Soal:
Apa saja pengaruh faktor internal dan eksternal dalam kepemimpinan
LPI. Tentukan mana yang merupakan faktor penentu dalam kepemimpinan penddikan
tersebut agar menjadi pemimpin yang berhasil?
BAB I
PENDAHULUAN
Sesuai fitrahnya setiap manusia dilahirkan
sebagai orang bersih. Dia ingin berbuat yang terbaik bagi dirinya dan juga
untuk orang lain serta lingkungannya. Dalam prosesnya, disamping karena faktor
diri sendiri (internal) maka faktor eksternal sangat mempengaruhi
pembentukan karakter dan perilaku seseorang. Dari sinilah akan terbentuk
pribadi yang terseleksi, apakah akan tumbuh menjadi pribadi yang biasa atau
pribadi yang penuh dengan karakter seorang pemimpin.[1]
Pemimpin
dipahami sebagai seorang pembina, penuntun, dan
pengarah yang menghantarkan yang
dipimpinnya menuju pada visi dan misi
suatu organisasi. Seorang pemimpin tak lepas dari pengaruh kepemimpinannya.
Dari pola kepemimpinannya dapat dilihat proses hubungan antarpribadi yang
didalamnya terdapat unsur mengkoordinasi dan memotivasi, melalui proses
komunikasi antarpribadi.
Seorang pemimpin yang baik
diharapkan dapat memahami segala aspek prilaku kepemimpinan dan mengetahui
kapan fungsi kepemimpinan diperlukan. Pemimpin yang baik perlu mimiliki
tiga macam kesadaran, yaitu; Pertama, sadar kapan pemimpin itu
diperlukan dalam situasi tertentu. Kedua, sadar akan perubahan dan tata
nilai baik dalam lingkungan unit kerjanya maupun dalam masyarakat. Ketiga, sadar
betapa pentingnya kepemimpinan efektif yang mampu menggerakkan orang lain
bekerja seefektif mungkin.[2]
Kepemimpinan
yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan usaha
kerja sama serta memelihara iklim yang kondusif dalam kehidupan organisasi.
Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang dapat mengintegrasikan
orientasi tugas dengan orientasi hubungan manusia lainnya.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian
suatu tujuan diperlukan seorang pemimpin yang profesional di mana ia memahami
akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan
peranannya sebagai seorang pemimpin. Sehingga dalam
menjalankan suatu kepemimpinan timbul kesamaan misi dan visi, baik antara
pemimpin atau yang dipimpin.
Oleh karena itu banyak faktor ataupun penyebab sukses atau
tidaknya kepemimpinan seseorang.
Dalam tulisan ini akan dibahas apa
saja pengaruh faktor internal dan eksternal dalam
kepemimpinan dan apa saja factor yang menentukan keberhasilan seseorang dalam
memimpin sebuah lembaga pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Faktor Kepemimpinan
Pengertian
faktor menurut
Kamus Besar bahasa Indonesia adalah hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (memengaruhi)
terjadinya sesuatu. [3]
Faktor juga dapat diartikan sebagai pendorong hal atau kondisi yg dapat mendorong atau
menumbuhkan suatu kegiatan, usaha, atau produksi.
Adapun Kepemimpinan adalah cara pemimpin, perihal pemimpin.[4]
Christopher
F. Achua and Robert N. Lusier mendefinisikan
kepemimpinan; Leadership
is the influencing process of leaders and followers to achieve organizational objectives through change yaitu proses memengaruhi
pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan organisasi melalui perubahan.[5] E. Mulyasa mendefinisikan kepemimpinan sebagai
kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian
tujuan organisasi.[6]
Dalam bidang
pendidikan, Muzammil Qomar mendefinisikan bahwa hakikat kepemimpinann adalah
kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan
pendidikan.[7] Pemimpin diartikan sebagai seseorang yang berkemampuan
mengarahkan pengikut-pengikutnya untuk bekerja bersama dengan kepercayaan serta
tekun mengerjakan tugas-tugas yang diberikannya.[8]
Kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi
dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi prilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, dan mempengaruhi dalam memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan
juga dikatakan sebagai proses
mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas-aktifitas yang ada hubungannya dengan
pekerjaan para anggota kelompok.
Dengan demikian, kepemimpinan merupakan pangkal utama
dan pertama yang menjadi penyebab daripada kegiatan, proses, atau kesediaan
untuk merubah pandangan atau sikap daripada kelompok, orang-orang, baik dalam
hubunngan organisasi formal maupun non formal.
B.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kepemimpinan
Kemampuan seorang pemimpin untuk
berhasil di
dalam kepemimpinannya tidak disebabkan oleh satu faktor saja. Keberhasilan seorang pemimpin
didalam memimpin bisa dipengaruhi baik dari dalam dirinya sendiri (internal) maupun dari lingkungannya (eksternal), begitu pula dengan kegagalan
seorang pemimpin bisa saja dipengaruhi oleh lingkungan ataupun memang dari
dalam dirinya sendiri.
1.
Faktor
Internal
Faktor Internal
merupakan faktor-faktor yang lahir dari diri seorang pemimpin itu sendiri, karena
sebagai seorang pribadi yang memiliki jiwa kepemimpinan, seorang pemimpin tentu
memiliki karakter yang unik, karakter itu lah yang membedakan cara pandang seorang
pemimpin kepada bawahannya. Seorang pemimpin memiliki komitmen organisasional
yang kuat, visionary, disiplin yang tinggi, tidak melakukan kesalahan yang
sama, antusias, berwawasan luas, kemampuan komunikasi yang tinggi, mampu
memanajemen waktu, mampu menangani setiap tekanan, mampu berperan sebagai
pendidik atau guru bagi bawahannya, empati, berpikir positif, memiliki dasar
spiritual yang kuat, dan selalu siap melayani.[9]
Faktor internal yang mempengaruhi kepemimpinan menurut Khairudin, yaitu:
a.
Kepribadian
Kepribadian adalah
keseluruhan cara seorang individu
bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering
dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh
seseorang.[10]
Setiap pemimpin haruslah memiliki keperibadian yang
baik, dalam hal ini kepribadian seorang pemimpin dapat dilihat dari dua aspek
yakni sifat dan seni. Sifat merupakan hal yang telah ada pada dirinya sejak dia lahir, sifat memang sangat mempengaruhi seorang
pemimpin dalam menentukan efektif atau
tidak kepemimpinannya.
Pada Teori Sifat (Trait Theory) mengemukakan
bahwa efektivitas kepemimpinan sangat tergantung pada kehebatan karakter
pemimpin. “Trait” atau sifat-sifat yang dimiliki antara lain
kepribadian, keunggulan fisik dan kemampuan social. Penganut teori ini yakin
dengan memiliki keunggulan karakter di atas, maka seseorang akan memiliki
kualitas kepemimpinan yang baik dan dapat menjadi pemimpin yang efektif.
Karakter yang harus dimiliki oleh seseorang menurut
Judith R. Gordon mencakup kemampuan yang istimewa yaitu:
(1) Kemampuan Intelektual
(2) Kematangan Pribadi
(3) Pendidikan
(4) Status Sosial dan Ekonomi
(5) Human Relations
(6) Motivasi Intrinsik dan
(7) Dorongan untuk maju (achievement drive)
Begitu pula dengan seni, yang merupakan bagian dari
kepribadian sang pemimpin. Seni merupakn hal yang memang ada dalam setiap
kepemimpinan seorang pemimpin tapi yang perlu di perhatikan adalah bahwa setiap
orang memiliki gaya atau seni yang berbeda dalam kepemimpinannya.
b.
