungan sendiri dan menghasilkan perlakuan atau tindakan semena-mena. Betapa baiknya otoritas untuk tujuan yang baik dan betapa buruknya otoritas untuk tujuan yang menyimpang. Otoritas haruslah berada di tangan orang yang tepat, yang mampu menggunakannya secara bertanggung-jawab. Otoritas dikatakan baik dan benar jika segala sesuatu berjalan dengan baik di dalam sebuah sistem pemerintahan, pekerjaan atau bahkan lingkup pelayanan.
c.       Rakyat
Rakyat adalah bagian dari suatu negara atau unsur penting dari suatu pemerintahan. Rakyat terdiri dari beberapa orang yang mempunyai ideologi yang sama dan tinggal di daerah atau pemerintahan yang sama dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama yaitu untuk membela negaranya bila diperlukan.[14] Oleh karenanya rakyat merupakan factor eksternal yang bisa mempengaruhi pemimpin, secara mendasar saja jika tidak ada rakyat maka tidak akan ada pemimpin. Pemimpin yang ialah Pemimpin yang menyesuaikan kepemimpinannya dengan keadaan rakyat yang ia pimpin, sebagaimana rasulullah bersabda :
حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَنَّ الْقَاسِمَ بْنَ مُخَيْمِرَةَ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَا مَرْيَمَ الْأَزْدِيَّ أَخْبَرَهُ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى مُعَاوِيَةَ فَقَالَ مَا أَنْعَمَنَا بِكَ أَبَا فُلَانٍ وَهِيَ كَلِمَةٌ تَقُولُهَا الْعَرَبُ فَقُلْتُ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ أُخْبِرُكَ بِهِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَاحْتَجَبَ دُونَ حَاجَتِهِمْ وَخَلَّتِهِمْ وَفَقْرِهِمْ احْتَجَبَ اللَّهُ عَنْهُ دُونَ حَاجَتِهِ وَخَلَّتِهِ وَفَقْرِهِ قَالَ فَجَعَلَ رَجُلًا عَلَى حَوَائِجِ النَّاسِ. (رواه ابو دود و الترمذي).
Artinya ; Abu maryam al’ azdy r.a berkata kepada muawiyah: saya telah mendengar rasulullah saw bersabda: siapa yang diserahi oleh allah mengatur kepentingan kaum muslimin, yang kemdian ia sembunyi dari hajat kepentingan mereka, maka allah akan menolak hajat kepentingan dan kebutuhannya pada hari qiyamat. Maka kemudian muawiyah mengangkat seorang untuk melayani segala hajat kebutuhan orang-orang (rakyat). (HR. Abu Dawud, Wa Tirmidzy)
Pemimpin sebagai pelayan dan rakyat sebagai tuan. Itulah kira-kira yang hendak disampaikan oleh hadis di atas. Meski tidak secara terang-terangan hadis di atas menyebutkan rakyat sebagai tuan dan pemimpin sebagai pelayan, namun setidaknya hadis ini hendak menegaskan bahwa islam memandang seorang pemimpin tidak lebih tinggi statusnya dari rakyat, karena hakekat pemimpin ialah melayani kepentingan rakyat. Sebagai seorang pelayan, ia tentu tidak beda dengan pelayan-pelayan lainnya yang bertugas melayani kebutuhan-kebutuhan majikannya. Seorang pelayan rumah tangga, misalkan, harus bertanggung jawab untuk melayani kebutuhan majikannya. Demikian juga seorang pelayan kepentingan rakyat harus bertanggung jawab untuk melayani seluruh kepentingan rakyatnya.
Dalam konteks indoensia, sosok pelayan yang bertugas untuk memenuhi kepentingan tuan rakyat ini adalah presiden, menteri, DPR, MPR, MA, bupati, walikota, gubernur, kepala desa, dan semua birokrasi yang mendukungnya. Mereka ini adalah orang-orang yang kita beri kepercayaan (tentunya melalui pemilu) untuk mengurus segala kepentingan dan kebutuhan kita sebagai rakyat.Karena itu, bila mereka tidak melaksanakan tugasnya sebagai pelayan rakyat, maka kita sebagai tuan berhak untuk memecat mereka dari jabatannya.[15]
Ada banyak hal yang mempengaruhi kepemimpinan itu, terlebih fakta oraganisasi satu dengan lainnya sangat beragam sehingga ada banyak hal yang mempengaruhi kepemimpinan. Adapun menurut Poernomosidhi Hadjisarosa (1980;33), faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan adalah sebagai berikut :
1.      Faktor Kemampuan Personal
Pengertian kemampuan adalah kombinasi antara potensi sejak pemimpin dilahirkan ke dunia sebagai manusia dan faktor pendidikan yang ia dapatkan. Jika seseorang lahir dengan kemampuan dasar kepemimpinan, ia akan lebih hebat jika mendapatkan perlakuan edukatif dari lingkungan, jika tidak, ia hanya akan menjadi pemimpin yang biasa dan standar. Sebaliknya jika manusia lahir tidak dengan potensi kepemimpinan namun mendapatkan perlakuan edukatif dari lingkunganya akan menjadi pemimpin dengan kemampuan yang standar pula. Dengan demikian antara potensi bawaan dan perlakuan edukatif lingkungan adalah dua hal tidak terpisahkan yang sangat menentukan hebatnya seorang pemimpin.
