1.
Bibliografi Penulis:
Penulis
|
Che
Noraini Hashim & Hasan Langgulung
|
Topik
|
Islamic Religious Curriculum in Muslim Countries: The Experiences
of Indonesia and Malaysia
|
Instansi
|
Bulletin
of Education & Research June
|
Tempat Penelitian
|
Indonesia dan Malaysia
|
Tahun
|
2008
|
2.
Tujuan Penulisan
Tulisan
ini mencoba untuk mengetahui pengembangan kurikulum pendidikan agama di
negara-negara Muslim dengan penekanan pada Asia Tenggara, khususnya Indonesia
dan Malaysia. Tulisan Ini berfokus pada reformasi kurikuler pendidikan agama
Islam di negara-negara Arab dan dampaknya terhadap Pendidikan Asia Tenggara dan
tantangan yang dihadapi oleh pendidikan agama.
3.
Fakta-fakta Penulisan
Adapun fakta-fakta yang terdapat dalam penulisan ini adalah:
A.
Reformasi
Pendidikan Agama Islam di Negara Arab dan dampaknya terhadap Asia Tenggara
Mesir
merupakan negara muslim yang paling awal yang mengadopsi Pendidikan Barat. Ada
banyak alasan yang membuat Mesir bangkit dan menyadari keterbelakangan mereka
sehingga mendorong mereka untuk membangun kembali masyarakat, terutama dalam
sistem pendidikan. Invasi Perancis ke Mesir pada tahun 1798 membuka mata
masyarakat Mesir pada keunggulan senjata Perancis sehingga membuat mereka
berhasil dengan cepat dalam perang
melawan Mesir. Kekalahan ini mendesak Mesir untuk meninjau alasan
kelemahan mereka dan menyarankan reformasi bagi pendidikan mereka.
Di antara
reformis menonjol adalah Rifaah Al Tahtawi dan Ali Mubarak yang merupakan misi
pertama dari mahasiswa yang dikirim ke Prancis untuk belajar sistem pendidikan
Perancis. Mereka datang kembali dan membuat beberapa reformasi dalam sistem
pendidikan Mesir seperti membangun Darul Ulum pada tahun 1872 yang menjadi
sekolah pertama untuk persiapan guru atau pendidikan guru.
Setelah
periode ini, ada reformis lain yang muncul. Yang paling menonjol adalah
Muhammad Abduh (1849-1904) yang merupakan salah seorang yang dipengaruhi oleh
Al Tahtawi dan Ali Mubarak. Dia juga dekat dengan Jamaluddin Al Afghani (1897)
yang berkampanye melawan totalitarianisme, kebodohan dan stagnasi. Muhammad
Abduh membuat reformasi komprehensif di Al Azhar, tempat dia mengajar setelah
kembali dari Perancis, dia membatasi durasi studi dan liburan, metode
pengajaran direformasi dan diperiksa. (sebelum ini, di Al Azhar tidak ada
pembatasan tahun belajar di mana siswa dapat tinggal selama mereka ingin, serta
kurangnya metode pengajaran dan tidak ada pemeriksaan standar). Dia juga
menuntut pembatalan buku tidak efektif, komentar , catatan kaki, dan
menggantinya dengan satu yang lebih relevan dengan masalah masyarakat
kontemporer.
Ø Pendidikan
di Asia Tenggara Indonesia
Setelah
kejatuhan Kekaisaran Ottoman, seluruh Dunia Muslim benar-benar didominasi oleh
negara-negara kolonial Barat, khususnya Inggris, Perancis, Spanyol, Belanda dan
sebagainya. Negara-negara Asia Tenggara diperintah oleh Inggris dan Belanda.
Inggris menjajah Malaya dan Kalimantan Utara, Belanda memerintah Indonesia.
Pemerintahan Belanda di Indonesia berlangsung selama lebih dari tiga ratus
tahun menggunakan cakar besi untuk menekan sekolah-sekolah swasta yang berusaha
membangun kader untuk melawan penjajah. Islam adalah agama yang paling banyak
di anut di Indonesia, sekitar 88% dari penduduknya diidentifikasi sebagai
Muslim, sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim yang
paling padat penduduknya di dunia.
Pendidikan agama Islam di Indonesia
di awali saat Indonesia di duduki oleh Jepang. Pada masa itu sekolah-sekolah
Belanda ditutup oleh Jepang dan digantikan dengan kurikulum mereka dengan
bahasa Jepang sebagai pengantarnya. Majlis Syura Muslim Indonesia dan Hizbullah
menyarankan untuk membentuk sebuah institusi Islam yang disebut dengan sekolah
tinggi Islam (STI). Sekolah Tinggi Islam ini di mulai dengan empat Fakultas
yaitu hukum, Agama, Ekonomi, dan Pendidikan.