Prilaku Kepemimpinan
Pemimpin dalam melaksanakan tugas sehari-hari harus didasari
oleh orientasi kepemimpinan yang mewarnai perilaku yang diterapkannya. Salah satu tinjauan tentang prilaku
kepemimpinan yang diterapkan adalah prilaku kepemimpinan yang berorientasi pada
tugas dan prilaku kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan antar manusia
(Gordon, 1990; Greenberg dan Baron, 1995).
Dalam
Islam perilaku kepemimpinan juga banyak dibahas, diantaranya dalam Q.S Az-Zumar
ayat 12 :
ßNöÏBé&ur
÷bL{
tbqä.r&
tA¨rr&
tûüÏHÍ>ó¡ßJø9$#
ÇÊËÈ
Artinya: “Dan aku diperintahkan supaya menjadi
orang yang pertama-tama berserah diri".
Berdasarkan Ayat di atas, maka seorang pemimpin haruslah memiliki sifat
kepeloporan. Selalu menjadi barisan terdepan (pioner) dalam memerankan
perintah Islam. Kemudian pada Q.S Al-Fathir ayat 32:
§NèO $uZøOu÷rr& |=»tGÅ3ø9$# tûïÏ%©!$# $uZøxÿsÜô¹$# ô`ÏB $tRÏ$t7Ïã ( óOßg÷YÏJsù ÒOÏ9$sß ¾ÏmÅ¡øÿuZÏj9 Nåk÷]ÏBur ÓÅÁtFø)B öNåk÷]ÏBur 7,Î/$y ÏNºuöyø9$$Î/ ÈbøÎ*Î/ «!$# 4 Ï9ºs uqèd ã@ôÒxÿø9$# çÎ7x6ø9$# ÇÌËÈ
Artinya: “Kemudian kitab
itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba
Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di
antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih
dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu
adalah karunia yang Amat besar.”
Maka seorang pemimpin haruslah
berada pada posisi hamba-hamba Allah yang bersegera dalam berbuat kebajikan. Selain itu, seorang calon pemimpin haruslah
orang yang memiliki figur keteladanan dalam dirinya, baik dalam hal ibadah,
akhlaq, dsb. sebagaimana QS. Al-Ahzab ayat 21:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.(QS. Al-Ahzab: 21).
Maka seorang pemimpin haruslah
menjadikan Rasulullah sebagai teladan bagi dirinya. Sehingga, meskipun tidak
akan mencapai titik kesempurnaan, paling tidak ia mampu menampilkan akhlaq yang
baik layaknya Rasulullah. Sebagiman
QS. Al-Qalam ayat 4:
y7¯RÎ)ur
4n?yès9
@,è=äz
5OÏàtã
ÇÍÈ
Artinya: “Dan Sesungguhnya
kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(QS.Al-Qalam: 4)
Maka seorang pemimpin haruslah memiliki akhlaq yang mulia (akhlaqul
karimah), sehingga dengannya mampu membawa perubahan dan perbaikan dalam kehidupan
sosial masyarakat. Faktor akhlaq adalah masalah paling mendasar dalam
kepemimpinan. Walaupun seorang pemimpin memiliki kecerdasan intelektual yang
luar biasa, tetapi apabila tidak dikontrol melalui akhlaq yang baik, maka ia
justru akan membawa kerusakan (fasada) dan kehancuran.
Untuk suri tauladan seorang pemimpin Rasulullah SAW juga sudah menegaskan :
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ
بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُسْهِرٍ حَدَّثَنِي عَبَّادُ بْنُ عَبَّادٍ
الْخَوَّاصُ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي عَمْرٍو السَّيْبَانِيِّ عَنْ عَمْرِو بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ السَّيْبَانِيِّ عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: لَا يَقُصُّ
إِلَّا أَمِيرٌ أَوْ مَأْمُورٌ أَوْ مُخْتَالٌ. (رواه مسلم).
Rasulullah saw bersabda: Tidak
ada yang berhak untuk memberikan ceramah (nasehat/cerita hikmah) kecuali
seorang pemimpin, atau orang yang mendapatkan izin untuk itu (ma’mur), atau
memang orang yang sombong dan haus kedudukan. (HR. Muslim).
Hadis ini bukan berarti hanya
pemimpin yang berhak memberi nasehat kepada umat, melainkan hadis ini
mengandung pesan bahwa seorang pemimpin seharusnya bisa memberikan suri
tauladan yang baik kepada umatnya. Karena yang dimaksud ceramah disini bukan
dalam arti ceramah lantas memberi wejangan kepada umat, akan tetapi yang
dimaksud ceramah itu adalah sebuah sikap yang perlu dicontohkan kepada umatnya.
Seorang penceramah yang baik dan betul-betul penceramah tentunya bukan dari
orang sembarangan, melainkan dari orang-orang terpilih yang baik akhlaqnya. Begitu pula dalam hadis ini,
pemimpin yang berhak memberikan ceramah itu pemimpin yang memiliki akhlaq
terpuji sehingga akhlaqnya bisa menjadi tauladan bagi rakyatnya.[11]
c.
Kemampuan Intelektual
Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan intelektual,
emosional, dan keterampilan yang akan menjadikan seorang pemimpin memiliki
nilai tambah. Menurut Sekretaris Daerah Prov Jatim, Dr H Rasiyo secara
intelektual, pemimpin harus memiliki kemampuan menganalisis permasalahan dan
memecahkan permasalahan secara tepat. Sedangkan secara emosional, pemimpin
harus memiliki emosional yang tangguh, percaya kepada orang lain, dan memiliki
rasa percaya diri yang tinggi manakala berhadapan dengan publik.
Seorang calon pemimpin haruslah memiliki kecerdasan, baik
secara emosional (EQ), spiritual (SQ) maupun intelektual (IQ). Dalam hadits
Rasulullah melalui jalan shahabat Ibnu Abbas RA, bersabda:
"Orang yang pintar (al-kayyis) adalah orang yang mampu
menguasai dirinya dan beramal untuk kepentingan sesudah mati, dan orang yang
bodoh (al-‘ajiz) adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan pandai
berangan-angan atas Allah dengan segala angan-angan." (HR. Bukhari,
Muslim, Al-Baihaqy)
Hadits ini mengandung isyarat bahwa
seorang pemimpin haruslah orang yang mampu menguasai dirinya dan emosinya. Bersikap lembut, pemaaf, dan tidak
mudah amarah. Dalam mengambil sikap dan keputusan, ia lebih mengutamakan hujjah
Al-Qur'an dan Al-Hadits, daripada hanya sekedar nafsu dan keinginan-nya.[12]
Ia akan menganalisa semua aspek dan faktor yang mempengaruhi penilaian dan
pengambilan keputusan.
Selain itu dalam mengambil dan mengajukan diri
untuk memegang suatu amanah, haruslah disesuaikan dengan kapasitas dan kapabilitas
(kafa'ah) yang dimiliki sebagaimana QS. An-Nisa ayat 58 :
*
¨bÎ)
©!$#
öNä.ããBù't
br&
(#rxsè?
ÏM»uZ»tBF{$#
#n<Î)
$ygÎ=÷dr&
#sÎ)ur
OçFôJs3ym
tû÷üt/
Ĩ$¨Z9$#
br&
(#qßJä3øtrB
ÉAôyèø9$$Î/
4
¨bÎ)
©!$#
$KÏèÏR
/ä3ÝàÏèt
ÿ¾ÏmÎ/
3
¨bÎ)
©!$#
tb%x.