2.      Faktor Jabatan
Pengertian jabatan adalah struktur kekuasaan yang pemimpin duduki. Jabatan tidak dapat dihindari terlebih dalam kehidupan modern saat ini, semuanya seakan terstrukturifikasi. Dua orang mempunyai kemampuan kepemimpinan yang sama tetapi satu mempunyai jabatan dan yang lain tidak maka akan kalah pengaruh. sama-sama mempunyai jabatan tetapi tingkatannya tidak sama maka akan mempunyai pengaruh yang berbeda.

3.      Faktor Situasi dan Kondisi
Pengertian situasi adalah kondisi yang melingkupi perilaku kepemimpinan. Disaat situasi tidak menentu dan kacau akan lebih efektif jika hadir seorang pemimpin yang karismatik. Jika kebutuhan organisasi adalah sulit untuk maju karena anggota organisasi yang tidak berkepribadian progresif maka perlu pemimpin transformasional. Jika identitas yang akan dicitrakan oragnisasi adalah religiutas maka kehadiran pemimpin yang mempunyai kemampuan kepemimpinan spritual adalah hal yang sangat signifikan. Begitulah situasi berbicara, ia juga memilah dan memilih kemampuan para pemimpin, apakah ia hadir disaat yang tepat atau tidak.
C.    Faktor Penentu Kesuksesan Seorang Pemimpin
Seorang pemimpin dalam Islam adalah seorang yang bertakwa dan taat kepada Allah SWT. Karena apabila seorang hamba selalu ingat, berusaha dan mengembalikan segala urusan kepada Allah SWT maka dia akan senantiasa diberi pertolongan oleh Allah SWT berdasarkan firman Allah dalam surah al-Hajj ayat 41.[16]
tûïÏ%©!$# bÎ) öNßg»¨Y©3¨B Îû ÇÚöF{$# (#qãB$s%r& no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4qŸ2¨9$# (#rãtBr&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ (#öqygtRur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# 3 ¬!ur èpt6É)»tã ÍqãBW{$# ÇÍÊÈ 
Artinya: (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.(Q.S Al-Hajj: 41)
Selain taat kepada Allah SWT, seorang pemimpin terhadap bawahannya haruslah berlaku adil, sebagai bukti takwa kepada perintah Allah yang tertuang dalam surah An-Nisa ayat 58 dan surah al-Maidah ayat 8.
¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù'tƒ br& (#rŠxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sŒÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# $­KÏèÏR /ä3ÝàÏètƒ ÿ¾ÏmÎ/ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿxœ #ZŽÅÁt/ ÇÎÑÈ  
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.(Q.S An-Nisa: 58)
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. šúüÏBº§qs% ¬! uä!#ypkà­ ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ( Ÿwur öNà6¨ZtB̍ôftƒ ãb$t«oYx© BQöqs% #n?tã žwr& (#qä9Ï÷ès? 4 (#qä9Ïôã$# uqèd Ü>tø%r& 3uqø)­G=Ï9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 žcÎ) ©!$# 7ŽÎ6yz $yJÎ/ šcqè=yJ÷ès? ÇÑÈ  
Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al-Maidah : 8)
Ketakwaan seorang pemimpin atau kekuatan spiritual seorang pemimpin sesungguhnya sangat memengaruhi keberhasilan dan kesuksesan kepemimpinan. Berikut adalah beberapa amalan sebagai wujud spiritualitas seseorang yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemimpin dan yang telah dikemukakan Djoko Hartono dalam bukunya ”Kekuatan Spiritualitas Para Pemimpin Sukses”, yaitu sholat tahajjud, sholat hajat, sholat dhuha dan puasa Senin-Kamis.[17]
Didin Hafidhuddin mengatakan tentang pemimpin yang sukses, yaitu:
1.        Ketika seorang pemimpin dicintai oleh bawahan
2.        Pemimpin yang mampu menampung aspirasi bawahan
3.        Pemimpin yang selalu bermusyawarah
4.        Pemimpin yang tegas.[18]
Literatur lain mengenai kesuksesan kepemimpinan yaitu mengenai kunci sukses kepemimpinan kepala sekolah. Kunci-kunci ini diharapkan memberi kepala sekolah suatu gambaran umum mengenai dasar-dasar pemikiran tentang upaya mewujudkan kinerja pribadi yang cerdas dan sukses, yaitu:
