EPISTEMOLOGI DALAM ILMU MANAJEMEN PENDIDIKAN
ISLAM
Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengasuh:
Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, MA
Dr. Rusydi, M. Ag
Ana Suha
NIM. 1502521471
Amelia Fitriani
NIM. 1502521453
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2015
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap Alhamdulillah puji syukur
kehadirat Allah SWT, yang senantiasa selalu melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayahnya kepada kita semua. Shalawat dan salam atas junjungan jkita Nabi
besar Muhammad SAW beserta sahabat, kerabat dan orang-orang yang mengikuti
langkah beliau hingga akhir zaman. Sehingga penyusun dapat menyelesaiakan
makalah ini yang berjudul “Epistemologi dalam Ilmu Manajemen Pendidikan
Islam “.
Penyusunan makalah
ini dimaksudkan untuk memperluas wawasan dalam rangka memperbanyak ilmu
pengetahuan dan juga sebagai salah satu syarat yang wajib di penuhi. Penyusun
sepenuhnya sangat menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya di sebabkan keterbatasan pengetahuan penyusun oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak demi kesempurnaan makalah ini yang akan datang.
Dalam proses
penyelesaian makalah ini kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
Bapak Prof.
Dr. H. Kamrani Buseri, MA dan Dr. Rusydi, M. Ag selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu.
Akhirnya penyusun
mengharapkan semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi diri
penyusun maupun bagi orang lain.
Banjarmasin, 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
|
………………………………………………………………
|
I
|
Kata
Pengantar
|
………………………………………………………………………
|
Ii
|
Daftar isi
|
………………………………………………………………………
|
iii
|
BAB I
|
PENDAHULUAN…………………………………………………
|
1
|
BAB II
|
PEMBAHASAN ………………………………………………….
|
2
|
A. Pengertian Epistemologi ………………… ……………………...
|
2
|
|
B. Penegertian Ilmu Manajemen Pendidikan
Islam ………………...
|
2
|
|
C. Dasar-dasar Manajemen Pendidikan Islam
……………………...
|
3
|
|
D. Tujuan Manajemen Pendidikan Islam
…………………………..
|
5
|
|
E. Fungsi Manajemen Pendidikan Islam
...........................................
|
5
|
|
F. Prinsip-prinsip
Manajemen Pendidikan Islam …………………..
|
8
|
|
BAB III
|
PENUTUP
……………………………………………………...
|
9
|
A. Simpulan
………………………………………………………….
|
9
|
|
DAFTAR PUSTAKA
|
10
|
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu cabang filsafat yang
jumlah pembahasannya hampir mencakup isi keseluruhan filsafat itu sendiri
adalah epistemologi.[1] Sebab,
filsafat adalah refleksi, dan setiap refleksi selalu bersifat kritis, maka
tidak mungkin seorang memiliki suatu metafisika, yang tidak sekaligus merupakan
epistemologi dari metafisika, atau psikologi, yang tidak sekaligus epistemologi
dari psikologi.[2]
Ini dapat dilihat dari cakupan
epistemologi yang meliputi hakikat, keaslian, sumber, struktur, metode,
validitas, unsur, macam, tumpuan, batas, sasaran, dasar, pengandaian, kodrat,
pertanggungjawaban, dan skope pengetahuan.[3] Jadi, hal ini dapat juga dikatakan
bahwa epistemologi adalah teori tentang ilmu yang membahas ilmu dan
bagaimana memperolehnya.[4]
Membahas
tentang filsafat manajemen pendidikan, tidak bisa kita pisahkan dengan sejarah
filsafat. Seperti kita ketahui filsafat mempunyai andil yang sangat besar
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, segala ilmu pengetahuan lahir dari rahim
filsafat. Bisa dikatakan bahwa filsafat adalah induk segala ilmu pengetahuan.
Pada fase awalnya filsafat hanya melahirkan dua ilmu pengetahuan, yakni ilmu
alam (Natural Philosophy) dan ilmu sosial (Moral Philosophy) maka
dewasa ini terdapat lebih dari 650 cabang keilmuan (Suriasumantri, 2005:92).
Hal ini, menurut Ibnu Khaldun disebabkan oleh berkembangnya kebudayaan dan
peradaban manusia.