$JèÏÿx
#ZÅÁt/
ÇÎÑÈ
Artinya: “Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat.”(Qs. An-Nisa:58).
2.
Faktor
Eksternal
Faktor
Eksternal adalah faktor yang terjadi karena adanya dorongan dari lingkungan
atau berasal dari luar dirinya. Faktor ini biasanya terkait dengan status
sosial, pendidikan, pekerjaan, harapan, ideologi, agama dll. Faktor-faktor itu
tentu akan menentukan bagaimana cara pemimpin untuk mengatur dan
mempengaruhinya. Jika bawahan itu adalah siswa, maka pemipimpin akan
menjalankan pola kepemimpinan sesuai dengan karakter siswa, agar terjadi
komunikasi yang lebih efektif antara pemimpin dan bawahan.[13]
Adapun faktor
eksternal yang mempengaruhi kepemimpinan, antara lain:
a.
Politik
Politik merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi keefektifan kepemimpinan
seseorang.Oleh karenanya seorang pemimpin harus mampu merangkul orang-orang
yang ada disekitarnya. Dengan memiliki kepercayaan atau pun pandangan positif
serta dukungan dari orang-orang yang ada disekitarnya baik itu keluarga,
bawahan maupun rekan kerja maka kepemimpinannya akan berjalan dengan lancar.
b.
Otoritas Kepemimpinannya
Otoritas (authority) dapat dirumuskan sebagai
kapasitas atasan, berdasarkan jabatan formal, untuk membuat keputusan yang
mempengaruhi perilaku bawahan. Banyak orang memahami bahwa otoritas adalah
sebuah bentuk kekuasaan seseorang atas diri orang lain. Pada waktu seseorang memiliki
otoritas, misalnya di dalam lingkup pekerjaan tertentu, maka kekuasaan menjadi
mutlak miliknya. Baik itu
kekuasaan untuk mengatur, mengontrol atau memutuskan sesuatu. Tentu saja jika
digunakan oleh orang yang tidak tepat atau memiliki motivasi yang tidak baik,
maka otoritas tersebut tidak berfaedah untuk membangun sebuah sistem malah
meruntuhkannya. Bukan hanya itu, otoritas di tangan orang yang tidak tepat,
akan dapat disalahgunakan untuk menjajah orang lain, mencari keuntungan sendiri
dan menghasilkan perlakuan atau tindakan semena-mena. Betapa baiknya otoritas
untuk tujuan yang baik dan betapa buruknya otoritas untuk tujuan yang
menyimpang. Otoritas
haruslah berada di tangan orang yang tepat, yang mampu menggunakannya secara
bertanggung-jawab. Otoritas dikatakan baik dan benar jika segala sesuatu berjalan dengan
baik di dalam sebuah sistem pemerintahan, pekerjaan atau bahkan lingkup
pelayanan.
c.
Rakyat
Rakyat adalah bagian
dari suatu negara atau unsur penting dari suatu pemerintahan. Rakyat terdiri dari beberapa orang yang mempunyai ideologi yang sama dan tinggal di daerah atau pemerintahan yang sama dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama
yaitu untuk membela negaranya bila diperlukan.[14] Oleh
karenanya rakyat merupakan factor eksternal yang bisa mempengaruhi pemimpin,
secara mendasar saja jika tidak ada rakyat maka tidak akan ada pemimpin.
Pemimpin yang ialah Pemimpin yang menyesuaikan kepemimpinannya dengan keadaan
rakyat yang ia pimpin, sebagaimana rasulullah bersabda :
حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَنَّ الْقَاسِمَ بْنَ مُخَيْمِرَةَ
أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَا مَرْيَمَ الْأَزْدِيَّ أَخْبَرَهُ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى
مُعَاوِيَةَ فَقَالَ مَا أَنْعَمَنَا بِكَ أَبَا فُلَانٍ وَهِيَ كَلِمَةٌ
تَقُولُهَا الْعَرَبُ فَقُلْتُ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ أُخْبِرُكَ بِهِ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَاحْتَجَبَ دُونَ حَاجَتِهِمْ
وَخَلَّتِهِمْ وَفَقْرِهِمْ احْتَجَبَ اللَّهُ عَنْهُ دُونَ حَاجَتِهِ وَخَلَّتِهِ
وَفَقْرِهِ قَالَ فَجَعَلَ رَجُلًا عَلَى حَوَائِجِ النَّاسِ. (رواه ابو دود و الترمذي).
Artinya ; Abu maryam al’ azdy r.a
berkata kepada muawiyah: saya telah mendengar rasulullah saw bersabda: siapa
yang diserahi oleh allah mengatur kepentingan kaum muslimin, yang kemdian ia
sembunyi dari hajat kepentingan mereka, maka allah akan menolak hajat
kepentingan dan kebutuhannya pada hari qiyamat. Maka kemudian muawiyah
mengangkat seorang untuk melayani segala hajat kebutuhan orang-orang (rakyat).
(HR. Abu Dawud, Wa Tirmidzy)
Pemimpin sebagai pelayan dan rakyat
sebagai tuan. Itulah kira-kira yang hendak disampaikan oleh hadis di atas.
Meski tidak secara terang-terangan hadis di atas menyebutkan rakyat sebagai
tuan dan pemimpin sebagai pelayan, namun setidaknya hadis ini hendak menegaskan
bahwa islam memandang seorang pemimpin tidak lebih tinggi statusnya dari
rakyat, karena hakekat pemimpin ialah melayani kepentingan rakyat. Sebagai
seorang pelayan, ia tentu tidak beda dengan pelayan-pelayan lainnya yang
bertugas melayani kebutuhan-kebutuhan majikannya. Seorang pelayan rumah tangga,
misalkan, harus bertanggung jawab untuk melayani kebutuhan majikannya. Demikian juga seorang pelayan
kepentingan rakyat harus bertanggung jawab untuk melayani seluruh kepentingan
rakyatnya.
Dalam konteks indoensia, sosok pelayan
yang bertugas untuk memenuhi kepentingan tuan rakyat ini adalah
presiden, menteri, DPR, MPR, MA, bupati, walikota, gubernur, kepala desa, dan
semua birokrasi yang mendukungnya. Mereka ini adalah orang-orang yang
kita beri kepercayaan (tentunya melalui pemilu) untuk mengurus segala
kepentingan dan kebutuhan kita sebagai rakyat.Karena itu, bila mereka tidak
melaksanakan tugasnya sebagai pelayan rakyat, maka kita sebagai tuan
berhak untuk memecat mereka dari jabatannya.[15]
Ada banyak hal yang mempengaruhi
kepemimpinan itu, terlebih fakta oraganisasi satu dengan lainnya sangat beragam
sehingga ada banyak hal yang mempengaruhi kepemimpinan. Adapun menurut Poernomosidhi Hadjisarosa
(1980;33), faktor-faktor
yang mempengaruhi kepemimpinan adalah sebagai berikut :
1.
Faktor Kemampuan Personal
Pengertian kemampuan adalah
kombinasi antara potensi sejak pemimpin dilahirkan ke dunia sebagai manusia dan
faktor pendidikan yang ia dapatkan. Jika seseorang lahir dengan kemampuan dasar
kepemimpinan, ia akan lebih hebat jika mendapatkan perlakuan edukatif dari
lingkungan, jika tidak, ia hanya akan menjadi pemimpin yang biasa dan standar.
