Jumat, 16 Juni 2017

Active Teaching, Explicit Instruction, dan Mastery Teaching.


Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)  dengan mengemukakan tiga istilah, yaitu: Active Teaching, Explicit Instruction, dan Mastery Teaching. 


Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menggambarkan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) yaitu Active Teaching Model (Good et al., 1983), Explicit Instruction (Roshensine & Stephens, 1986), Mastery Teaching Model (Hunter, 1982).
Active Teaching (pengajaran aktif), dengan tokohnya Good dan Grows (1983) yang melaksanakan program Missouri Matheematics Effectiveness Study, dimana dalam studi ini 40 orang guru di bagi menjadi 2 kelompok. Salah satu kelompok mendapatkan latihan active teaching sementara yang lain kelompok lainnya terus mengajar seperti sebelumnya. Studi ini menemukan bahwa siswa dari kelompok pertama mendapatkan skor lebih tinggi dalam tes prestasi dan muridnya lebih aktif dikelas, di bandingkan siswa murid kelompok kedua. Disebut pembelajaran aktif karena dalam model ini siswa diharapkan dan dituntut untuk aktif dalam pembelajaran terutama pada fase latihan terbimbing dan latihan mandiri. Kemampuan siswa dalam fase ini menentukan keberhasilan hasil belajar siswa.
Istilah model pembelajaran langsung yang lain adalah  Mastery teaching. Mastery teaching yaitu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.  Model ini merupakan  bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui model ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara struktur dengan harapan materi pelajaran yang di sampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. (Http://abdulgofuroke.blogspot.co.id/2016/04/model-pembelajaran-langsung-direction.html?m= diakses tanggal 23 Juli 2016).
Adapun model pembelajaran langsung yang disebut juga dengan Explicit Instruction menurut Arend dalam Trianto (2010:41) adalah merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Explicit Instruction  merupakan suatu model dimana kegiatan terfokus pada aktifitas-aktifitas akademik sehingga didalam implementasi kegiatan pembelajaran, guru melakukan control yang ketat terhadap kemajuan siswa, pendayagunaan waktu, serta iklim kelas yang dikontrol secara ketat pula. (Aunnurrahman, 2009:169).
Explicit Instruction menurut Kardi (dalam Uno dan Nurdin, 2011:118) dapat berbentuk “ceramah,  demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok ”Explicit Instruction” digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Dalam model ini kejelasan intruksi guru kepada siswa sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Begitu pula keseriusan siswa dalam mendemonstrasikan materi turut andil mempengaruhi.
Ada beberapa ciri-ciri model Explicit Intruction  (pengajaran langsung), yaitu sebagai berikut.
a.       Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.
b.      Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran dan
c.       Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil. (Uno, dkk, 2012:117)

Sedangkan tujuan utama dari penggunaan model tersebut, yaitu untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa, sedangkan dampak pengajarannya adalah tercapainya ketuntasan muatan akademik dan keterampilan, meningkatnya motivasi belajar siswa serta meningkatkan kemampuan siswa. (Weil dan Calhoun, dalam Anurrahman, 2009:169).

PENGERTIAN : (1) Pendekatan, (2) Strategi, (3) Metode, (4) Teknik, dan (5) Taktik Pembelajaran


Muatan isi sebuah Model Pembelajaran CTL dengan menguraikan PENGERTIAN tentang: (1) Pendekatan, (2) Strategi, (3) Metode, (4) Teknik, dan (5) Taktik Pembelajaran

a.      Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan (paradigm) adalah titik tolak atau sudut pandang (word view) seseorang terhadap suatu objek atau permasalahan. Pendekatan juga dapat diartikan sebagai cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian; laksana pakai kacamata merah --- semua tampak kemerah-merahan.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang pendidik terhadap suatu proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yng sifatnya masih sangat umum, didalmnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat beberapa jenis pendekatan, antara lain:
1)      Pendekatan pembelajaran berorientasi atau berpusat pada peserta didik (student centered approach);
2)      Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
3)      Pendekatan ekonomi pendidikan yang memandang anak sekolah sebagai investasi masa depan sehingga kegiatan pembelajaran harus di rancang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang dapat mengembalikan investasi yang dibutuhkan selama sekolah baik kepada diri peserta didik, keluarga, maupun kepada Negara;
4)      Pendekatan agama yang memandang pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari nilai  ibadah sehingga nilai-nilai agama sangat mempengaruhi terhadap seluruh proses pendidikan dan pembelajaran seperti konsep pembelajaran yang dicetuskan oleh Ulama' Imam Zarnuji dalam kitab Ta'lim Muta'alim yang banyak dijadikan rujukan pesantren di Indonesia, dan lain-lain. (Mulyono, 2011: 13).


b.      Strategi Pembelajaran
Strategi adalah ilmu dan kiat dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemp (Wina Sanjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsure strategi dari setiap usaha, yaitu:
a.       Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (output) dan sasaran (target) yang harus di capai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
b.      Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
c.       Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan di tempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
d.      Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat tersebut adalah:
a.       Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil prilaku dan pribadi peserta didik.
b.      Mempertimbangkan dan memilih system pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
c.       Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode, dan teknik pembelajaran.
d.      Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau criteria dan ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan. (Mulyono, 2011:14-15).
Sehubungan dengan itu, pendekatan pembelajaran kontekstual diturunkan ke dalam beberapa beberapa strategi pembelajaran. Ditjen Dikdasmen (2003-4-8) mengelompokkan 7 strategi pembelajaran kontekstual, yaitu (1) belajar berbasis masalah (problem-based learning), (2) pengajaran autentik (authentic instruction), (3) belajar berbasis inquiri (inquiry-based learning), (4) belajar berbasis proyek/tugas terstruktur (project-based learning), (5) belajar berbasis kerja (work-based learning), (6) belajar jasa layanan (service learning), (7) belajar kooperatif (cooperative learning). Hal ini sejalan dengan lima strategi yang dikemukakan Bern dan Erickson (2001: 5-11), yaitu: (1) Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), (2) Pembelajaran kooperatif (cooverative learning), (3) Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), (4) Pembelajaran pelayanan (service learning), dan (5) Pembelajaran berbasis kerja (work-based learning). (Komalasari, 2010: 55-56).
c.       Metode Pembelajaran
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Metode adalah "a way in achieving something" (Wina Sanjaya, 2008). Jadi metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat; (9) symposium, dan sebagainya. (Mulyono, 2011:16).
d.      Teknik Pembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode ceramah pada kelas dengan jumlah peserta didik yang relative banyak membutuhkan teknik tersendiri yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah peserta didiknya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang peserta didiknya tergolong aktif dengan kelas yang peserta didiknya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. (Mulyono, 2011: 17).
e.       Taktik Pembelajaran
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajarannya akan nampak keunikan atau ke khasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus seni (teaching is science and art). (Mulyono, 2011:17).
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

                    Model Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran
(Student or Teacher Centered)


Strategi Pembelajaran
(Exposition-discovery learning or Group-Individual Learning)
Teknik dan Taktik Pembelajaran (Spesifik, individual, unik)
Metode Pembelajaran
(Ceramah, diskusi, simulasi, dsb)
 

















(Komalasari, 2011:17)

Langkah-langkah pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif


Langkah-langkah pelaksanaan tipe-tipe pembelajaran kooperatif berikut ini: 
(1) TGT, (2) ENE, (3) PAP, (4) NHT, (5) CS, (6) CONSE, (7) MM, (8) TPS, (9) MAM, (10) GI, (11) TS, (12) CP, (13) EI, dan (14) CIRC

1.      Langkah-langkah pelaksanaan tipe-tipe pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) :
a.       Setiap siswa di tempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 3 orang yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi (Huda, 2011 : 117). Atau 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, suku kata, atau ras yang berbeda..
b.      Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang di berikan di kerjakan bersama-sama dengan kelompok mereka masing-masing.
c.       Jika ada dari anggota yang tidak mengerti dengan tugas yang di berikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. (Rusman, 2014 : 224-225)
d.      Pemahaman siswa terhadap materi yang di sajikan guru di uji secara individual melalui game akademik. Nilai yang mereka peroleh dari game ini akan menentukan skor kelompok mereka masing-masing. (Huda, 2011 : 117)
e.       Game dalam TGT bisa berupa pertanyaan-pertanyaan yang di tulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa misalnya akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut.
f.       TGT harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsip dari TGT ini soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. (Rusman, 2014 : 224).

2.      Langkah-langkah pelaksanaan tipe-tipe pembelajaran kooperatif Make a Match (MAM):
a.       Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topic yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).
b.      Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang di pegang.
c.       Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban). (Rusman, 2014 : 223-224). Misalnya, pemegang kartu yang bertuliskan PERSEBAYA berpasangan dengan pemegang kartu SURABAYA, atau penmegang kartu yang berisikan nama SBY berpasangan dengan pemegang kartu PRESIDEN RI. (Huda, 2011 : 135).
d.      Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu di beri poin.
e.        Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
f.       Kesimpulan. (Rusman, 2014 : 223-224)
3.      Langkah-langkah pelaksanaan tipe-tipe pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) :
a.       Siswa di bagi dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 siswa
b.      Guru memilih topic-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat di kembangkan dari topic-topik tersebut.
c.       Setelah topic beserta permasalahan-permasalahannya di sepakati, siswa dan guru menentukan metode penelitian metode penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah.
d.      Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah dirumuskan. Aktifitas tersebut merupakan kegiatan sistemik keilmuan mulai dari mengumpulkan data, analisis data, sintesis, hingga menarik kesimpulan.
e.       Selanjutnya adalah presentasi hasil oleh masing-masing kelompok. Pada tahap ini diharapkan terjadi intersubjektif dan objektifikasi pengetahuan yang telah di bangun oleh suatu kelompok.
f.       Berbagai perspektif diharapkan dapat dikembangkan oleh seluruh kelas atas hasil yang di presentasikan oleh suatu kelompok.
g.      Melakukan evaluasi, karena evaluasi dapat memasukkan assesmen individual atau kelompok. (Suprijono, 2009 : 93).