1.         Mempercayai staf pengajar.
2.         Mendelegasikan tugas dan wewenang.
3.         Membagi dan memanfaatkan waktu.
4.         Peduli dengan staf pengajar
5.         Membangun misi
6.         Mengembangkan tujuan institusi
7.         Cekatan dan tegas, sekaligus sabar
8.         Berani instropeksi
9.         Memiliki konsistensi
10.     Bersikap terbuka
11.     Berjati diri tinggi.[19]
Berikut ini adalah beberapa faktor keberhasilan pemimpin :
1.      Berpengetahuan
Berpengetahuan yaitu Ia memang memiliki kemampuan dalam bidang yang dipimpinnya. Ia tahu  yang dipimpinnya. Ia tahu benar akan seluk beluk bidang kegiatannya, baik dari dalam maupun dari luar. Ia memang melakukan spesialisasi di bidang itu. Meskipun sifatnya yang mengkoordinir, akan tetapi sangat perlu mengetahui bidang gerak yang dipimpinnya. Rasulullah bersabda “Bila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka nantikan saat kehancurannya”. Camkanlah bahwa “kennis is macht” yang berarti pengetahuan adalah kekuatan. Karena dari pengetahuanlah kekuatan. Karena dari pengetahuan itu lahir keyakinan, kekuatan dan semangat yang tak bisa dipatahkan.[20]
2.      Keberanian
Keberanian adalah kemampuan batin yang mengakui adanya rasa takut, akan tetapi mampu untuk menghadapi bahaya atau rintangan dengan tegas dan tenang, atau dapat dikatakan bahwa keberanian adalah kemampuan berpikir yang memungkinkan seseorang dapat menguasai tingkah lakunya dan dapat menerima tanggung jawab serta dapat mudah bertindak dalam keadaan bahaya. Dalam hal ini pemimpin harus bersikap seperti komandan, menumbuhkan sugesti keberanian  pada bawahan. Pada saat tertentu pula, ia hadir sebagai pengayom atau pelindung, sehingga para bawahannya merasa senang, tentram dengan kehadirannya.[21]
3.      Berinisiatif
Berinisiatif adalah kemampuan untuk bertindak, meskipun tidak ada perintah atau yang mengajukan pertimbangan-pertimbangan guna perbaiki tugas pekerjaannya. Ia mampu menganalisa situasi, sehingga tepat dan cepat mengambil keputusan. Sikap ini timbul, karena pada dirinya peka terhadap lingkungan, sehingga selalu ingin  meskipun tidak ada perintah atau yang mengajukan pertimbangan-pertimbangan guna perbaiki tugas pekerjaannya. Ia mampu menganalisa situasi, sehingga tepat dan cepat mengambil keputusan. Sikap ini timbul, karena pada dirinya peka terhadap lingkungan, sehingga selalu ingin ada perubahan dan ada perubahan dan perbaikan. Bila tidak, maka disebut “wujudhu ka ‘adamihi”. (adanya dengan tidak adanya sama saja)”.
4.      Berketegasan
Berketegasan artinya kesanggupan untuk mengambil keputusan keputusan dengan segera bila dibutuhkan dan mengutarakan dengan tegas, lengkap dan jelas. Ketegasan bersumber pada keyakinan dan kepercayaan kepada diri sendiri.
5.      Kebijaksanan
Bijaksana adalah kecakapan untuk bergaul dengan bawahan maupun atasnnya dengan cara yang tepat dan tidak menyinggung perasaan. Kebijaksanaan merupakan suatu kemampuan untuk menghargai apa lagi, kapan harus dilakukan, dan kapan arus diam, menanggung saat yang baik.[22]
6.      Adil
Artinya tidak memihak dan hanya komitmen terhadap kebenaran.Ia mampu memisahkan antara emosi dan rasio. Dendam dan benci, cinta dan dengki tidak mempengaruhinya dalam mengambil keputusan. Jadi berarti adil di waktu cinta maupun benci  (al’adlu fir ridla wa fil ghadlab).
ߊ¼ãr#y»tƒ $¯RÎ) y7»oYù=yèy_ ZpxÿÎ=yz Îû ÇÚöF{$# Läl÷n$$sù tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# Èd,ptø:$$Î/ Ÿwur ÆìÎ7®Ks? 3uqygø9$# y7¯=ÅÒãŠsù `tã È@Î6y «!$# 4 ¨bÎ) tûïÏ%©!$# tbq=ÅÒtƒ `tã È@Î6y «!$# öNßgs9 Ò>#xtã 7ƒÏx© $yJÎ/ (#qÝ¡nS tPöqtƒ É>$|¡Ïtø:$# ÇËÏÈ  
Artinya:“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah SWT akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Q.S. Shad: 26)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa: salah satu tugas dan kewajiban utama seorang khalifah adalah menegakkan supremasi hukum secara Al-Haq. Seorang pemimpin tidak boleh menjalankan kepemimpinannya dengan mengikuti hawa nafsu.Karena tugas kepemimpinan adalah tugas fi sabilillah dan kedudukannya pun sangat mulia.


7.      Taat
Artinya taat terhadap keputusan yang disepakati.Setiap keputusan bersama dijalankan dengan konsekuen.
8.      Berpembawaan yang Baik
Pembawaan atau tampang dan sikap seseorang berarti penjelmaan yang nyata dari isi diri yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus memperhatikan tingkah lakunya, tampangnya bahkan pakaiannya.
