Selasa, 22 Agustus 2017

My Work : Review Jurnal 2



1.      Bibliografi Penulis:
Penulis
Che Noraini Hashim & Hasan Langgulung
Topik
Islamic Religious Curriculum in Muslim Countries: The Experiences of Indonesia and Malaysia
Instansi
Bulletin of Education & Research June
Tempat Penelitian
Indonesia dan Malaysia
Tahun
2008

2.      Tujuan Penulisan
Tulisan ini mencoba untuk mengetahui pengembangan kurikulum pendidikan agama di negara-negara Muslim dengan penekanan pada Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia. Tulisan Ini berfokus pada reformasi kurikuler pendidikan agama Islam di negara-negara Arab dan dampaknya terhadap Pendidikan Asia Tenggara dan tantangan yang dihadapi oleh pendidikan agama.
3.      Fakta-fakta Penulisan
Adapun fakta-fakta yang terdapat dalam penulisan ini adalah:
A.     Reformasi Pendidikan Agama Islam di Negara Arab dan dampaknya terhadap Asia Tenggara
Mesir merupakan negara muslim yang paling awal yang mengadopsi Pendidikan Barat. Ada banyak alasan yang membuat Mesir bangkit dan menyadari keterbelakangan mereka sehingga mendorong mereka untuk membangun kembali masyarakat, terutama dalam sistem pendidikan. Invasi Perancis ke Mesir pada tahun 1798 membuka mata masyarakat Mesir pada keunggulan senjata Perancis sehingga membuat mereka berhasil dengan cepat dalam perang  melawan Mesir. Kekalahan ini mendesak Mesir untuk meninjau alasan kelemahan mereka dan menyarankan reformasi bagi pendidikan mereka.
Di antara reformis menonjol adalah Rifaah Al Tahtawi dan Ali Mubarak yang merupakan misi pertama dari mahasiswa yang dikirim ke Prancis untuk belajar sistem pendidikan Perancis. Mereka datang kembali dan membuat beberapa reformasi dalam sistem pendidikan Mesir seperti membangun Darul Ulum pada tahun 1872 yang menjadi sekolah pertama untuk persiapan guru atau pendidikan guru.
Setelah periode ini, ada reformis lain yang muncul. Yang paling menonjol adalah Muhammad Abduh (1849-1904) yang merupakan salah seorang yang dipengaruhi oleh Al Tahtawi dan Ali Mubarak. Dia juga dekat dengan Jamaluddin Al Afghani (1897) yang berkampanye melawan totalitarianisme, kebodohan dan stagnasi. Muhammad Abduh membuat reformasi komprehensif di Al Azhar, tempat dia mengajar setelah kembali dari Perancis, dia membatasi durasi studi dan liburan, metode pengajaran direformasi dan diperiksa. (sebelum ini, di Al Azhar tidak ada pembatasan tahun belajar di mana siswa dapat tinggal selama mereka ingin, serta kurangnya metode pengajaran dan tidak ada pemeriksaan standar). Dia juga menuntut pembatalan buku tidak efektif, komentar , catatan kaki, dan menggantinya dengan satu yang lebih relevan dengan masalah masyarakat kontemporer.
Ø  Pendidikan di Asia Tenggara Indonesia
Setelah kejatuhan Kekaisaran Ottoman, seluruh Dunia Muslim benar-benar didominasi oleh negara-negara kolonial Barat, khususnya Inggris, Perancis, Spanyol, Belanda dan sebagainya. Negara-negara Asia Tenggara diperintah oleh Inggris dan Belanda. Inggris menjajah Malaya dan Kalimantan Utara, Belanda memerintah Indonesia. Pemerintahan Belanda di Indonesia berlangsung selama lebih dari tiga ratus tahun menggunakan cakar besi untuk menekan sekolah-sekolah swasta yang berusaha membangun kader untuk melawan penjajah. Islam adalah agama yang paling banyak di anut di Indonesia, sekitar 88% dari penduduknya diidentifikasi sebagai Muslim, sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim yang paling padat penduduknya di dunia.
Pendidikan agama Islam di Indonesia di awali saat Indonesia di duduki oleh Jepang. Pada masa itu sekolah-sekolah Belanda ditutup oleh Jepang dan digantikan dengan kurikulum mereka dengan bahasa Jepang sebagai pengantarnya. Majlis Syura Muslim Indonesia dan Hizbullah menyarankan untuk membentuk sebuah institusi Islam yang disebut dengan sekolah tinggi Islam (STI). Sekolah Tinggi Islam ini di mulai dengan empat Fakultas yaitu hukum, Agama, Ekonomi, dan Pendidikan.
Setelah kemerdekaan, fakultas Agama disponsori oleh Kementerian urusan agama dan menjadi Institut ilmu agama (Institut Agama Islam Negeri = IAIN), dimana kurikulumnya disusun oleh orang-orang lulusan dari Al Azhar. Pada awal berdirinya, kurikulum IAIN yang digunakan adalah mengikuti kurikulum  fakultas Al Azhar sebelum reformasi terbaru pada tahun 1961. Lembaga ini awalnya memiliki tiga fakultas seperti di Al Azhar, yaitu Usuludin, Syariah dan bahasa Arab, kemudian mereka menambahkan fakultas tarbiyyah (pendidikan).
Kemudian perkembangan sekolah-sekolah Islam pun berkembang cepat. Hampir 20-25% dari anak-anak sekolah dasar dan menengah di Indonesia berpartisipasi mengikuti pembelajaran di pesantren (sekolah agama Islam). Pesantren di Indonesia telah dikenal mengajarkan bentuk Islam yang moderat yang meliputi mistisisme Islam atau tasawuf.
Perkembangan pesat dari sekolah-sekolah Islam di Asia Tenggara  karena pengaruh dari dunia fenomena kebangkitan Islam yang luas, khususnya Konferensi internasional Pendidikan Muslim pertama yang diadakan di Makkah tahun 1977, kedua di Islamabad tahun 1980, ketiga di Dakka (Bangladesh), 1981, Keempat di Jakarta tahun 1982, Kelima di Kairo tahun 1987 dan keenam di Makkah tahun 1993 dan Ketujuh di Afrika Selatan tahun 1996.