Sebaliknya jika manusia lahir tidak dengan potensi kepemimpinan namun
mendapatkan perlakuan edukatif dari lingkunganya akan menjadi pemimpin dengan
kemampuan yang standar pula. Dengan demikian antara potensi bawaan dan
perlakuan edukatif lingkungan adalah dua hal tidak terpisahkan yang sangat
menentukan hebatnya seorang pemimpin.
2. Faktor
Jabatan
Pengertian jabatan adalah struktur
kekuasaan yang pemimpin duduki. Jabatan tidak dapat dihindari
terlebih dalam kehidupan modern saat ini, semuanya seakan terstrukturifikasi.
Dua orang mempunyai kemampuan kepemimpinan yang sama tetapi satu mempunyai
jabatan dan yang lain tidak maka akan kalah pengaruh. sama-sama mempunyai
jabatan tetapi tingkatannya tidak sama maka akan mempunyai pengaruh yang
berbeda.
3.
Faktor Situasi dan Kondisi
Pengertian situasi adalah kondisi
yang melingkupi perilaku kepemimpinan. Disaat situasi tidak menentu dan kacau
akan lebih efektif jika hadir seorang pemimpin yang karismatik. Jika kebutuhan
organisasi adalah sulit untuk maju karena anggota organisasi yang tidak berkepribadian
progresif maka perlu pemimpin transformasional. Jika identitas yang akan
dicitrakan oragnisasi adalah religiutas maka kehadiran pemimpin yang mempunyai
kemampuan kepemimpinan spritual adalah hal yang sangat signifikan. Begitulah
situasi berbicara, ia juga memilah dan memilih kemampuan para pemimpin, apakah
ia hadir disaat yang tepat atau tidak.
C. Faktor Penentu Kesuksesan Seorang
Pemimpin
Seorang
pemimpin dalam Islam adalah seorang yang bertakwa dan taat kepada Allah SWT.
Karena apabila seorang hamba selalu ingat, berusaha dan mengembalikan segala
urusan kepada Allah SWT maka dia akan senantiasa diberi pertolongan oleh Allah
SWT berdasarkan firman Allah dalam surah al-Hajj ayat 41.[16]
tûïÏ%©!$#
bÎ)
öNßg»¨Y©3¨B
Îû
ÇÚöF{$#
(#qãB$s%r&
no4qn=¢Á9$#
(#âqs?#uäur
no4q2¨9$#
(#rãtBr&ur
Å$rã÷èyJø9$$Î/
(#öqygtRur
Ç`tã
Ìs3ZßJø9$#
3
¬!ur
èpt6É)»tã
ÍqãBW{$#
ÇÍÊÈ
Artinya: (yaitu)
orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya
mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan
mencegah dari perbuatan yang munkar, dan kepada Allah-lah kembali segala
urusan.(Q.S Al-Hajj: 41)
Selain
taat kepada Allah SWT, seorang pemimpin terhadap bawahannya haruslah berlaku
adil, sebagai bukti takwa kepada perintah Allah yang tertuang dalam surah
An-Nisa ayat 58 dan surah al-Maidah ayat 8.
¨bÎ)
©!$#
öNä.ããBù't
br&
(#rxsè?
ÏM»uZ»tBF{$#
#n<Î)
$ygÎ=÷dr&
#sÎ)ur
OçFôJs3ym
tû÷üt/
Ĩ$¨Z9$#
br&
(#qßJä3øtrB
ÉAôyèø9$$Î/
4
¨bÎ)
©!$#
$KÏèÏR
/ä3ÝàÏèt
ÿ¾ÏmÎ/
3
¨bÎ)
©!$#
tb%x.
$JèÏÿx
#ZÅÁt/
ÇÎÑÈ
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.(Q.S
An-Nisa: 58)
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. úüÏBº§qs% ¬! uä!#ypkà ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ( wur öNà6¨ZtBÌôft ãb$t«oYx© BQöqs% #n?tã wr& (#qä9Ï÷ès? 4 (#qä9Ïôã$# uqèd Ü>tø%r& 3uqø)G=Ï9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 cÎ) ©!$# 7Î6yz $yJÎ/ cqè=yJ÷ès? ÇÑÈ
Artinya: Hai
orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al-Maidah : 8)
Ketakwaan
seorang pemimpin atau kekuatan spiritual seorang pemimpin sesungguhnya
sangat memengaruhi keberhasilan dan kesuksesan kepemimpinan. Berikut adalah
beberapa amalan sebagai wujud spiritualitas seseorang yang dapat mempengaruhi
keberhasilan pemimpin dan yang telah dikemukakan Djoko Hartono dalam bukunya ”Kekuatan
Spiritualitas Para Pemimpin Sukses”, yaitu sholat tahajjud, sholat hajat, sholat dhuha dan puasa Senin-Kamis.[17]
Didin
Hafidhuddin mengatakan tentang pemimpin yang sukses, yaitu:
1.
Ketika
seorang pemimpin dicintai oleh bawahan
2.
Pemimpin
yang mampu menampung aspirasi bawahan
3.
Pemimpin
yang selalu bermusyawarah
Literatur lain mengenai
kesuksesan kepemimpinan yaitu mengenai kunci sukses kepemimpinan kepala
sekolah. Kunci-kunci ini diharapkan memberi kepala sekolah suatu gambaran umum
mengenai dasar-dasar pemikiran tentang upaya mewujudkan kinerja pribadi yang
cerdas dan sukses, yaitu:
1.
Mempercayai
staf pengajar.
2.
Mendelegasikan
tugas dan wewenang.
3.
Membagi
dan memanfaatkan waktu.
4.
Peduli
dengan staf pengajar
5.
Membangun
misi
6.
Mengembangkan
tujuan institusi
7.
Cekatan
dan tegas, sekaligus sabar
8.
Berani
instropeksi
9.
Memiliki
konsistensi
10. Bersikap terbuka
Berikut ini adalah beberapa faktor
keberhasilan pemimpin :
1. Berpengetahuan
Berpengetahuan
yaitu Ia memang
memiliki kemampuan dalam bidang yang dipimpinnya. Ia tahu yang
dipimpinnya. Ia tahu benar akan seluk beluk bidang kegiatannya, baik dari dalam
maupun dari luar. Ia memang melakukan spesialisasi di bidang itu. Meskipun
sifatnya yang mengkoordinir, akan tetapi sangat perlu mengetahui bidang gerak
yang dipimpinnya. Rasulullah bersabda “Bila suatu perkara diserahkan kepada
yang bukan ahlinya, maka nantikan saat kehancurannya”. Camkanlah bahwa “kennis is macht”
yang berarti pengetahuan adalah kekuatan. Karena dari pengetahuanlah kekuatan.