9.      Memiliki Keuletan
Keuletan dibuktikan dengan kesanggupan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, walaupun banyk dialami oleh banyak rintangan dan kegagalan-kegagalan. Kesanggupan untuk menahan kelelahan, kesakitan dan penderitaan tanpa putus asa dan tidak kenal menyerah , sebagai bukti dari keuletannya.
10.  Memiliki Semangat Besar
Seorang pemimpin harus mempunyai hasrat yang besar dan perhatian yang mendalam terhadap tugas yang dihadapinya. Contoh dari pimpinan akan membangunkan semangat yang besar pula pada anak buahnya, sehingga tugas dapat diselesaikan dengan mudah.
11.  Tidak Mementingkan Diri Sendiri
Yang dimaksud dengan ini adalah seorang pemimpin yang tidak akan mengambil keuntungan dari pekerjaan kelompok itu utnuk kepentingan diri sendiri serta tidak menyalah gunakan jabatan.
12.  Ikhlas
Atau memiliki kebiasaan untuk berbuat lebih dari apa yang diharapkan sebagai imbalan. Jiwa ikhlas, pada dirinya tidak bersemayam senantiasa menuntut balas. Semua yang dilakukan semata-mata mencari mardlatillah(keridaan Allah), lain tidak. Pujian, sanjungan ataupun cercaan sedikit pun tak mempengaruhi semangatnya dalam usaha mencapai tujuan.Ia selalu ingin berbuat sebanyak-banyaknya, selalu ingin berprestasi.
13.  Dapat Menguasai Diri Sendiri
Bila nafsu diperturutkan, maka segala persoalan takan terselesaikan, buah karya selama hidup tak menghasilkan. Seorang yang dapat menguasai diri sendiri, berarti bila ia memiliki rencana, maka tegas pula terhadap rencananya itu. Ia tanpa mengulur-ulur waktu atau mencari alasan, programnya langsung dijalankan.

14.  Mampu Dan Bersedia Melakukan Tanggung Jawab Sepenuhnya
Seorang pemimpin yang berhasil ia bersedia memikul tanggung jawab atas kebijaksanaanya maupun atas kesalaan dan kekurangan para pengikutnya. Kalau ia coba-coba melakukan berusaha melemparkan kesalahan itu kepada orang lain, maka kedudukannya akan gagal dan ia akan kehilangan kewibawaan sebagai pemimpin. Kalau seorang bawahannya memuat kesalahan dan bawahan itu terbukti telah melakukan tindakan yang tidak becus, maka seorang pemimpin harus bisa menerima kenyataan itu sebagai kesalahannya  sendiri. Dia sendirilah yang telah gagal sebagai seorang pemimpin selama ini.
15.  Bisa Menjalin Kerjasama Yang Baik
Pemimpin yang sukses ia bisa memahami kehendak dan kemauan para pengikutnya. Dengan demikian barulah ia dapat menerapkan prinsip kerjasama yang baik dengan bawahannya. Kedudukan seorang pemimpin dipilih oleh bawahannya, maka kepala diangkat menurut peraturan tertentu atas instasi yang berwenang.
16.  Bisa Menguasai Persoalan Secara Terperinci
Persoalan yang dimaksud ialah baik mengenai kedudukannya sebagai pemimpin maupun dari segi tehnis pelaksanaan.Bagaimana pula bila seorang yang diserahi amanat dan tanggung jawab kemudian tidak mengetahui persoalan yang harus dipertanggung jawabkan.Dengan komunikasi yang baik maka segala persoalan maupun programnya bisa dihayati bawahan. Penghayatan yang sepaham akan menghasilkan dukungan.
17.  Menaruh Simpati Dan Pengertian Yang Dalam
Ia mampu menginventarisir gejolak dan keinginan dari bawahan. Segala kritik, tegur sapa, sumbangan pikiran dapatlah ia menampung dan menyeleksi. Masing-masing tidak merasa kecewa bila berhadapan dengan dirinya.
Selain yang disebutkan di atas, kecerdasan emosional merupakan salah satu kriteria keberhasilan pemimpin dalam mengelola organisasinya. Fungsi kecerdasan emosional dalam kepemimpinan adalah membantu pemimpin dalam memahami eksistensinya dan merasakan keberadaan orang-orang. Untuk dapat berhasil, pemimpin perlu mempertimbangkan dan menilai secara luas dan cermat faktor, sifat atau ciri pemimpin, syarat, kualitas pribadi, pendidikan dan latihan, kesempatan untuk berkembang, kondisi kerja kompetensi dan prestasi.[23]
Literatur lain menyatakan seorang pemimpin akan memperoleh peranannya sebagai pemimpin apabila dalam pandangan mata kelompoknya, dia mencuatkan “harapan atau janji” bahwa kebutuhnya terpenuhi dan bahwa pemimpin juga sukses dalam memenuhi kebutuhannya.