Ø  Malaysia
Secara umum sejarah pendidikan di Malaysia dimulai dengan munculnya sekolah 'Pondok' serta Arab dan sekolah agama menjelang akhir abad ke-19. Di awal abad 20, lembaga pendidikan menjadi lebih terstruktur dan pengetahuan duniawi/umum termasuk dalam kurikulum sekolah agama. Pendidikan di Malaysia bisa diperoleh dari sekolah yang disponsori pemerintah, sekolah swasta, atau melalui home-schooling. Sistem pendidikan sangat terpusat, terutama untuk sekolah dasar dan menengah.
Sejarah pendidikan Islam di Malaysia dimulai pada abad  ke-13 ketika Islam pertama kali datang ke wilayah ini (Abdul Halim, 1995). Pendidikan Islam dapat dibagi menjadi empat tahap: 1) Berpusat di rumah guru, 2) Berpusat di masjid, surau dan madrasah, 3) Berpusat di  lembaga keagamaan yang disebut 'Pondok', 4) Berpusat di sekitar lembaga keagamaan yang disebut sekolah 'Madrasah'.
Pada tahap awal itu dilakukan dengan cara yang sangat informal dan itu cocok lingkungan pada saat itu di mana berpusat di sekitar rumah guru (guru rumah-rumah) . Siswa datang ke rumah guru (biasanya dikenal sebagai Ulama) untuk belajar membaca Quran dan fardhu Ain (ajaran dasar Islam).
Karena meningkatnya jumlah kelompok siswa sehingga guru kemudian tidak dapat menampung semua siswa, maka muncul ide bahwa pendidikan agama harus berpusat di sekitar masjid, surau dan madrasah. Guru duduk dengan siswa dalam bentuk lingkaran.
Selanjutnya, berpusat di sekitar lembaga keagamaan yang disebut 'Pondok'. Pondok adalah sekolah-sekolah agama tradisional yang mendominasi sistem pendidikan dunia Melayu di bagian awal dari abad ke 14 yaitu pra kolonial dan bahkan selama masa kolonial. Lembaga Pondok adalah yang pertama dan paling berpengaruh mewariskan pendidikan Islam di Malaysia dan Indonesia (disebut pesantren).
Pada akhir abad ke-19, terutama setelah Perang Dunia 1, dengan pengaruh 'gerakan Islah' yang dipimpin oleh reformis Sayyid Jamaluddin Al Afghani (1839-1879) dan Muhammad Abduh, (1849-1905), banyak 'madrasah' agama didirikan di banyak tempat di Malaysia sebagai alternatif untuk sekolah Pondok di mana sejumlah Muslim yang merasa bahwa sekolah pondok tidak bisa berurusan dengan tantangan pendidikan kolonial dan kurikulum hanya terbatas Fardu 'Ain.
Dengan sistem Madrasah ini, pendidikan Islam tidak hanya terfokus pada spiritual, Fardu Ain dan Tauhid tetapi menjadi lebih komprehensif, itu termasuk mata pelajaran lain dalam kurikulum seperti bahasa Arab, Matematika dan Geografi.
4.      Analisis Konsep Dalam Penulisan
Pada awalnya Pendidikan agama Islam baik di Indonesia hanya ditemukan pada sekolah non formal seperti pondok atau pesantren. Pesantren Indonesia telah dikenal mengajarkan bentuk Islam moderat, yang meliputi mistisisme Islam atau tasawuf. Kemudian pada masa penjajahan Jepang, Majlis Syura Muslim Indonesia dan Hizbullah menyarankan suatu ide untuk membentuk sebuah institusi Islam yang disebut dengan sekolah tinggi Islam (STI). Sekolah Tinggi Islam ini di mulai dengan empat Fakultas yaitu hukum, Agama, Ekonomi, dan Pendidikan. Di bentuknya sekolah tinggi agama Islam di peruntukkan bagi siswa yang ingin melanjutkan pendidikan agamanya.