Karena dari pengetahuan itu lahir keyakinan, kekuatan dan semangat yang tak
bisa dipatahkan.[20]
2. Keberanian
Keberanian adalah kemampuan batin
yang mengakui adanya rasa takut, akan tetapi mampu untuk menghadapi bahaya atau
rintangan dengan tegas dan tenang, atau dapat dikatakan bahwa keberanian adalah
kemampuan berpikir yang memungkinkan seseorang dapat menguasai tingkah lakunya
dan dapat menerima tanggung jawab serta dapat mudah bertindak dalam keadaan
bahaya. Dalam hal ini pemimpin harus bersikap seperti komandan, menumbuhkan
sugesti keberanian pada bawahan. Pada saat tertentu pula, ia hadir
sebagai pengayom atau pelindung, sehingga para bawahannya merasa senang,
tentram dengan kehadirannya.[21]
3. Berinisiatif
Berinisiatif adalah kemampuan untuk
bertindak, meskipun tidak ada perintah atau yang mengajukan
pertimbangan-pertimbangan guna perbaiki tugas pekerjaannya. Ia mampu
menganalisa situasi, sehingga tepat dan cepat mengambil keputusan. Sikap ini
timbul, karena pada dirinya peka terhadap lingkungan, sehingga selalu
ingin meskipun tidak ada perintah atau yang mengajukan
pertimbangan-pertimbangan guna perbaiki tugas pekerjaannya. Ia mampu
menganalisa situasi, sehingga tepat dan cepat mengambil keputusan. Sikap ini
timbul, karena pada dirinya peka terhadap lingkungan, sehingga selalu ingin ada
perubahan dan ada perubahan dan perbaikan. Bila tidak, maka disebut “wujudhu
ka ‘adamihi”. (adanya dengan tidak adanya sama saja)”.
4. Berketegasan
Berketegasan artinya kesanggupan
untuk mengambil keputusan keputusan dengan segera bila dibutuhkan dan
mengutarakan dengan tegas, lengkap dan jelas. Ketegasan bersumber pada
keyakinan dan kepercayaan kepada diri sendiri.
5. Kebijaksanan
Bijaksana adalah kecakapan untuk
bergaul dengan bawahan maupun atasnnya dengan cara yang tepat dan tidak
menyinggung perasaan. Kebijaksanaan merupakan suatu kemampuan untuk menghargai
apa lagi, kapan harus dilakukan, dan kapan arus diam, menanggung saat yang
baik.[22]
6. Adil
Artinya tidak memihak dan hanya
komitmen terhadap kebenaran.Ia mampu memisahkan antara emosi dan rasio. Dendam
dan benci, cinta dan dengki tidak mempengaruhinya dalam mengambil keputusan.
Jadi berarti adil di waktu cinta maupun benci (al’adlu fir ridla wa
fil ghadlab).
ß¼ãr#y»t $¯RÎ) y7»oYù=yèy_ ZpxÿÎ=yz Îû ÇÚöF{$# Läl÷n$$sù tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# Èd,ptø:$$Î/ wur ÆìÎ7®Ks? 3uqygø9$# y7¯=ÅÒãsù `tã È@Î6y «!$# 4 ¨bÎ) tûïÏ%©!$# tbq=ÅÒt `tã È@Î6y «!$# öNßgs9 Ò>#xtã 7Ïx© $yJÎ/ (#qÝ¡nS tPöqt É>$|¡Ïtø:$# ÇËÏÈ
Artinya:“Hai
Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka
berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah SWT akan mendapat azab
yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Q.S. Shad: 26)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa: salah
satu tugas dan kewajiban utama seorang khalifah adalah menegakkan supremasi
hukum secara Al-Haq. Seorang pemimpin tidak boleh menjalankan kepemimpinannya
dengan mengikuti hawa nafsu.Karena tugas kepemimpinan adalah tugas fi
sabilillah dan kedudukannya pun sangat mulia.
7. Taat
Artinya taat terhadap keputusan yang
disepakati.Setiap keputusan bersama dijalankan dengan konsekuen.
8. Berpembawaan
yang Baik
Pembawaan atau tampang dan sikap
seseorang berarti penjelmaan yang nyata dari isi diri yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus memperhatikan tingkah lakunya,
tampangnya bahkan pakaiannya.
9. Memiliki
Keuletan
Keuletan dibuktikan dengan
kesanggupan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, walaupun banyk dialami oleh
banyak rintangan dan kegagalan-kegagalan. Kesanggupan untuk menahan kelelahan,
kesakitan dan penderitaan tanpa putus asa dan tidak kenal menyerah , sebagai
bukti dari keuletannya.
10. Memiliki
Semangat Besar
Seorang pemimpin harus mempunyai
hasrat yang besar dan perhatian yang mendalam terhadap tugas yang dihadapinya.
Contoh dari pimpinan akan membangunkan semangat yang besar pula pada anak
buahnya, sehingga tugas dapat diselesaikan dengan mudah.
11. Tidak
Mementingkan Diri Sendiri
Yang dimaksud dengan ini adalah
seorang pemimpin yang tidak akan mengambil keuntungan dari pekerjaan kelompok
itu utnuk kepentingan diri sendiri serta tidak menyalah gunakan jabatan.
12. Ikhlas
Atau memiliki kebiasaan untuk
berbuat lebih dari apa yang diharapkan sebagai imbalan. Jiwa ikhlas, pada
dirinya tidak bersemayam senantiasa menuntut balas. Semua yang dilakukan
semata-mata mencari mardlatillah(keridaan Allah), lain tidak. Pujian, sanjungan
ataupun cercaan sedikit pun tak mempengaruhi semangatnya dalam usaha mencapai
tujuan.Ia selalu ingin berbuat sebanyak-banyaknya, selalu ingin berprestasi.
13. Dapat
Menguasai Diri Sendiri
Bila nafsu diperturutkan, maka
segala persoalan takan terselesaikan, buah karya selama hidup tak menghasilkan.
Seorang yang dapat menguasai diri sendiri, berarti bila ia memiliki rencana,
maka tegas pula terhadap rencananya itu. Ia tanpa mengulur-ulur waktu atau
mencari alasan, programnya langsung dijalankan.
14. Mampu
Dan Bersedia Melakukan Tanggung Jawab Sepenuhnya
Seorang pemimpin yang berhasil ia
bersedia memikul tanggung jawab atas kebijaksanaanya maupun atas kesalaan dan
kekurangan para pengikutnya. Kalau ia coba-coba melakukan berusaha melemparkan
kesalahan itu kepada orang lain, maka kedudukannya akan gagal dan ia akan
kehilangan kewibawaan sebagai pemimpin. Kalau seorang bawahannya memuat
kesalahan dan bawahan itu terbukti telah melakukan tindakan yang tidak becus,
maka seorang pemimpin harus bisa menerima kenyataan itu sebagai
kesalahannya sendiri. Dia sendirilah yang telah gagal sebagai seorang
pemimpin selama ini.
15. Bisa
Menjalin Kerjasama Yang Baik
Pemimpin yang sukses ia bisa
memahami kehendak dan kemauan para pengikutnya. Dengan demikian barulah ia
dapat menerapkan prinsip kerjasama yang baik dengan bawahannya. Kedudukan
seorang pemimpin dipilih oleh bawahannya, maka kepala diangkat menurut
peraturan tertentu atas instasi yang berwenang.
16. Bisa
Menguasai Persoalan Secara Terperinci
Persoalan yang dimaksud ialah baik
mengenai kedudukannya sebagai pemimpin maupun dari segi tehnis
pelaksanaan.Bagaimana pula bila seorang yang diserahi amanat dan tanggung jawab
kemudian tidak mengetahui persoalan yang harus dipertanggung jawabkan.Dengan
komunikasi yang baik maka segala persoalan maupun programnya bisa dihayati
bawahan. Penghayatan yang sepaham akan menghasilkan dukungan.
17. Menaruh
Simpati Dan Pengertian Yang Dalam
Ia mampu menginventarisir gejolak
dan keinginan dari bawahan. Segala kritik, tegur sapa, sumbangan pikiran
dapatlah ia menampung dan menyeleksi. Masing-masing tidak merasa kecewa bila
berhadapan dengan dirinya.