Setelah
kemerdekaan, fakultas Agama disponsori oleh Kementerian urusan agama dan
menjadi Institut ilmu agama (Institut Agama Islam Negeri = IAIN), dimana kurikulumnya
disusun oleh orang-orang lulusan dari Al Azhar. Pada awal berdirinya, kurikulum
IAIN yang digunakan adalah mengikuti kurikulum
fakultas Al Azhar sebelum reformasi terbaru pada tahun 1961. Lembaga ini
awalnya memiliki tiga fakultas seperti di Al Azhar, yaitu Usuludin, Syariah dan
bahasa Arab, kemudian mereka menambahkan fakultas tarbiyyah (pendidikan).
Kemudian perkembangan sekolah-sekolah Islam pun berkembang cepat.
Hampir 20-25% dari anak-anak sekolah dasar dan menengah di Indonesia
berpartisipasi mengikuti pembelajaran di pesantren (sekolah agama Islam).
Pesantren di Indonesia telah dikenal mengajarkan bentuk Islam yang moderat yang
meliputi mistisisme Islam atau tasawuf.
Perkembangan
pesat dari sekolah-sekolah Islam di Asia Tenggara karena pengaruh dari dunia fenomena
kebangkitan Islam yang luas, khususnya Konferensi internasional Pendidikan
Muslim pertama yang diadakan di Makkah tahun 1977, kedua di Islamabad tahun
1980, ketiga di Dakka (Bangladesh), 1981, Keempat di Jakarta tahun 1982, Kelima
di Kairo tahun 1987 dan keenam di Makkah tahun 1993 dan Ketujuh di Afrika
Selatan tahun 1996.
Ø Malaysia
Secara umum
sejarah pendidikan di Malaysia dimulai dengan munculnya sekolah 'Pondok' serta
Arab dan sekolah agama menjelang akhir abad ke-19. Di awal abad 20, lembaga
pendidikan menjadi lebih terstruktur dan pengetahuan duniawi/umum termasuk dalam
kurikulum sekolah agama. Pendidikan di Malaysia bisa diperoleh dari sekolah
yang disponsori pemerintah, sekolah swasta, atau melalui home-schooling. Sistem
pendidikan sangat terpusat, terutama untuk sekolah dasar dan menengah.
Sejarah
pendidikan Islam di Malaysia dimulai pada abad
ke-13 ketika Islam pertama kali datang ke wilayah ini
(Abdul Halim, 1995). Pendidikan Islam dapat dibagi menjadi empat tahap: 1)
Berpusat di rumah guru, 2) Berpusat di
masjid, surau dan madrasah, 3) Berpusat
di lembaga keagamaan yang disebut
'Pondok', 4) Berpusat di sekitar lembaga keagamaan yang
disebut sekolah 'Madrasah'.
Pada
tahap awal itu dilakukan dengan cara yang sangat informal dan itu cocok
lingkungan pada saat itu di mana berpusat di sekitar rumah guru (guru
rumah-rumah) . Siswa datang ke rumah guru (biasanya dikenal sebagai Ulama)
untuk belajar membaca Quran dan fardhu Ain (ajaran dasar Islam).
Karena
meningkatnya jumlah kelompok siswa sehingga guru kemudian tidak dapat menampung
semua siswa, maka muncul ide bahwa pendidikan agama harus berpusat di sekitar
masjid, surau dan madrasah. Guru duduk dengan siswa dalam bentuk lingkaran.
Selanjutnya,
berpusat di sekitar lembaga keagamaan yang disebut 'Pondok'. Pondok adalah
sekolah-sekolah agama tradisional yang mendominasi sistem pendidikan dunia
Melayu di bagian awal dari abad ke 14 yaitu pra kolonial dan bahkan selama masa
kolonial. Lembaga Pondok adalah yang pertama dan paling berpengaruh mewariskan
pendidikan Islam di Malaysia dan Indonesia (disebut pesantren).
Pada akhir abad ke-19,
terutama setelah Perang Dunia 1, dengan pengaruh 'gerakan Islah' yang dipimpin
oleh reformis Sayyid Jamaluddin Al Afghani (1839-1879) dan Muhammad Abduh,
(1849-1905), banyak 'madrasah' agama didirikan di banyak tempat di Malaysia
sebagai alternatif untuk sekolah Pondok di mana sejumlah Muslim yang merasa
bahwa sekolah pondok tidak bisa berurusan dengan tantangan pendidikan kolonial
dan kurikulum hanya terbatas Fardu 'Ain.