Dalam pengertian lain adalah faktor kesuksesan kepemimpinan apabila kebutuhannya dan kebutuhan bawahannya sama-sama terpenuhi. Adapun faktor yang mendukung kepuasan kebutuhan ini antara lain adalah keberhasilan, pengakuan, kerja itu sendiri, tanggung jawab dan kemajuan. Dan faktor penghalang dalam pemenuhan kepuasan antara lain adalah hubungan pribadi yang kurang akrab dengan para pemimpin, hubungan pribadi yang kurang akrab dengan teman satu kelompok, teknik penyeliaan yang kurang atau tidak cukup, kebijaksanaan dan administrasi perusahaan atau organisasi yang kurang jelas, kondisi kerja kurang baik dan masalah-masalah dalam kehidupan pribadi pekerja.[24]
Konsep pemimpin ideal menurut al-Ghazālī adalah pemimpin akhlak, yang disebut sebagai pemimpin sejati. Pemimpin yang adil, serta memiliki integritas, penguasaan dalam bidang ilmu negara dan agama.[25]
Hal lain yang berhubungan dengan kesuksesan kepemimpinan adalah tentang pemimpin yang efektif. Berikut beberapa ciri pemimpin yang efektif menurut Achua dan Lusier: Dominasi, energi tinggi, kepercayaan diri, locus of control, stabilitas, integritas, kecerdasan, kecerdasan emosional, fleksibilitas dan peka terhadap lainnya.[26]
Locus of control adalah kontinum antara kepercayaan eksternal dan internal atas kontrol terhadap nasib seseorang. Integritas mengacu pada perilaku yang jujur dan etis, membuat seseorang yang dapat dipercaya. Integritas adalah kebalikan dari mencari kepentingan diri atas orang lain, itu tentang menjadi jujur-tidak berbohong, menipu atau mencuri. Integritas adalah penting dalam menjalankan bisnis yang sukses. Oleh karena itu, kita perlu mendorong integritas kepemimpinan, karena integritas kita mempengaruhi perilaku kita.[27]
D.    Faktor Kegagalan Seorang Pemimpin
Kegagalan dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti “tidak jadi atau tidak tercapai, ketidak berhasilan”.[28] Jadi kegagalan seorang pemimpin dapat diartikan sebagai ketidak berhasilan pemimpin dalam pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Tidak sedikit pemimpin yang gagal dalam kepemimpinannya, yang disebabkan oleh banyak faktor. Berikut beberapa faktor penyebab kegagalan kepemimpinan seseorang:
1.      Terlalu Menekankan Kewibawaan
Harapan mendapatkan kewibawaan yang dilakukan dalam bentuk kekerasan atau ancaman akan melahirkan ketakutan, sedangkan kewibawaan yang ditegakan atas dasar kelakuan akan melahirkan kepatuhan. Seorang pemimpin yang efesien harus senantiasa membina dan mendorong semangat kerja para bawahannya dan bukannya berusaha menanamkan rasa takut dalam hati para bawahannya. Seorang pemimpin tidak boleh menggunakan kedudukannya itu sebagai alat untuk menanamkan kewibawaan itu, atau dengan menyalah gunakan kekuasaan (miss use authority). Ini berarti kepemimpinannya hendak ditegakan melalui unsur tekanan dan kekerasan.[29]
2.      Mementingkan Diri Sendiri
Pemimpin yang didalam agama kedudukannya sebagai khadam (pelayan), maka seharusnya ia lebih banyak berbuat dari pada menuntut hormat. Seorang pemimpin yang menuntut penghormatan dari bawahannya pasti akan mengalami kekecewaan. Pemimpin yang berjiwa besar tak mau menyembah dan juga tak mau disembah, ia tidak menuntut penghormatan dari bawahannya. Ia sudah merasa cukup dihormati apabila ia melihat kenyataan bahwa bawahannya itu bekerja keras untuk kemajuan dan kepentingan bersama dan bekerja bukan untuk sekedar memperoleh uang semata.
3.      Tidak Bisa Dipercaya Akan Janjinya (Khianat)
Seorang pemimpin yang tidak setia akan janjinya, tidak bisa dipercaya sebagai pengeman amanat yang baik, ia akan selalu menyepelekan akan segala ahal, ia tak akan langgeng mempertahankan singgasana kepemimpinanannya. Sikap tidak setia inilah yang merupakan salah satu sebab kegagalan dalam perjalanan hidup.
4.      Tidak Bisa Menguasai Diri Sendiri
Para bawahan tidak menaruh penghargaan terhadap seorang pemimpin yang cepat naik darah atau tidak mampu mengendalikan amarah. Akibatnya apa yang dilakukan lebih banyak gejolak emosional dari pada rasional. Gejala tidak bisa mengendalikan diri sendiri ini dalam berbagai bentuknya akan merusak ketabahan serta semangat kerja bawahan yang  salam itu bisa bertahan dengan penuh kesabaran. Kritik yng dilakukan terhadap dirinya tiada membawa perbaikan akan tetapi malah membawa masalah baru yang ruwet, sebab dirinya selalu merasa benar.