Selain yang disebutkan di atas,
kecerdasan emosional merupakan salah satu kriteria keberhasilan pemimpin dalam
mengelola organisasinya. Fungsi kecerdasan emosional dalam kepemimpinan adalah
membantu pemimpin dalam memahami eksistensinya dan merasakan keberadaan
orang-orang. Untuk dapat berhasil, pemimpin perlu mempertimbangkan dan menilai
secara luas dan cermat faktor, sifat atau ciri pemimpin, syarat, kualitas
pribadi, pendidikan dan latihan, kesempatan untuk berkembang, kondisi kerja
kompetensi dan prestasi.[23]
Literatur lain menyatakan seorang
pemimpin akan memperoleh peranannya sebagai pemimpin apabila dalam pandangan
mata kelompoknya, dia mencuatkan “harapan atau janji” bahwa kebutuhnya
terpenuhi dan bahwa pemimpin juga sukses dalam memenuhi kebutuhannya.
Dalam pengertian lain adalah faktor
kesuksesan kepemimpinan apabila kebutuhannya dan kebutuhan bawahannya sama-sama
terpenuhi. Adapun faktor yang mendukung kepuasan kebutuhan ini antara lain
adalah keberhasilan, pengakuan, kerja itu sendiri, tanggung jawab dan kemajuan.
Dan faktor penghalang dalam pemenuhan kepuasan antara lain adalah hubungan
pribadi yang kurang akrab dengan para pemimpin, hubungan pribadi yang kurang
akrab dengan teman satu kelompok, teknik penyeliaan yang kurang atau tidak
cukup, kebijaksanaan dan administrasi perusahaan atau organisasi yang kurang
jelas, kondisi kerja kurang baik dan masalah-masalah dalam kehidupan pribadi
pekerja.[24]
Konsep
pemimpin ideal menurut al-Ghazālī adalah pemimpin akhlak, yang disebut sebagai
pemimpin sejati. Pemimpin yang adil, serta memiliki integritas, penguasaan
dalam bidang ilmu negara dan agama.[25]
Hal lain
yang berhubungan dengan kesuksesan kepemimpinan adalah tentang pemimpin yang
efektif. Berikut beberapa ciri pemimpin yang efektif menurut Achua dan Lusier: Dominasi, energi tinggi,
kepercayaan diri, locus of control, stabilitas, integritas, kecerdasan,
kecerdasan emosional, fleksibilitas
dan peka terhadap lainnya.[26]
Locus of control
adalah kontinum antara kepercayaan
eksternal dan internal atas
kontrol terhadap nasib seseorang. Integritas mengacu pada
perilaku yang jujur dan etis, membuat seseorang yang dapat dipercaya.
Integritas adalah kebalikan dari mencari kepentingan diri atas orang lain, itu
tentang menjadi jujur-tidak berbohong, menipu atau mencuri. Integritas adalah
penting dalam menjalankan bisnis yang sukses. Oleh karena itu, kita
perlu mendorong integritas kepemimpinan, karena
integritas
kita mempengaruhi perilaku kita.[27]
D.
Faktor
Kegagalan Seorang Pemimpin
Kegagalan dalam
kamus besar bahasa Indonesia berarti “tidak jadi atau tidak tercapai, ketidak
berhasilan”.[28] Jadi kegagalan seorang pemimpin dapat diartikan
sebagai ketidak berhasilan pemimpin dalam pencapaian tujuan yang telah
direncanakan. Tidak sedikit
pemimpin yang gagal dalam kepemimpinannya, yang disebabkan oleh banyak faktor.
Berikut beberapa faktor penyebab kegagalan kepemimpinan seseorang:
1.
Terlalu
Menekankan Kewibawaan
Harapan
mendapatkan kewibawaan yang dilakukan dalam bentuk kekerasan atau ancaman akan
melahirkan ketakutan, sedangkan kewibawaan yang ditegakan atas dasar kelakuan
akan melahirkan kepatuhan. Seorang pemimpin yang efesien harus senantiasa
membina dan mendorong semangat kerja para bawahannya dan bukannya berusaha
menanamkan rasa takut dalam hati para bawahannya. Seorang pemimpin tidak boleh
menggunakan kedudukannya itu sebagai alat untuk menanamkan kewibawaan itu, atau
dengan menyalah gunakan kekuasaan (miss use authority). Ini berarti kepemimpinannya hendak ditegakan
melalui unsur tekanan dan kekerasan.[29]
2.
Mementingkan
Diri Sendiri
Pemimpin yang
didalam agama kedudukannya sebagai khadam (pelayan), maka seharusnya ia lebih
banyak berbuat dari pada menuntut hormat. Seorang pemimpin yang menuntut
penghormatan dari bawahannya pasti akan mengalami kekecewaan. Pemimpin yang
berjiwa besar tak mau menyembah dan juga tak mau disembah,
ia tidak menuntut penghormatan dari bawahannya. Ia sudah merasa cukup dihormati
apabila ia melihat kenyataan bahwa bawahannya itu bekerja keras untuk kemajuan
dan kepentingan bersama dan bekerja bukan untuk sekedar memperoleh uang semata.
3.
Tidak Bisa
Dipercaya Akan Janjinya (Khianat)
Seorang
pemimpin yang tidak setia akan janjinya, tidak bisa dipercaya sebagai pengeman
amanat yang baik, ia akan selalu menyepelekan akan segala ahal, ia tak akan
langgeng mempertahankan singgasana kepemimpinanannya. Sikap tidak setia inilah
yang merupakan salah satu sebab kegagalan dalam perjalanan hidup.
4.
Tidak Bisa
Menguasai Diri Sendiri
Para bawahan
tidak menaruh penghargaan terhadap seorang pemimpin yang cepat naik darah atau
tidak mampu mengendalikan amarah. Akibatnya apa yang dilakukan lebih banyak
gejolak emosional dari pada rasional. Gejala tidak
bisa mengendalikan diri sendiri ini dalam berbagai bentuknya akan merusak
ketabahan serta semangat kerja bawahan yang salam itu bisa bertahan
dengan penuh kesabaran. Kritik yng dilakukan terhadap dirinya tiada membawa
perbaikan akan tetapi malah membawa masalah baru yang ruwet, sebab dirinya
selalu merasa benar.
5.
Takut Mendapat
Saingan Dari Bawahan
Pemimpin yang
berhasil ialah pemimpin yang mampu menciptakan tenaga pengganti, sedangkan yang
gagal adalah yang tidak mau menciptakannya. Kecemasan batin akibat khawatir
bila bawahannya bisa mneggeser kedudukannya justru malah menimbulkan citra yang
buruk terhadap dirinya sendiri sebagai pemimpin. Satu kenyataan yang mengandung
kebenaran adalah bahwa orang akan menerima imbalan yang lebih besar untuk
kemampuan dimana mereka berhasil menyuruh orang lain mengerjakan dari pada satu
pekerjaan itu di kerjakannya sendiri. Seorang pemimpin yang mengenal efisiensi
kerja haruslah meningkatkan efisiensi kerja para bawahannya melalui kemantapan
pengetahuannya tentang pekerjaan itu serta daya tarik dan pengaruh pribadinya
sendiri sebagai pemimpin yang berwibawa.
6.