Dengan sistem
Madrasah ini, pendidikan Islam tidak hanya terfokus pada spiritual, Fardu Ain
dan Tauhid tetapi menjadi lebih komprehensif, itu termasuk mata pelajaran lain
dalam kurikulum seperti bahasa Arab, Matematika dan Geografi.
4.
Analisis Konsep
Dalam Penulisan
Pada awalnya Pendidikan agama Islam
baik di Indonesia hanya ditemukan pada sekolah non formal seperti pondok atau
pesantren. Pesantren
Indonesia telah dikenal mengajarkan bentuk Islam moderat, yang meliputi
mistisisme Islam atau tasawuf. Kemudian pada masa penjajahan Jepang, Majlis Syura Muslim Indonesia dan Hizbullah menyarankan suatu ide untuk
membentuk sebuah institusi Islam yang disebut dengan sekolah tinggi Islam
(STI). Sekolah Tinggi Islam ini di mulai dengan empat Fakultas yaitu hukum,
Agama, Ekonomi, dan Pendidikan. Di bentuknya sekolah tinggi agama Islam di peruntukkan bagi
siswa yang ingin melanjutkan pendidikan agamanya.
Kemudian perkembangan
sekolah-sekolah Islam pun berkembang cepat. Di antara faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
perkembangan pesat dari sekolah-sekolah Islam di Indonesia akhir-akhir ini
adalah ketidakmampuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan semua
anak. Akan tetapi pemerintah berusaha memperbaiki situasi tersebut dengan; Menerima standar
madrasah sama dengan sekolah umum
dan mengakui sertifikat madrasah swasta
setara dengan sertifikat negara (pemerintah) sehingga memungkinkan
lulusan dari madrasah swasta untuk melanjutkan studi mereka di sekolah-sekolah
pemerintah yang setara.
Adapun
di Malaysia, Pendidikan Islam dapat dibagi menjadi empat tahap: 1) Berpusat di
rumah guru, 2) Berpusat di masjid, surau dan madrasah, 3) Berpusat di
lembaga keagamaan yang disebut 'Pondok', 4)
Berpusat di
sekitar lembaga keagamaan yang disebut sekolah 'Madrasah'.
Kemudian di
awal abad 20, lembaga pendidikan menjadi lebih terstruktur dan pengetahuan
duniawi/umum termasuk dalam kurikulum sekolah agama. Pendidikan di Malaysia
bisa diperoleh dari sekolah yang disponsori pemerintah, sekolah swasta, atau
melalui home-schooling. Sistem pendidikan sangat terpusat, terutama untuk
sekolah dasar dan menengah.
5.
Refleksi
Berdasarkan
hasil dan pembahasan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa reformasi
kurikuler pendidikan agama Islam di negara-negara Arab ternyata berdampak
terhadap Pendidikan Asia Tenggara dan tantangan yang dihadapi oleh pendidikan
agama. Hal ini bisa kita lihat perkembangan pendidikan di Indonesia dan
Malaysia dari waktu ke waktu terutama dalam pendidikan agama Islam. Di antara faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap perkembangan pesat dari sekolah-sekolah Islam di
Indonesia akhir-akhir ini adalah ketidakmampuan pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan semua anak.
Pendidikan
Islam Indonesia dan Malaysia pada dasarnya tidak jauh berbeda. Pondok atau
pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang menawarkan pendidikan agama
Islam yang pada awalnya hanya mengajarkan tentang fardhu ain. Akan tetapi saat
ini pondok atau pesantren mengalami perubahan pesat. Mata pelajaran tidak
terfokus hanya pada ajaran agama saja, tetapi memuat juga Bahasa Arab, Bahasa
Inggris, Matematika, Sains, Geografi, Hukum, dll.
Sayangnya,
kurikulum untuk pendidikan Islam di pondok atau pesantren tidak semuanya
memiliki dokumentasi. Khususnya untuk mata pelajaran yang mengkaji kajian Islam
dengan kitab-kitab Hadis, Tafsir, Fiqih, Tarikh, Sharaf, Balaghah, Nahwu, Tasawuf,
Akhlak, dll. Tidak ada dokumentasi khusus semacam silabus, rencana
pembelajaran, alokasi waktu, untuk kajian-kajian keagamaan ini, sehingga
membuat system pembelajaran di pondok atau pesantren dinilai kurang
terorganisir. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri, lembaga ini banyak melahirkan
siswa-siswa yang mumpuni dalam bidang keagamaan dan melahirkan ulama-ulama
besar.
Desert Strike - Temecula, CA - Sands Casino
BalasHapusDesert 메리트카지노 Strike is a classic gaming action-adventure 제왕카지노 in septcasino the desert. Play for real money on our online casino or get a 100% match bonus.