4.      Langkah-langkah pelaksanaan tipe-tipe pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) :
a.       Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang di pelajari. Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 konsep yang di pelajari, maka tiap kelompok terdiri dari 8 orang. Setiap orang dalam tiap-tiap kelompok di beri nomor 1 sampai 8.
b.      Setelah kelompok terbentuk, guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus di jawab oleh tiap-tiap kelompok .
c.       Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok untuk menemukan jawaban. Tiap-tiap kelompok berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru.
d.      Yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka di beri kesempatan memberikan jawaban atas pertanyaan yang di terimanya dari guru. Hal ini dilakukan terus hingga semua siswa dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru.
e.       Berdasarkan jawaban-jawaban itu, guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga siswa dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh. (Suprijono, 2009 : 92).
5.      Langkah-langkah pelaksanaan tipe-tipe pembelajaran kooperatif Think Pair and Share (TPS) :
a.       Seperti namanya "Thinking", pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran untuk difikirkan oleh siswa. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawabannya.
b.      Selanjutnya "Pairing", pada tahap ini guru meminta siswa-siswa berpasangan. Guru memberi kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi.
c.       Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan, hasilnya di bicarakan dengan pasangan diseluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan "Sharing".
d.      Dalam kegiatan ini di harapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara integrative sehingga siswa dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang di pelajarinya. (Suprijono, 2009 : 91)
6.      Langkah-langkah pelaksanaan tipe pembelajaran kooperatif Cooperative Integrated Reading  and Composition (CIRC) :
a.       Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
b.      Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
c.       Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
d.      Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
e.       Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
f.       Penutup. (Suprijono, 2009 : 130-131)
Langkah-langkah lain dalam pelaksanaan pembelajaran koperatif tipe CIRC :
a.       Guru membagi peserta didik menjadi dua kelompok untuk berpasangan
b.      Guru membagikan wacana/materi kepada tiap kelompok untuk dibaca dan membuat ringkasan
c.       Guru menetapkan kelompok yang berperan sebagai penyaji dan kelompok yang berperan sebagai pendengar
d.      Kelompok penyaji membacakan ringkasan bacaan selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasan. Sementara itu, kelompok pendengar: (a) menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; (b) membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
e.       Kelompok bertukar peran yaitu kelompok yang semula sebagai penyaji menjadi pendengar dan kelompok pendengar menjadi penyaji.
f.       Menyimpulkan hasil diskusi bersama-sama. (http://model pembelajaranku.blogspot.co.id/2014/12/model-pembelajaran-cooperative.html, diakses 15 Juli 2016).
7.      Langkah-langkah pelaksanaan tipe pembelajaran kooperatif Talking Stick (TS) :
a.       Guru memberi penjelasan mengenai materi pokok yang akan di pelajari.
b.      Siswa diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk kegiatan ini.
c.       Selanjutnya guru meminta kepada siswa menutup bukunya.
d.      Guru mengambil tongkat (stik) yang telah di persiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut di berikan kepada salah satu siswa.
e.       Siswa yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru begitu seterusnya. Ketika tongkat (stik) bergulir dari siswa ke siswa lainnya sebaiknya di iringi music.
f.       Terakhir, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah di pelajarinya. Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan siswa, selanjutnya bersama siswa merumuskan kesimpulan. (Suprijono, 2009 : 110)
8.      Langkah-langkah pelaksanaan tipe pembelajaran kooperatif Explicit Intruction (EI) :
a.       Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa,
b.      Mendemontrasikan pengeatahuan dan keterampilan,
c.       Membimbing pelatihan,
d.      Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik,
e.       Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan. (Suprijono, 2009 : 110)
Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2010:43) sintaks model pembelajaran Explicit Instruction disajikan dalam lima tahap seperti tampak pada table berikut:
Fase
Peran Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2
Medemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemontrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

9.      Langkah-langkah pelaksanaan tipe pembelajaran kooperatif Examples Non-Examples (ENE) :
a.       Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b.      Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
c.       Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar.
d.      Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
e.       Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f.       Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g.      Kesimpulan (Suprijono, 2009 : 125).
10.  Langkah-langkah pelaksanaan tipe pembelajaran kooperatif Picture and Picture (PAP)
a.       Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b.      Guru menyajikan materi sebagai pengantar pembelajaran
c.       Guru menunjukkan gambar atau memperlihatkan gambar  yang berhubungan dengan materi
d.      Guru menunjukkan gambar atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau mengurutkan  gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
e.       Guru menanyakan alas an atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
f.       Dari alas an atau urutan gambar tersebut, guru memulai untuk menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin di capai.
g.      Kesimpulan. (Suprijono, 2009 : 126).

11.    Cooperative Script adalah model belajar dimana siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Adapun langkah-langkah pelaksanaan tipe pembelajaran kooperatif Cooperative Script (CS) :
a.       Guru membagi siswa untuk berpasangan
b.      Guru membagi wacana atau materi kepada tiap siswa untuk dibaca dan dibuat ringkasannya.
c.       Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d.      Pembicara membacakan ringkasannnya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok kedalam ringkasannya.  Sementara pendengar :
·           Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
·           Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan dengan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
e.       Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta  lakukan kembali kegiatan seperti diatas.
f.       Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan materi pelajaran.
g.      Penutup. (Suprijono, 2009 : 126-127).
12.    Langkah-langkah pelaksanaan tipe pembelajaran kooperatif Concept Sentence (CS)
a.       Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
b.      Guru menyampaikan materi secukupnya.
c.       Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen.
d.      Guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.
e.       Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.
f.       Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh guru.
g.      Kesimpulan. (Suprijono, 2009 : 132)

13.    Langkah-langkah pelaksanaan tipe pembelajaran kooperatif Change of Pairs (CP) :
a.       Setiap siswa membentuk pasangan-pasangan (bisa di tunjuk langsung oleh guru atau siswa sendiri yang mencari pasangannya sebagai teknik mencari pasangan (change of pairs)
b.      Guru memberikan tugas untuk dikerjakan oleh setiap pasangan siswa.
c.       Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
d.      Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing-masing pasangan yang baru ini kemudian saling berdiskusi dan menshare jawaban mereka.
e.       Hasil diskusi yang baru didapat dari Bertukar Pasangan ini kemudian didiskusikan kembali oleh pasangan semula. (Huda, 2011 : 136).
14.    Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Langkah-langkah pelaksanaan tipe pembelajaran kooperatif Mind Mapping (MM) :
a.       Pilihlah topik untuk pemetaan pikiran. Beberapa kemungkinan mencakup:
·      Problem atau isu tentang ide-ide tindakan yang anda inginkan untuk menciptakan ide-ide aksi.
·      Konsep atau kecakapan yang baru saja anda ajarkan.
·      Penelitian yang harus direncanakan oleh siswa.
a.       Konstruksikan bagi kelas peta pikiran yang sederhana yang menggunakan warna, khayalan, atau symbol. Satu contoh berupa berjalan berjalan ke toko grosir dimana seseorang belanja. Dari peta fikiran yang mengkategorisasikan barang-barang yang di butuhkan menurut toko dimana semuanya di temukan (misalnya hasil bumi dan makanan, buatlah dalam peta pikiran anda mendorong seluruh pikiran otak (versus pikiran otak kanan dan otak kiri). Ajaklah peserta didik untuk menceritakan contoh-contoh sederhana dari kehidupan sehari-hari yang dapat mereka petakan.
b.      Berikan kertas, pena, dan sumber-sumber yang lain yang anda fikir akan membantu peserta didik membuat peta pikiran yang berwarna dan indah. Berilah peserta didik tugas memetakan pikiran. Tunjukkan bahwa mereka memulai peta mereka dengan membuat gambar yang menggambarkan topic atau ide utama. Kemudian, berilah mereka semangat untuk membagi-bagi seluruhnyake dalam komponen-komponen yang lebih kecil dan menggambarkan komponen-komponen ini hingga batas luar peta (dengan menggunakan warna dan grafik). Doronglah mereka untuk menghadirkan setiap ide secara bergambar, dengan menggunakan sedikit mungkin kata-kata. Dengan mengikuti ini, mereka dapat mengelaborasi letupan secara detil ke dalam fikiran mereka.
c.       Berikanlah waktu yang banyak bagi peserta didik untuk mengembangkan peta pikiran mereka. Doronglah mereka untuk melihat karya orang lain untuk menstimulasi ide-ide.

d.      Perintahkan kepada peserta didik untuk saling membagi peta pikirannya. Lakukan diskusi tentang nilai cara kreatif untuk menggambarkan ide-ide. (Silberman, 2005:188-189).

Aku ; Yang Terlewatkan

  Tidak Mungkin dan Tidak Pernah Aku selalu melihatmu,Tapi kamu tidak. Aku selalu menatapmu,Tapi kamu tidak. Aku akan selalu ada untukm...