Kurang Memiliki
Daya Imajinasi/Daya Khayal
Imajinasi atau
daya khayal pada hakikatnya adalah satu wadah tempat manusia guna menempa
segala bentuk rencananya. Dorongan dan
hasrat itu memberi bentuk dan menjelma menjadi tindakan berkat bantuan daya
khayal seseorang.Tanpa daya khayal yang kuat maka seorang pemimpin itu bisa
kelabakan dalam menghadapi keadaan gawat. Begitu pula ia akan tidak mampu
menciptakan bimbingan kepada para bawahannya agar bisa bekerja dan menghasilkan
prestasi yang efesien.
7.
Terlampau
Mementingkan Soal Gelar
Seorang yang
terlalu mementingkan soal gelar terhadap pribadinya berarti sedikit
kemampuannya untuk ditonjolkan, pintu menuju ketempat pemimpin yang sejati
terbuka bagi semua orang yang ingin masuk, dan tempat kerjanya hendaklah
merupakan markas kegiatan yang tidak perlu mengenal formalitas dan
peraturan-peraturan protocol yang kaku. Dalam dunia wiraswasta
penghargaan terhadap diri seseorang terletak pada prestasinya, dan bukan
pada gelarnya. Oleh karena itu formalitas gelar tidak begitu mempengaruhi
dalam hal penelitian, sebab ia hanyalah merupakan bentuk permukaan belum
menyangkut kualitas.
Selain itu menurut survey
yang dilakukan PT NBO Indonesia terhadap 1.000 responden dari kalangan manager
dan direktur, ada
9 faktor yang mengakibatkan kegagalan dalam memimpin. Tiga
diantaranya yaitu:
1. Gaya Kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan menjadi faktor utama
dalam menentukan kegagalan pemimpin
suatu organisasi. Gaya pemimpin yang tidak cocok dengan strategi pengembangan
organisasi, cenderung kaku, tidak bisa menyesuaikan dengan yang dipimpin,
sehingga menurunkan bahkan memadamkan semangat, serta loyalitas followernya.
Yang terjadi adalah produktivitas turun, beberapa orang menjadi resah, dan
selanjutnya dengan
senang hati mereka mengundurkan diri.
2. Kurangnya Visi dan arahan yang jelas
Jika
dilihat dari “Leadership Code – 5 rules to Lead” oleh Dave Ulrich, satu Code
yang harus dimiliki pemimpin adalah “Shape the future”
yaitu punya visi atau pemikiran yang strategis yang lebih berorientasi ke
depan. Hal ini akan mewarnai team, dan itu harus bisa dirasakan oleh anggota
team. Sasaran jangka pendek dan
panjang, dikomunikasikan, dan mengilhami anggota team, sehingga team lebih
termotivasi untuk mencapainya secara bersama-sama.
3. Komunikasi yang buruk
Komunikasi
bukan hanya menyampaikan informasi, data, signal, atau lainnya, namun lebih
dari itu. Bagaimana komunikasi bisa lebih efektif dan efisien, dan terjadi “engagement”
terhadap team/personal. Komunikasi seringkali
satu arah (yang bersifat direction), sehingga tidak layak disebut komunikasi.
Komunikasi adalah 2 arah, saling memahami, dan dilandasi “trust”. Perhatikan “body language” partner bicara, dan temukan apa yang dikatakan dari sana.[30]
M. Ihsan Dacholfany menyimpulkan
bahwa faktor penyebab kegagalan pemimpin, secara berturut-turut adalah :
1. Sikap
pemimpin yang kurang baik;
2. Kurangnya
keterampilan memimpin;
3. Strategi
yang kurang baik dan kurang tersosialisasikan;
4. Pelanggaran
terhadap nilai-nilai;
5. Perekrutan
pemimpin yang kurang baik;
6. Lemahnya
seni memimpin;
7. Komunikasi
pemimpin yang kurang baik dengan bawahannya.
Sementara itu, kunci keberhasilan
kepemimpinan, secara berut-turut mulai dari yang berkontribusi paling besar adalah:
1. Sikap
baik pemimpin;
2. Strategi
yang baik;
3. Keterampilan
pemimpin;
4. Keteguhan
pemimpin dalam memegang nilai-nilai kepemimpinan; dan
5. Kemampuan
memotivasi yang dimiliki oleh pemimpin.[31]
Seorang yang menjadi seorang
pemimpin harus bisa melaksanakan suatu tugas pemimpin salah satunya
mengambil keputusan. Karena itu seorang pemimpin seharusnya memiliki sikap yang
kuat karena setiap keputusan sering
kali tidak memuaskan semua pihak. Adapun
beberapa langkah nyata menjadi seorang pemimpin adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi
Menjaga komunikasi antar anggota dan pemimpin sangat
diperlukan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu kepemimpinan. Selain itu untuk
menghilangkan rasa sungkan, sehingga tercipta suatu kondisi yang akrab antar pemimpin dan yang dipimpin.
2. Tidak membesarkan masalah yang kecil
Terkadang seorang pemimpin perlu memberikan suatu
solusi praktis terhadap beberapa masalah yang tidak memerlukan perundingan, sehingga
tidak menghamburkan waktu. Walaupun begitu, seorang pemimpin tidak boleh
mengabaikan masalah kecil begitu saja.
3.
Contoh
Pemimpin menjadi gambaran keadaan suatu organisasi. Maka dari itu
pemimpin harus memberikan contoh yang baik terhadap bawahannya agar organisasi
berjalan ke arah yang lebih positif. [32]
E.
Analisis
Dari pemaparan diatas, dapat di analisa bahwa penentu
sukses atau gagalnya kepemimpinan seseorang disebabkan oleh beberapa faktor,
baik itu faktor internal yaitu faktor yang berasal dari diri seseorang,
maupun factor eksternal yaitu factor yang timbul diluar diri seseorang.
Akan tetapi yang memberi pengaruh besar terhadap kesuksesan sebuah lembaga yang
di pimpin oleh seseorang berdasarkan faktor internal.
Pada faktor
internal, adanya kepribadian, akhlak atau prilaku, dan kemampuan intelektual
merupakan hal-hal yang bisa menjadi acuan dalam kepemimpinan seseorang. Karena jika
seorang pemimpin memiliki kepribadian yang baik maka
baik pula kepemimpinannya, sebaliknya jika ia
memiliki kepribadian yang buruk maka buruk pula kepemimpinannya.
Sebagai seorang pribadi, pemimpin tentu memiliki karakter unik yang
membedakannya dengan orang lain. Keunikan ini tentu akan berpengaruh pada
pandangan dan cara ia memimpin. Ada karakter bawaan yang menjadi ciri pemimpin
sebagai individu, ada kompetensi yang terbentuk melalui proses pematangan dan
pendidikan.
Sebagai contoh, seorang
pemimpin yang memilki sifat ramah tamah, humoris,
terbuka, maka secara tidak langsung ia akan disukai oleh bawahannya,
namun jika seorang pemimpin memiliki sifat acuh tak acuh atau kaku. maka pemimpin tersebut akan sulit untuk mengarahkan para
bawahannya.
Dapat
dikatakan bahwa faktor
internal memiliki pengaruh yng lebih dibandingkan faktor eksternal. Karena
pada faktor
internal ini lah yang memiliki peran besar untuk menentukan apakah kepemimpinan
itu baik atau tidak, sukses atau gagal. Apabila
seorang pemimpin memiliki internal yang baik,
maka faktor negatif dari internal dapat diminimalisir.