Kemudian perkembangan sekolah-sekolah Islam pun berkembang cepat. Di antara faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan pesat dari sekolah-sekolah Islam di Indonesia akhir-akhir ini adalah ketidakmampuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan semua anak. Akan tetapi pemerintah berusaha memperbaiki situasi tersebut dengan; Menerima standar madrasah  sama dengan sekolah umum dan mengakui sertifikat madrasah swasta  setara dengan sertifikat negara (pemerintah) sehingga memungkinkan lulusan dari madrasah swasta untuk melanjutkan studi mereka di sekolah-sekolah pemerintah yang setara.
Adapun di Malaysia, Pendidikan Islam dapat dibagi menjadi empat tahap: 1) Berpusat di rumah guru, 2) Berpusat di masjid, surau dan madrasah, 3) Berpusat di  lembaga keagamaan yang disebut 'Pondok', 4) Berpusat di sekitar lembaga keagamaan yang disebut sekolah 'Madrasah'.
Kemudian di awal abad 20, lembaga pendidikan menjadi lebih terstruktur dan pengetahuan duniawi/umum termasuk dalam kurikulum sekolah agama. Pendidikan di Malaysia bisa diperoleh dari sekolah yang disponsori pemerintah, sekolah swasta, atau melalui home-schooling. Sistem pendidikan sangat terpusat, terutama untuk sekolah dasar dan menengah.
5.      Refleksi
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa reformasi kurikuler pendidikan agama Islam di negara-negara Arab ternyata berdampak terhadap Pendidikan Asia Tenggara dan tantangan yang dihadapi oleh pendidikan agama. Hal ini bisa kita lihat perkembangan pendidikan di Indonesia dan Malaysia dari waktu ke waktu terutama dalam pendidikan agama Islam. Di antara faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan pesat dari sekolah-sekolah Islam di Indonesia akhir-akhir ini adalah ketidakmampuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan semua anak.
Pendidikan Islam Indonesia dan Malaysia pada dasarnya tidak jauh berbeda. Pondok atau pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang menawarkan pendidikan agama Islam yang pada awalnya hanya mengajarkan tentang fardhu ain. Akan tetapi saat ini pondok atau pesantren mengalami perubahan pesat. Mata pelajaran tidak terfokus hanya pada ajaran agama saja, tetapi memuat juga Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Matematika, Sains, Geografi, Hukum, dll.
Sayangnya, kurikulum untuk pendidikan Islam di pondok atau pesantren tidak semuanya memiliki dokumentasi. Khususnya untuk mata pelajaran yang mengkaji kajian Islam dengan kitab-kitab Hadis, Tafsir, Fiqih, Tarikh, Sharaf, Balaghah, Nahwu, Tasawuf, Akhlak, dll. Tidak ada dokumentasi khusus semacam silabus, rencana pembelajaran, alokasi waktu, untuk kajian-kajian keagamaan ini, sehingga membuat system pembelajaran di pondok atau pesantren dinilai kurang terorganisir. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri, lembaga ini banyak melahirkan siswa-siswa yang mumpuni dalam bidang keagamaan dan melahirkan ulama-ulama besar.

1 komentar:

  1. Desert Strike - Temecula, CA - Sands Casino
    Desert 메리트카지노 Strike is a classic gaming action-adventure 제왕카지노 in septcasino the desert. Play for real money on our online casino or get a 100% match bonus.

    BalasHapus

Aku ; Yang Terlewatkan

  Tidak Mungkin dan Tidak Pernah Aku selalu melihatmu,Tapi kamu tidak. Aku selalu menatapmu,Tapi kamu tidak. Aku akan selalu ada untukm...