5.      Takut Mendapat Saingan Dari Bawahan
Pemimpin yang berhasil ialah pemimpin yang mampu menciptakan tenaga pengganti, sedangkan yang gagal adalah yang tidak mau menciptakannya. Kecemasan batin akibat khawatir bila bawahannya bisa mneggeser kedudukannya justru malah menimbulkan citra yang buruk terhadap dirinya sendiri sebagai pemimpin. Satu kenyataan yang mengandung kebenaran adalah bahwa orang akan menerima imbalan yang lebih besar untuk kemampuan dimana mereka berhasil menyuruh orang lain mengerjakan dari pada satu pekerjaan itu di kerjakannya sendiri. Seorang pemimpin yang mengenal efisiensi kerja haruslah meningkatkan efisiensi kerja para bawahannya melalui kemantapan pengetahuannya tentang pekerjaan itu serta daya tarik dan pengaruh pribadinya sendiri sebagai pemimpin yang berwibawa.
6.      Kurang Memiliki Daya Imajinasi/Daya Khayal
Imajinasi atau daya khayal pada hakikatnya adalah satu wadah tempat manusia guna menempa segala bentuk rencananya. Dorongan dan hasrat itu memberi bentuk dan menjelma menjadi tindakan berkat bantuan daya khayal seseorang.Tanpa daya khayal yang kuat maka seorang pemimpin itu bisa kelabakan dalam menghadapi keadaan gawat. Begitu pula ia akan tidak mampu menciptakan bimbingan kepada para bawahannya agar bisa bekerja dan menghasilkan prestasi yang efesien.
7.      Terlampau Mementingkan Soal Gelar
Seorang yang terlalu mementingkan soal gelar terhadap pribadinya berarti sedikit kemampuannya untuk ditonjolkan, pintu menuju ketempat pemimpin yang sejati terbuka bagi semua orang yang ingin masuk, dan tempat kerjanya hendaklah merupakan markas kegiatan yang tidak perlu mengenal formalitas dan peraturan-peraturan protocol yang kaku. Dalam dunia wiraswasta  penghargaan terhadap diri seseorang terletak  pada prestasinya, dan bukan pada gelarnya. Oleh karena itu formalitas gelar tidak begitu mempengaruhi  dalam hal penelitian, sebab ia hanyalah merupakan bentuk permukaan belum menyangkut kualitas.
Selain itu menurut survey yang dilakukan PT NBO Indonesia terhadap 1.000 responden dari kalangan manager dan direktur, ada 9 faktor yang  mengakibatkan kegagalan dalam memimpin. Tiga diantaranya yaitu:
1.      Gaya Kepemimpinan  
Gaya kepemimpinan menjadi faktor utama dalam menentukan  kegagalan pemimpin suatu organisasi. Gaya pemimpin yang tidak cocok dengan strategi pengembangan organisasi, cenderung kaku, tidak bisa  menyesuaikan dengan yang dipimpin, sehingga menurunkan bahkan memadamkan semangat, serta loyalitas followernya. Yang terjadi adalah produktivitas turun, beberapa orang menjadi resah, dan selanjutnya dengan  senang hati mereka mengundurkan diri. 
2.      Kurangnya Visi dan arahan yang jelas
Jika dilihat dari “Leadership Code – 5 rules to Lead” oleh Dave Ulrich, satu Code yang harus dimiliki pemimpin adalah Shape the future” yaitu punya visi atau pemikiran yang strategis yang lebih berorientasi ke depan. Hal ini akan mewarnai team, dan itu harus bisa dirasakan oleh anggota team.  Sasaran­ jangka pendek dan panjang, dikomunikasikan, dan mengilhami anggota team, sehingga team lebih termotivasi untuk mencapainya  secara bersama-­sama.  
3.      Komunikasi yang buruk  
Komunikasi bukan hanya menyampaikan informasi, data, signal, atau lainnya, namun lebih dari itu. Bagaimana komunikasi bisa lebih efektif dan efisien, dan terjadi  “engagement” terhadap team/personal.  Komunikasi seringkali satu arah (yang bersifat direction), sehingga tidak layak disebut komunikasi. Komunikasi  adalah 2 arah, saling memahami, dan dilandasi “trust”. Perhatikan “body language” partner bicara, dan temukan apa yang dikatakan dari sana.[30] 
 M. Ihsan Dacholfany menyimpulkan bahwa faktor penyebab kegagalan pemimpin, secara berturut-turut  adalah : 
1. Sikap pemimpin yang kurang baik;
2. Kurangnya keterampilan memimpin;
3. Strategi yang kurang baik dan kurang tersosialisasikan;
4. Pelanggaran terhadap nilai-nilai;
5. Perekrutan pemimpin yang kurang baik;
6. Lemahnya seni memimpin;
7. Komunikasi pemimpin yang kurang baik dengan bawahannya.
Sementara itu, kunci keberhasilan kepemimpinan, secara berut-turut mulai dari yang berkontribusi paling besar adalah:
1. Sikap baik pemimpin;
2. Strategi yang baik;
3. Keterampilan pemimpin;
4. Keteguhan pemimpin dalam memegang nilai-nilai kepemimpinan; dan
5. Kemampuan memotivasi yang dimiliki oleh pemimpin.[31]
Seorang yang menjadi seorang pemimpin harus bisa melaksanakan suatu tugas pemimpin salah satunya mengambil keputusan. Karena itu seorang pemimpin seharusnya memiliki sikap yang kuat karena setiap keputusan sering  kali tidak memuaskan semua pihak. Adapun beberapa langkah nyata menjadi seorang pemimpin adalah sebagai berikut:
1.      Komunikasi 
Menjaga komunikasi antar anggota dan pemimpin sangat diperlukan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu kepemimpinan. Selain itu untuk menghilangkan rasa sungkan, sehingga tercipta suatu kondisi yang akrab antar pemimpin dan yang dipimpin.   
2.      Tidak membesarkan masalah yang kecil 
Terkadang seorang pemimpin perlu memberikan suatu solusi praktis terhadap beberapa masalah yang tidak memerlukan perundingan, sehingga tidak menghamburkan waktu. Walaupun begitu, seorang pemimpin tidak boleh mengabaikan  masalah kecil begitu saja.
3.      Contoh
Pemimpin menjadi gambaran keadaan suatu organisasi. Maka dari itu pemimpin harus memberikan contoh yang baik terhadap bawahannya agar organisasi berjalan ke arah yang lebih positif. [32]

E.     Analisis
Dari pemaparan diatas, dapat di analisa bahwa penentu sukses atau gagalnya kepemimpinan seseorang disebabkan oleh beberapa faktor, baik itu faktor internal yaitu faktor yang berasal dari diri seseorang, maupun factor eksternal yaitu factor yang timbul diluar diri seseorang. Akan tetapi yang memberi pengaruh besar terhadap kesuksesan sebuah lembaga yang di pimpin oleh seseorang berdasarkan faktor internal.
Pada faktor internal, adanya kepribadian, akhlak atau prilaku, dan kemampuan intelektual merupakan hal-hal yang bisa menjadi acuan dalam kepemimpinan seseorang. Karena jika seorang pemimpin memiliki kepribadian yang baik maka baik pula kepemimpinannya, sebaliknya jika ia memiliki kepribadian yang buruk maka buruk pula kepemimpinannya.
Sebagai seorang pribadi, pemimpin tentu memiliki karakter unik yang membedakannya dengan orang lain. Keunikan ini tentu akan berpengaruh pada pandangan dan cara ia memimpin. Ada karakter bawaan yang menjadi ciri pemimpin sebagai individu, ada kompetensi yang terbentuk melalui proses pematangan dan pendidikan.
Sebagai contoh, seorang pemimpin yang memilki sifat ramah tamah, humoris, terbuka, maka secara tidak langsung ia akan disukai oleh bawahannya, namun jika seorang pemimpin memiliki sifat acuh tak acuh atau kaku. maka pemimpin tersebut akan sulit untuk mengarahkan para bawahannya.
Dapat dikatakan bahwa faktor internal memiliki pengaruh yng lebih dibandingkan faktor eksternal. Karena pada faktor internal ini lah yang memiliki peran besar untuk menentukan apakah kepemimpinan itu baik atau tidak, sukses atau gagal. Apabila seorang pemimpin memiliki internal yang baik, maka faktor negatif dari internal dapat diminimalisir.
Ketakwaan seorang pemimpin atau kekuatan spiritual seorang pemimpin sesungguhnya sangat mempengaruhi keberhasilan dan kesuksesan kepemimpinan. Sholat tahajjud, sholat hajat, sholat dhuha dan puasa Senin-Kamis merupakan beberapa amalan sebagai wujud spiritualitas seseorang yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemimpin.
Kepemimpinan yang baik adalah kepmimpinan yang memiliki keterampilan memotivasi dan menginspirasi orang lain yang menjadi pengikutnya sehingga mereka dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal. Secara ideal pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang bisa mengendalikan seluruh anggota/ bawahannya  yang dengan bekerja sama mencapai tujuan yang diharapkan bersama.
Dalam suatu literatur, dinyatakan bahwa seorang pemimpin akan memperoleh peranannya sebagai pemimpin apabila dalam pandangan mata kelompoknya, dia mencuatkan “harapan atau janji” bahwa kebutuhannya terpenuhi dan bahwa pemimpin juga sukses dalam memenuhi kebutuhannya.
Dalam pengertian lain adalah faktor kesuksesan kepemimpinan apabila kebutuhannya dan kebutuhan bawahannya sama-sama terpenuhi. Adapun faktor yang mendukung kepuasan kebutuhan ini antara lain adalah keberhasilan, pengakuan, kerja itu sendiri, tanggung jawab dan kemajuan. Dan faktor penghalang dalam pemenuhan kepuasan antara lain adalah hubungan pribadi yang kurang akrab dengan para pemimpin, hubungan pribadi yang kurang akrab dengan teman satu kelompok, teknik penyeliaan yang kurang atau tidak cukup, kebijaksanaan dan administrasi perusahaan atau organisasi yang kurang jelas, kondisi kerja kurang baik dan masalah-masalah dalam kehidupan pribadi pekerja.
Selain itu, integritas juga harus dimiliki seorang pemimpin. Integritas mengacu pada perilaku yang jujur dan etis, membuat seseorang yang dapat dipercaya. Integritas adalah kebalikan dari mencari kepentingan diri atas orang lain, itu tentang menjadi jujur-tidak berbohong, menipu atau mencuri. Integritas sangat penting dalam menjalankan bisnis yang sukses. Oleh karena itu, setiap orang perlu mendorong integritas kepemimpinannya, karena integritas mempengaruhi perilaku kita.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, bisa disimpulkan bahwa faktor internal merupakan faktor penentu kesuksesan kepemimpinan. Latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan sosial dengan sikap-sikap hubungan manusiawi merupakan hal-hal yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang.






DAFTAR PUSTAKA

Afzalur Rahman, Ensiklopedia Ilmu dalam Al-Qur’an: Rujukan terlengkap isyarat-isyarat ilmiah dalam AlQur’an, Bandung: Mizania, 2007
Christopher F. Achua and Robert N. Lusier, Effective Leadership, Fourth EditionSouth-Western Cengange Learning:  Canada, 2010
EK. Imam Munawwir. Asas-asas Kepemimpinan dalam Islam,S urabaya: Usaha Nasional
Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, Dan Implementasi, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2004
Qomar, Muzamil, Manajemen Pendidikan Islam, Malang: Remaja Rosdakarya, 2007
Rohiat,  Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bandung: Refika Aditama, 2008
Robbins, Stephen P. Judge, Timothy A, Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat, 2008

Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolahan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009
Supardo, Susilo, Kepemimpinan dasar dasar dan pengembangannya, Yogyakarta: Andi, 2006

Terry, Georga R. Prinsip-Prinsip Manajemen, Terj. J. Smith DFM, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, Cet. Ke-8,
Thomas Gordon, Kepemimpinan yang Efektif, Jakarta: Rajawali Pers, 1990
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005
Veitzal Rivai Zainal dan Fauzi Bahar, Islamic Education Management: dari teori ke praktik, Jakarta: Rajawali Pers, 2015
Ade Afriansyah, Pemimpin Ideal Menurut Al-Ghazali (Tesis tidak diterbitkan: Ygyakarta, 2014) h. 120. digilib.uin-suka.ac.id/15158/1/1220510075_bab-i_iv-atau-v_daftar-pustaka.pdf. diakses 9 November 2016. 03.42 pm
www.academia.edu/download/35902028/aza.docx. Diakses tanggal 9 November 2016. 03.29 pm









[1] Susilo Supardo, Kepemimpinan dasar dasar dan pengembangannya. (Yogyakarta: Andi,  2006) h. 51-53
[2] Disampaikan oleh Kamrani Buseri dalam perkuliahan Kepemimpinan Dalam Lembaga Pendidikan Islam
[3] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 312
[4] Ibid, h. 874
[5] Christopher F. Achua and Robert N. Lusier, Effective Leadership, Fourth Edition (South-Western Cengange Learning:  Canada, 2010) h. 6
[6] E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, Dan Implementasi, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 107
[7] Muzamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 153
[8] Terry, Georga R. Prinsip-Prinsip Manajemen, Terj. J. Smith DFM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. Ke-8, h. 152.
[9]  http://agamadhitama11.blogspot.co.id/2015/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
[10] Robbins, Stephen P. Judge, Timothy A, Perilaku Organisasi Buku 1, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), h. 126-127
[14] Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas.html Di akses pada tanggal 15 Januari2017
[16]Afzalur Rahman, Ensiklopedia Ilmu dalam Al-Qur’an: Rujukan terlengkap isyarat-isyarat ilmiah dalam AlQur’an (Bandung: Mizania, 2007) h. 298
[17]www.academia.edu/download/35902028/aza.docx. Diakses tanggal 9 November 2016. 03.29 pm
[18]Disampaikan oleh Kamrani Buseri dalam perkuliahan Kepemimpinan dalam Lembaga Pendidikan Islam dengan materi Sifat-sifat Kepemimpinan LPI yang ideal pada tanggal 8 Oktober 2016
[19] Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) h. 87-95
[20] Drs. EK. Imam Munawwir. Asas-asas Kepemimpinan dalam Islam (Surabaya: Usaha Nasional) h.170
[21]ibid, h. 170
[22]ibid, h. 171-175
[23]Rohiat, Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah (Bandung: Refika Aditama, 2008) h. 54
[24]Thomas Gordon, Kepemimpinan yang Efektif (Jakarta: Rajawali Pers, 1990) h. 22-32
[25]Ade Afriansyah, Pemimpin Ideal Menurut Al-Ghazali (Tesis tidak diterbitkan: Ygyakarta, 2014) h. 120. digilib.uin-suka.ac.id/15158/1/1220510075_bab-i_iv-atau-v_daftar-pustaka.pdf. diakses 9 November 2016. 03.42 pm
[26] Christopher F. Achua and Robert N. Lusier, Effective Leadership, h. 33
[27] Ibid, h. 35
[28] W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 337
[29] EK Imam Munawwir, h. 176-179
[32]ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku ; Yang Terlewatkan

  Tidak Mungkin dan Tidak Pernah Aku selalu melihatmu,Tapi kamu tidak. Aku selalu menatapmu,Tapi kamu tidak. Aku akan selalu ada untukm...