Ketakwaan
seorang pemimpin atau kekuatan spiritual seorang pemimpin sesungguhnya
sangat mempengaruhi keberhasilan dan kesuksesan kepemimpinan. Sholat tahajjud, sholat hajat, sholat dhuha dan
puasa Senin-Kamis merupakan beberapa amalan sebagai wujud
spiritualitas seseorang yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemimpin.
Kepemimpinan yang baik adalah kepmimpinan
yang memiliki keterampilan
memotivasi dan menginspirasi orang lain yang menjadi pengikutnya sehingga
mereka dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal. Secara ideal pemimpin
yang berhasil adalah pemimpin yang bisa mengendalikan seluruh anggota/
bawahannya yang dengan bekerja sama mencapai tujuan yang diharapkan
bersama.
Dalam suatu literatur, dinyatakan bahwa
seorang pemimpin akan memperoleh peranannya sebagai pemimpin apabila dalam
pandangan mata kelompoknya, dia mencuatkan “harapan atau janji” bahwa
kebutuhannya terpenuhi dan bahwa pemimpin juga sukses dalam memenuhi
kebutuhannya.
Dalam pengertian lain adalah faktor
kesuksesan kepemimpinan apabila kebutuhannya dan kebutuhan bawahannya sama-sama
terpenuhi. Adapun faktor yang mendukung kepuasan kebutuhan ini antara lain
adalah keberhasilan, pengakuan, kerja itu sendiri, tanggung jawab dan kemajuan.
Dan faktor penghalang dalam pemenuhan kepuasan antara lain adalah hubungan
pribadi yang kurang akrab dengan para pemimpin, hubungan pribadi yang kurang
akrab dengan teman satu kelompok, teknik penyeliaan yang kurang atau tidak
cukup, kebijaksanaan dan administrasi perusahaan atau organisasi yang kurang
jelas, kondisi kerja kurang baik dan masalah-masalah dalam kehidupan pribadi
pekerja.
Selain itu,
integritas juga harus dimiliki seorang pemimpin. Integritas
mengacu pada perilaku yang jujur dan etis, membuat seseorang yang dapat
dipercaya. Integritas adalah kebalikan dari mencari kepentingan diri atas orang
lain, itu tentang menjadi jujur-tidak berbohong, menipu atau mencuri.
Integritas sangat
penting dalam menjalankan bisnis yang sukses. Oleh karena itu,
setiap orang perlu mendorong integritas kepemimpinannya, karena integritas
mempengaruhi perilaku kita.
Berdasarkan
faktor-faktor tersebut, bisa disimpulkan bahwa faktor
internal merupakan faktor penentu kesuksesan kepemimpinan. Latar
belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi,
kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan sosial dengan sikap-sikap hubungan
manusiawi merupakan hal-hal yang mempengaruhi
kepemimpinan seseorang.
DAFTAR
PUSTAKA
Afzalur Rahman, Ensiklopedia
Ilmu dalam Al-Qur’an: Rujukan terlengkap isyarat-isyarat ilmiah dalam AlQur’an,
Bandung: Mizania, 2007
Christopher F. Achua and Robert N. Lusier, Effective Leadership, Fourth EditionSouth-Western
Cengange Learning: Canada, 2010
EK. Imam
Munawwir. Asas-asas Kepemimpinan dalam
Islam,S urabaya: Usaha Nasional
Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah:
Konsep, Strategi, Dan Implementasi, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2004
Qomar, Muzamil, Manajemen Pendidikan
Islam, Malang: Remaja Rosdakarya, 2007
Robbins, Stephen P. Judge, Timothy A, Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat, 2008
Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolahan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009
Supardo, Susilo, Kepemimpinan
dasar dasar dan pengembangannya, Yogyakarta: Andi, 2006
Terry,
Georga R. Prinsip-Prinsip Manajemen, Terj. J. Smith DFM, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, Cet. Ke-8,
Thomas Gordon, Kepemimpinan yang Efektif, Jakarta:
Rajawali Pers, 1990
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005
Veitzal Rivai Zainal dan Fauzi Bahar, Islamic Education Management: dari teori ke
praktik, Jakarta: Rajawali Pers, 2015
Ade Afriansyah, Pemimpin Ideal Menurut Al-Ghazali
(Tesis tidak diterbitkan: Ygyakarta, 2014) h. 120.
digilib.uin-suka.ac.id/15158/1/1220510075_bab-i_iv-atau-v_daftar-pustaka.pdf.
diakses 9 November 2016. 03.42 pm
https://www.academia.edu/14058044/FAKTOR_KEGAGALAN_DAN_KUNCI_SUKSES_DALAM_KEPEMIMPINAN?auto=download. Diakses hari Rabu, 9 November 2016, 3.35 pm
www.academia.edu/download/35902028/aza.docx.
Diakses tanggal 9 November 2016. 03.29 pm
http://agamadhitama11.blogspot.co.id/2015/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html, Diakses tanggal 02 Januari 2016
https://islamislogic.wordpress.com/kumpulan-hadits-shahih/40-hadits-tentang-pemimpin-dan-penjelasanya/ diakses tanggal 01 Januari 2017
[3] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi
ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 312
[5] Christopher F. Achua and Robert N. Lusier, Effective Leadership, Fourth Edition (South-Western Cengange
Learning: Canada, 2010) h. 6
[6] E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, Dan
Implementasi, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 107
[8] Terry, Georga R. Prinsip-Prinsip
Manajemen, Terj. J. Smith DFM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. Ke-8, h. 152.
[10] Robbins, Stephen
P. Judge, Timothy
A, Perilaku Organisasi Buku 1, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), h. 126-127
[11] https://islamislogic.wordpress.com/kumpulan-hadits-shahih/40-hadits-tentang-pemimpin-dan-penjelasanya/ diakses tanggal 01 Januari 2017
[13]http://agamadhitama11.blogspot.co.id/2015/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html, Diakses tanggal 02 Januari 2016
[15] https://islamislogic.wordpress.com/kumpulan-hadits-shahih/40-hadits-tentang-pemimpin-dan-penjelasanya/ di akses tanggal 1 Januari 2017
[16]Afzalur Rahman,
Ensiklopedia Ilmu dalam Al-Qur’an:
Rujukan terlengkap isyarat-isyarat ilmiah dalam AlQur’an (Bandung: Mizania,
2007) h. 298
[18]Disampaikan
oleh Kamrani Buseri dalam perkuliahan Kepemimpinan dalam Lembaga Pendidikan
Islam dengan materi Sifat-sifat Kepemimpinan LPI yang ideal pada tanggal 8
Oktober 2016
[19] Sudarwan Danim
dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan
Transformasional Kekepalasekolahan (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) h. 87-95
[23]Rohiat, Kecerdasan
Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah (Bandung: Refika Aditama, 2008) h. 54
[24]Thomas Gordon,
Kepemimpinan yang Efektif (Jakarta: Rajawali Pers, 1990) h. 22-32
[25]Ade Afriansyah, Pemimpin Ideal Menurut Al-Ghazali (Tesis tidak
diterbitkan: Ygyakarta, 2014) h. 120. digilib.uin-suka.ac.id/15158/1/1220510075_bab-i_iv-atau-v_daftar-pustaka.pdf.
diakses 9 November 2016. 03.42 pm
[31]https://www.academia.edu/14058044/FAKTOR_KEGAGALAN_DAN_KUNCI_SUKSES_DALAM_KEPEMIMPINAN?auto=download. Diakses hari Rabu, 9 November 2016, 3.35 pm
[32]ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar