Minggu, 25 Desember 2016

Makalah Filsafat Ilmu



EPISTEMOLOGI DALAM ILMU MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


Mata Kuliah Filsafat Ilmu


Dosen Pengasuh:

Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, MA
Dr. Rusydi, M. Ag
 



     OLEH :
                            

   


Ana Suha
NIM. 1502521471
Amelia Fitriani
                                                NIM. 1502521453


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
 PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2015




KATA PENGANTAR

      Dengan mengucap Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa selalu melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya kepada kita semua. Shalawat dan salam atas junjungan jkita Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat, kerabat dan orang-orang yang mengikuti langkah beliau hingga akhir zaman. Sehingga penyusun dapat menyelesaiakan makalah ini yang berjudul “Epistemologi dalam Ilmu Manajemen Pendidikan Islam “.
            Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memperluas wawasan dalam rangka memperbanyak ilmu pengetahuan dan juga sebagai salah satu syarat yang wajib di penuhi. Penyusun sepenuhnya sangat menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya di sebabkan keterbatasan pengetahuan penyusun oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini yang akan datang.
            Dalam proses penyelesaian makalah ini kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
Bapak Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, MA dan Dr. Rusydi, M. Ag selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu.
            Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi diri penyusun maupun bagi orang lain.
                                                                                    Banjarmasin,                          2015


                                                                                                          Penyusun


DAFTAR ISI
                                                                                   

Halaman Judul
………………………………………………………………
I
Kata Pengantar
………………………………………………………………………
Ii
Daftar isi
………………………………………………………………………
iii



BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………
1
BAB II
PEMBAHASAN ………………………………………………….
2

 A. Pengertian Epistemologi ………………… ……………………...
2

 B. Penegertian Ilmu Manajemen Pendidikan Islam ………………...
2

 C. Dasar-dasar Manajemen Pendidikan Islam ……………………...
3

 D. Tujuan Manajemen Pendidikan Islam …………………………..
5

 E. Fungsi Manajemen Pendidikan Islam ...........................................
5

 F. Prinsip-prinsip Manajemen Pendidikan Islam …………………..
8



BAB III
PENUTUP ……………………………………………………...
9

A. Simpulan ………………………………………………………….
9





DAFTAR PUSTAKA
10








BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu cabang filsafat yang jumlah pembahasannya hampir mencakup isi keseluruhan filsafat itu sendiri adalah epistemologi.[1] Sebab, filsafat adalah refleksi, dan setiap refleksi selalu bersifat kritis, maka tidak mungkin seorang memiliki suatu metafisika, yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika, atau psikologi, yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi.[2]
Ini dapat dilihat dari cakupan epistemologi yang meliputi hakikat, keaslian, sumber, struktur, metode, validitas, unsur, macam, tumpuan, batas, sasaran, dasar, pengandaian, kodrat, pertanggungjawaban, dan skope pengetahuan.[3] Jadi, hal ini dapat juga dikatakan bahwa epistemologi adalah teori tentang ilmu yang membahas ilmu dan bagaimana memperolehnya.[4]
Membahas tentang filsafat manajemen pendidikan, tidak bisa kita pisahkan dengan sejarah filsafat. Seperti kita ketahui filsafat mempunyai andil yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, segala ilmu pengetahuan lahir dari rahim filsafat. Bisa dikatakan bahwa filsafat adalah induk segala ilmu pengetahuan. Pada fase awalnya filsafat hanya melahirkan dua ilmu pengetahuan, yakni ilmu alam (Natural Philosophy) dan ilmu sosial (Moral Philosophy) maka dewasa ini terdapat lebih dari 650 cabang keilmuan (Suriasumantri, 2005:92). Hal ini, menurut Ibnu Khaldun disebabkan oleh berkembangnya kebudayaan dan peradaban manusia.
Dalam abad ke 18 dengan bermunculannya negara-negara maju dibelahan dunia, muncul cabang ilmu pengetahuan baru yakni manajemen, yang semula masih segan diakui sebagai ilmu pengetahuan. Hal ini bukanlah suatu yang baru. Ilmu kemasyarakatan (sosiologi) harus memperjuangkan kedudukannya untuk menjadi ilmu pengetahuan disamping ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Tidak terkecuali ilmu manajemen. Barulah pada masa Taylor dan Fuyol, seiring dengan tumbuhnya negara-negara industri, ilmu manajemen itu mulai dianggap sebagai ilmu. Kelahiran ilmu manajemen kemudian diadopsi oleh dunia pendidikan yang kemudian disintesiskan menjadi menajemen pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme, yang berarti pengetahuan (knowledge) dan logos yang berarti ilmu.[5] Jadi menurut arti katanya, epistemologi ialah ilmu yang membahas masalah-masalah pengetahuan. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang membahas hakikat pengetahuan, sumber pengetahuan, dan cara memperoleh pengetahuan.[6]
Epistemologi adalah teori ilmu pengetahuan yang membahas berbagai segi pengetahuan seperti kemungkinan, asal mula, sifat alami, batas-batas, asumsi dan landasan, validitas dan realibilitas sampai soal kebenaran. Dapat dikatakan bahwa epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan cara memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini epistemology menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan kebenaran yang di anggap patut untuk di terima dan yang patut untuk di tolak.[7]  

B.     Pengertian Ilmu Manajemen Pendidikan Islam
Dari segi bahasa, manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu management yang berarti pengelolaan, ketatalaksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus Hasan Sadily, manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola dan memperlakukan.[8] Sementara menurut istilah, Manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efisien, efektif dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.[9] Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya manusia dan sumber daya lainnya agar tujuan bersama bisa di capai secara efisien, efektif dan produktif.
Adapun Pendidikan secara sempit diartikan: “bimbingan yang diberikan kepada anak-anak sampai ia dewasa.[10] Sedangkan pendidikan dalam arti luas adalah segala sesuatu yang menyangkut proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai bagi anak didik., sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian kepribadian anak yang pada gilirannya ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat.[11]
Pengertian pendidikan tersebut di atas masih bersifat umum. Adapun pendidikan Islam dapat diartikan sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.[12] Pendidikan Islam juga berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.[13]
Sedangkan manajemen Pendidikan Islam menurut Sulistyorini dalam bukunya Manajaemen Pendidikan Islam mengemukakan sebagai suatu proses penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya manusia muslim dan non manusia dalam menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.[14]
Sementara  itu Mujamil Qomar mengartikan manajemen pendidikan Islam sebagai suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara Islami dengan cara menyiasati sumber-sumber balajar dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.[15] Manajemen harus mengutamakan pengelolaan secara Islami, sebab disinilah yang membedakan antara manajemen Islam dengan manajemen umum.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat di definisikan bahwa manajemen pendidikan Islam sebagai suatu proses dengan menggunakan  berbagai sumber daya untuk melakukan bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
C.    Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan Islam
Dasar manajemen pendidikan Islam secara garis besar ada 3 (tiga) yaitu: Al-Qur’an, As-Sunnah serta perundang-undang yang berlaku di Indonesia.

1.      Al-Qur’an
Banyak Ayat-ayat Al-Qur’an yang bisa menjadi dasar tentang manajemen pendidikan Islam. Ayat-ayat tersebut bisa dipahami setelah diadakan penelaahan secara mendalam. Di antara ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar manajemen pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (التوبة : 122)

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (QS. At-Taubah: 122).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam menegaskan tentang pentingnya  manajemen, di antaranya manajemen pendidikan, lebih khusus lagi manajemen sumber daya manusia.
2.      Hadist
Selain itu di dalam hadits dan atsar sahabat juga terdapat pelajaran-pelajaran yang mengandung nilai-nilai manajemen. Di antara hadits dan atsar tersebut adalah
“ Ketika suatu urusan di serahkan kepada orang yang bukan ahlinya, mak tunggulahb kehancurannya’
“ Ajarilah anak-anakmu, maka sesungguhnya mereka itu di ciptakan untuk suatu jaman yang berbeda dengan jamanmu”.
Ayat-ayat Al Qur’an, hadits serta atsar di atas apabila di telaah secara teliti dan mendalam menunjukkan adanya nilai-nilai manejemen dalam Islam. Manajemen dalam Islam sangat di perlukan apalagi dalam aspek pendidikan.
3.      Perundang-undangan yang Berlaku di Indonesia
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan dalam Pasal 30 ayat 1 bahwa: “Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundangundangan”.
Disebutkan pula dalam Pasal 30 ayat 2 bahwa “Pendidikan keagamaan berfungsi menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama”.
D.    Tujuan Manajemen Pendidikan Islam
Pendidikan Islam yang di manaj secara baik dan teratur tentu akan menghasilakan hasil yang memuaskan. Sebaliknya pendidikan yang tidak di manage secara baik tentu akan menghasilkan barang yang tidak menentu pula.
Adapun tujuan manajemen dalam pendidikan Islam tentu tidak lepas dari tujuan pendidikan Islam. Menurut H. Athiyah Al-Abrasyi sebagaimana yang telah di kutip oleh Oemar Muhammad At-Thoumy al-Syabani mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah:
1.      Pembentukan akhlak yang mulia.
2.      Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhira
3.      Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran.
4.      Menyiapkan pelajar yang profesioanal disamping memelihara kerohanian dan keagamaan.
5.      Mempersiapkan anak didik untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan sesuai dengan tujuan pendidikan Islam . [16]
Sesuai dengan tujuan pendidikan Islam di atas dengan berpijak pada pengertian manajemen maka tujuan manajemen dalam pendidikan Islam adalah meningkatkan produktifits pencapaian hasil yang maksimal dalam pendidikan Islam dalam berbagai aspek, jasmani, rohani, dunia, dan akhirat.
E.     Fungsi Manajemen Pendidikan Islam
Berbicara tentang fungsi manajemen pendidikan Islam tidak bisa lepas dari fungsi manajemen secara umum seperti yang dikemukakan Robbin dan Coulter; fungsi manajemen yang paling penting adalah merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan.[17] Senada dengan itu, Mahdi bin Ibrahim menyatakan fungsi manajemen atau tugas kepemimpinan dalam pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.[18] Adapun fungsi manajemen dalam pendidikan Islam yaitu:
1.      Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah sebuah proses pertama ketika hendak melakukan pekerjaan, baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Demikian pula halnya dalam pendidikan Islam perencanaan harus dijadikan langkah pertama yang benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola pendidikan Islam. Sebab perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah kesuksesan. Kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan Islam akan berakibat sangat fatal bagi keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah memberikan arahan kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah rencana apa yang akan dilakukan dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam Al Qur’an Surat Al Hasyr : 18 yang berbunyi:  
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّاقَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dalam Manajeman Pendidikan Islam, perencanaan merupakan kunci utama untuk menentukan aktivitas berikutnya. Tanpa perencanaan yang matang aktivitas lainnya tidaklah akan berjalan dengan baik bahkan mungkin akan gagal.
2.      Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
Ajaran Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa diluluhlantakan oleh kebathilan yang tersusun rapi.
Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada pengaturan mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan.[19] Pengorganisasian dalam pendidikan Islam adalah proses penentuan struktur, aktivitas, interaksi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan Islam, baik yang bersifat individual, kelompok, maupun kelembagaan.[20]
3.      Fungsi Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada rekan kerja sehingga mereka menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Di dalam fungsi pengarahan terdapat empat komponen, yaitu pengarah, yang diberi pengarahan, isi pengarahan, dan metode pengarahan. Pengarah adalah orang yang memberikan pengarahan berupa perintah, larangan, dan bimbingan. Yang diberi pengarahan adalah orang yang diinginkan dapat merealisasikan pengarahan. Isi pengarahan adalah sesuatu yang disampaikan pengarah baik berupa perintah, larangan, maupun bimbingan.
 Dalam manajemen pendidikan Islam, agar isi pengarahan yang diberikan kepada orang yang diberi pengarahan dapat dilaksanakan dengan baik maka seorang pengarah setidaknya harus memperhatikan beberapa prinsip berikut, yaitu : Keteladanan, konsistensi, keterbukaan, kelembutan, dan kebijakan. Isi pengarahan baik yang berupa perintah, larangan, maupun bimbingan hendaknya tidak memberatkan dan diluar kemampuan sipenerima arahan, sebab jika hal itu terjadi maka jangan berharap isi pengarahan itu dapat dilaksanakan dengan baik oleh si penerima pengarahan.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pengarahan dalam manajemen pendidikan Islam adalah proses bimbingan yang didasari prinsip-prinsip religius kepada rekan kerja, sehingga orang tersebut mau melaksanakan tugasnya dengan sungguh- sungguh dan bersemangat disertai keikhlasan yang sangat mendalam.
4.      Fungsi Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pandangan Islam pengawasan dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.[21]
Dalam pendidikan Islam pengawasan didefinisikan sebagai proses pemantauan yang terus menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan secara konsekwen baik yang bersifat materil maupun spirituil.
Pengawasan dalam pendidikan Islam mempunyai karakteristik sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan spiritual, monitoring bukan hanya manajer, tetapi juga Allah Swt, menggunakan metode yang manusiawi yang menjunjung martabat manusia. Dengan karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa pelaksana berbagai perencanaan yang telah disepakati akan bertanggung jawab kepada manajernya dan Allah sebagai pengawas yang Maha Mengetahui. Di sisi lain pengawasan dalam konsep Islam lebih mengutamakan menggunakan pendekatan manusiawi, pendekatan yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.[22]
F.     Prinsip-prinsip Manejemen Pendidikan Islam
Azhar Arsyad mengatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen pendidikan Islam adalah;
a. Pembagian kerja
b. Disiplin
c. Kesatuan perintah (Unity of comment)
d. Kesatuan arah
e. Kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
f. Rantai berjenjang dan rentang kendali
Sedangkan Effendi Mochtar menyatakan bahwa prinsip-prinsip atau kaidah manajemen yang ada relevansinya dengan ayat-ayat Al Qur’an dan hadits antara lain sebagai berikut:
a.       Prinsip amar ma’ruf nahi munkar (Q.S Ali Imron; 104,110)
b.      Prinsip menegakkan kebenaran (QS.Al Isro’ 81, Ali Imron :60)
c.       Prinsip menegakkan keadilan (QS. An Nisa’ 6, Al-a’raf: 29)
d.      Amanah (Q.S Annisa ; 58, Al-baqarah ; 283, Hadits riwayat Muslim)
e.       Prinsip mawaddah (QS.Ali Imran 112) Hadits riwayat Bukhari dan Muslim) Prinsip keseimbangan antara dunia dan akhirat (tawazun) (Q.S. Al-Qashas, 77, Hadits riwayat Ibnu Asakir)
f.       Prinsip Akhlaqul karimah (QS. Al baqarah, 148, Al-Qashas: 77, Al- maidah ;23)[23]

 

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Bermunculannya negara-negara maju dibelahan dunia, memunculkan cabang ilmu pengetahuan baru yakni manajemen, yang pada awalnya belum diakui sebagai ilmu pengetahuan. Ilmu kemasyarakatan (sosiologi) harus memperjuangkan kedudukannya untuk menjadi ilmu pengetahuan tidak terkecuali ilmu manajemen. Barulah pada masa Taylor dan Fuyol, seiring dengan tumbuhnya negara-negara industri, ilmu manajemen itu mulai dianggap sebagai ilmu. Kelahiran ilmu manajemen kemudian diadopsi oleh dunia pendidikan yang kemudian disintesiskan menjadi menajemen pendidikan.
Manajemen adalah suatu usaha, merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkordinir serta mengawasi kegiatan dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Sedangkan Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Jadi bisa disimpulkan bahwa manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses dengan menggunakan  berbagai sumber daya untuk melakukan bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Dasar manajemen pendidikan Islam ada dalam beberapa ayat Al-Qur’an seperti dalam surat At-Taubah ayat 122, dan dalam hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Selain itu, dalam Negara Indonesia juga mengatur tentang manajemen pendidikan, yakni UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan dalam Pasal 30 ayat 1 dan 2.
Tujuan manajemen dalam pendidikan Islam adalah meningkatkan produktifits pencapaian hasil yang maksimal dalam pendidikan Islam dalam berbagai aspek, jasmani, rohani, dunia, dan akhirat. Sedangkan fungsi manajemen dalam pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
Prinsip-prinsip manajemen pendidikan Islam adalah; Pembagian kerja, Disiplin, Kesatuan perintah (Unity of comment), Kesatuan arah, Kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi, Rantai berjenjang dan rentang kendali.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. Natsir,  Dasar-dasar Ilmu Mendidik, Jakarta: Mutiara, 1997
Arifin, Muzayin,  filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:Bina Aksara, 1987
Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah  Dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2003
Effendi, Moehtar, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam , Jakarta: Bhatara, 1996
In’am Esha, Muhammad, Menuju Pemikiran Filsafat, Malang: UIN Maliki Press, 2010

John  M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia,  Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995
Qomar, Mujamil, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode Kritik,  Jakarta: Erlangga, 2005
Mahdi bin Ibrahim, Amanah dalam Manajemen, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997
Marribah, Ahmad, D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi aksara, 1997
Muhammad at-Toumy al-Syabany, Oemar, Falsafah Pendidikan Islam,  Jakarta, Bulan Bintang,1979
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008
Robbin dan Coulter, Manajemen, Jakarta: PT Indeks, 2007
Sholihin, Muhammad, Epistemologi Ilmu Dalam Sudut Pandang Al-Ghazali, Bandung: Pustaka Setia, 2001
Supriyadi, Dedi,  Filsafat Agama, Bandung: CV Pustaka Setia,2012
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam,  Surabaya: elKAF, 2006
Tafsir, Ahmad,  Ilmu pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001
Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek.,Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006.


[1] Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode Kritik,(Jakarta: ERLANGGA, 2005), h.5
[2] Ibid.
[3] Ibid, h. 2
[4] M.Sholihin, Epistemologi Ilmu Dalam Sudut Pandang Al-Ghazali,(Bandung: Pustaka Setia, 2001),h.9.
[5] Muhammad In’am Esha, Menuju Pemikiran Filsafat (Malang: UIN Maliki Press, 2010), cet 1, hlm, 97
[6] Dedi Supriyadi, Filsafat Agama, (Bandung: CV Pustaka Setia,2012), h. 42
[7]  Ibid, h. 43
[8] John  M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 372
10 Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek. (Cet 1; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 2
[10]Ahmad D. Marribah, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Cet. 5; Jakarta : Bumi aksara, 1997), h. 31
[11] M.Natsir Ali, Dasar-dasar Ilmu Mendidik, (Jakarta: Mutiara, 1997), h. 23
[12] H.Muzayin Arifin, filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bina Aksara, 1987), h. 13  Cet. Ke-1
[13] Ahmad Tafsir, Ilmu pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), h. 32 , Cet. Ke-4
[14] Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam,(Surabaya: elKAF, 2006), hlm. 14
[15] Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 10
[16]  Oemar Muhammad at-Toumy al-Syabany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta, Bulan Bintang,1979), h. 399
[17] Robbin dan Coulter, Manajemen, (Jakarta: PT Indeks, 2007), h. 9 cet. Ke-8
[18] Mahdi bin Ibrahim, Amanah dalam Manajemen, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), h. 61
[19] Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah  Dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2003), h.101
[20]  Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 272
[21] Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah  Dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2003), h.156
[22]  Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 274
[23] Effendi, Moehtar, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Jakarta: Bhatara, 1996) hal 39-40


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku ; Yang Terlewatkan

  Tidak Mungkin dan Tidak Pernah Aku selalu melihatmu,Tapi kamu tidak. Aku selalu menatapmu,Tapi kamu tidak. Aku akan selalu ada untukm...