Dalam abad ke 18 dengan bermunculannya
negara-negara maju dibelahan dunia, muncul cabang ilmu pengetahuan baru yakni
manajemen, yang semula masih segan diakui sebagai ilmu pengetahuan. Hal ini
bukanlah suatu yang baru. Ilmu kemasyarakatan (sosiologi) harus memperjuangkan
kedudukannya untuk menjadi ilmu pengetahuan disamping ilmu-ilmu pengetahuan
yang lain. Tidak terkecuali ilmu manajemen. Barulah pada masa Taylor dan Fuyol,
seiring dengan tumbuhnya negara-negara industri, ilmu manajemen itu mulai
dianggap sebagai ilmu. Kelahiran ilmu manajemen kemudian diadopsi oleh dunia
pendidikan yang kemudian disintesiskan menjadi menajemen pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu episteme, yang berarti pengetahuan (knowledge) dan logos
yang berarti ilmu.[5] Jadi menurut arti katanya,
epistemologi ialah ilmu yang membahas masalah-masalah pengetahuan. Epistemologi
merupakan cabang filsafat yang membahas hakikat pengetahuan, sumber
pengetahuan, dan cara memperoleh pengetahuan.[6]
Epistemologi
adalah teori ilmu pengetahuan yang membahas berbagai segi pengetahuan seperti
kemungkinan, asal mula, sifat alami, batas-batas, asumsi dan landasan,
validitas dan realibilitas sampai soal kebenaran. Dapat dikatakan bahwa epistemologi
adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan
cara memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah
model filsafat. Dengan pengertian ini epistemology menentukan karakter
pengetahuan, bahkan menentukan kebenaran yang di anggap patut untuk di terima
dan yang patut untuk di tolak.[7]
B.
Pengertian Ilmu Manajemen Pendidikan Islam
Dari
segi bahasa, manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu management yang
berarti pengelolaan, ketatalaksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus
Hasan Sadily, manajemen berasal dari kata to manage yang berarti
mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola dan memperlakukan.[8]
Sementara
menurut istilah, Manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pendayagunaan
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efisien, efektif dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.[9]
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan
sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
agar tujuan bersama bisa di capai secara efisien, efektif dan produktif.
Adapun Pendidikan secara sempit diartikan: “bimbingan
yang diberikan kepada anak-anak sampai ia dewasa.[10]
Sedangkan pendidikan dalam arti luas adalah segala sesuatu yang menyangkut
proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya mengembangkan dan
menanamkan nilai-nilai bagi anak didik., sehingga nilai-nilai yang terkandung
dalam pendidikan itu menjadi bagian kepribadian anak yang pada gilirannya ia
menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat.[11]
Pengertian pendidikan tersebut di atas masih bersifat
umum. Adapun pendidikan Islam dapat diartikan sebagai bimbingan terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.[12]
Pendidikan Islam juga berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.[13]
Sedangkan manajemen Pendidikan Islam menurut Sulistyorini
dalam bukunya Manajaemen Pendidikan Islam mengemukakan sebagai suatu proses
penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya
manusia muslim dan non manusia dalam menggerakkannya untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam secara efektif dan efisien.[14]
Sementara itu Mujamil Qomar mengartikan manajemen
pendidikan Islam sebagai suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam
secara Islami dengan cara menyiasati sumber-sumber balajar dan hal-hal lain
yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.[15]
Manajemen harus mengutamakan pengelolaan secara Islami, sebab disinilah yang
membedakan antara manajemen Islam dengan manajemen umum.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat di definisikan
bahwa manajemen pendidikan Islam sebagai suatu proses dengan menggunakan
berbagai sumber daya untuk melakukan bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan
jasmani seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran
Islam.
C.
Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan Islam
Dasar manajemen
pendidikan Islam secara garis besar ada 3 (tiga) yaitu: Al-Qur’an, As-Sunnah
serta perundang-undang yang berlaku di Indonesia.
1. Al-Qur’an
Banyak Ayat-ayat
Al-Qur’an yang bisa menjadi dasar tentang manajemen pendidikan Islam. Ayat-ayat
tersebut bisa dipahami setelah diadakan penelaahan secara mendalam. Di antara
ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar manajemen pendidikan Islam
adalah sebagai berikut:
وَمَا كَانَ
الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ
مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا
رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (التوبة : 122)
Tidak sepatutnya bagi
mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya
(QS. At-Taubah: 122).
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Islam menegaskan tentang pentingnya manajemen, di
antaranya manajemen pendidikan, lebih khusus lagi manajemen sumber daya
manusia.
2. Hadist
Selain itu di dalam hadits dan atsar
sahabat juga terdapat pelajaran-pelajaran yang mengandung nilai-nilai
manajemen. Di antara hadits dan atsar tersebut adalah
“ Ketika suatu urusan di
serahkan kepada orang yang bukan ahlinya, mak tunggulahb kehancurannya’
“ Ajarilah anak-anakmu, maka
sesungguhnya mereka itu di ciptakan untuk suatu jaman yang berbeda dengan
jamanmu”.
Ayat-ayat Al Qur’an, hadits serta atsar
di atas apabila di telaah secara teliti dan mendalam menunjukkan adanya
nilai-nilai manejemen dalam Islam. Manajemen dalam Islam sangat di perlukan apalagi
dalam aspek pendidikan.
3. Perundang-undangan yang Berlaku di Indonesia
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan dalam Pasal 30 ayat 1 bahwa: “Pendidikan keagamaan
diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk
agama, sesuai dengan peraturan perundangundangan”.
Disebutkan pula dalam
Pasal 30 ayat 2 bahwa “Pendidikan keagamaan berfungsi menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya
dan/atau menjadi ahli ilmu agama”.
D.
Tujuan
Manajemen Pendidikan Islam
Pendidikan
Islam yang di manaj secara baik dan teratur tentu akan menghasilakan hasil yang
memuaskan. Sebaliknya pendidikan yang tidak di manage secara baik tentu akan
menghasilkan barang yang tidak menentu pula.
Adapun
tujuan manajemen dalam pendidikan Islam tentu tidak lepas dari tujuan
pendidikan Islam. Menurut H. Athiyah Al-Abrasyi sebagaimana yang telah di kutip
oleh Oemar Muhammad At-Thoumy al-Syabani mengatakan bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah:
1. Pembentukan akhlak
yang mulia.
2. Persiapan untuk
kehidupan dunia dan akhira
3. Menumbuhkan ruh
ilmiah pada pelajaran.
4. Menyiapkan pelajar
yang profesioanal disamping memelihara kerohanian dan keagamaan.
5. Mempersiapkan anak
didik untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan sesuai dengan
tujuan pendidikan Islam . [16]
Sesuai
dengan tujuan pendidikan Islam di atas dengan berpijak pada pengertian
manajemen maka tujuan manajemen dalam pendidikan Islam adalah meningkatkan produktifits
pencapaian hasil yang maksimal dalam pendidikan Islam dalam berbagai aspek,
jasmani, rohani, dunia, dan akhirat.
E.
Fungsi Manajemen Pendidikan Islam
Berbicara tentang fungsi manajemen pendidikan Islam tidak bisa
lepas dari fungsi manajemen secara umum seperti yang dikemukakan Robbin dan
Coulter; fungsi manajemen yang paling penting adalah merencanakan,
mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan.[17]
Senada dengan itu, Mahdi bin Ibrahim menyatakan fungsi manajemen atau tugas
kepemimpinan dalam pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.[18]
Adapun fungsi manajemen dalam pendidikan Islam yaitu:
1.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah sebuah proses pertama ketika hendak melakukan
pekerjaan, baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang
hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Demikian pula halnya dalam
pendidikan Islam perencanaan harus dijadikan langkah pertama yang benar-benar
diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola pendidikan Islam. Sebab
perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah kesuksesan. Kesalahan dalam
menentukan perencanaan pendidikan Islam akan berakibat sangat fatal bagi
keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah memberikan arahan kepada setiap
orang yang beriman untuk mendesain sebuah rencana apa yang akan dilakukan
dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam Al Qur’an Surat Al Hasyr : 18
yang berbunyi:
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّاقَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّاقَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dalam Manajeman
Pendidikan Islam, perencanaan merupakan kunci utama untuk menentukan aktivitas
berikutnya. Tanpa perencanaan yang matang aktivitas lainnya tidaklah akan
berjalan dengan baik bahkan mungkin akan gagal.
2.
Fungsi
Pengorganisasian (Organizing)
Ajaran Islam
senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu secara
terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak
terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa diluluhlantakan oleh kebathilan
yang tersusun rapi.
Organisasi
dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada
bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan
pada pengaturan mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan
bawahan.[19] Pengorganisasian
dalam pendidikan Islam adalah proses penentuan struktur, aktivitas, interaksi,
koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara transparan, dan jelas. Dalam
lembaga pendidikan Islam, baik yang bersifat individual, kelompok, maupun
kelembagaan.[20]
3.
Fungsi
Pengarahan (Directing)
Pengarahan
adalah proses memberikan bimbingan kepada rekan kerja sehingga mereka menjadi
pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Di dalam fungsi
pengarahan terdapat empat komponen, yaitu pengarah, yang diberi pengarahan, isi
pengarahan, dan metode pengarahan. Pengarah adalah orang yang memberikan
pengarahan berupa perintah, larangan, dan bimbingan. Yang diberi pengarahan
adalah orang yang diinginkan dapat merealisasikan pengarahan. Isi pengarahan
adalah sesuatu yang disampaikan pengarah baik berupa perintah, larangan, maupun
bimbingan.
Dalam manajemen pendidikan Islam, agar isi
pengarahan yang diberikan kepada orang yang diberi pengarahan dapat
dilaksanakan dengan baik maka seorang pengarah setidaknya harus memperhatikan
beberapa prinsip berikut, yaitu : Keteladanan, konsistensi, keterbukaan,
kelembutan, dan kebijakan. Isi pengarahan baik yang berupa perintah, larangan,
maupun bimbingan hendaknya tidak memberatkan dan diluar kemampuan sipenerima
arahan, sebab jika hal itu terjadi maka jangan berharap isi pengarahan itu
dapat dilaksanakan dengan baik oleh si penerima pengarahan.
Dengan demikian
dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pengarahan dalam manajemen pendidikan Islam
adalah proses bimbingan yang didasari prinsip-prinsip religius kepada rekan
kerja, sehingga orang tersebut mau melaksanakan tugasnya dengan sungguh-
sungguh dan bersemangat disertai keikhlasan yang sangat mendalam.
4.
Fungsi
Pengawasan (Controlling)
Pengawasan
adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna
menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam pandangan Islam pengawasan dilakukan untuk meluruskan yang
tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.[21]
Dalam
pendidikan Islam pengawasan didefinisikan sebagai proses pemantauan yang terus
menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan secara konsekwen baik yang
bersifat materil maupun spirituil.
Pengawasan
dalam pendidikan Islam mempunyai karakteristik sebagai berikut: pengawasan
bersifat material dan spiritual, monitoring bukan hanya manajer, tetapi juga
Allah Swt, menggunakan metode yang manusiawi yang menjunjung martabat manusia.
Dengan karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa pelaksana berbagai perencanaan
yang telah disepakati akan bertanggung jawab kepada manajernya dan Allah
sebagai pengawas yang Maha Mengetahui. Di sisi lain pengawasan dalam konsep
Islam lebih mengutamakan menggunakan pendekatan manusiawi, pendekatan yang
dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.[22]
F.
Prinsip-prinsip Manejemen Pendidikan Islam
Azhar Arsyad mengatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen pendidikan
Islam adalah;
a. Pembagian kerja
b. Disiplin
c. Kesatuan perintah (Unity of comment)
d. Kesatuan arah
e. Kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
f. Rantai berjenjang dan rentang kendali
Sedangkan Effendi Mochtar menyatakan bahwa prinsip-prinsip atau kaidah
manajemen yang ada relevansinya dengan ayat-ayat Al Qur’an dan hadits antara
lain sebagai berikut:
a.
Prinsip amar ma’ruf nahi munkar (Q.S Ali Imron; 104,110)
b.
Prinsip menegakkan kebenaran (QS.Al Isro’ 81, Ali Imron :60)
c.
Prinsip menegakkan keadilan (QS. An Nisa’ 6, Al-a’raf: 29)
d.
Amanah (Q.S Annisa ; 58, Al-baqarah ; 283, Hadits riwayat Muslim)
e.
Prinsip mawaddah (QS.Ali Imran 112) Hadits riwayat Bukhari dan Muslim) Prinsip
keseimbangan antara dunia dan akhirat (tawazun) (Q.S. Al-Qashas, 77, Hadits
riwayat Ibnu Asakir)
f.
Prinsip Akhlaqul karimah (QS. Al baqarah, 148, Al-Qashas: 77, Al- maidah
;23)[23]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bermunculannya
negara-negara maju dibelahan dunia, memunculkan cabang ilmu pengetahuan baru
yakni manajemen, yang pada awalnya belum diakui sebagai ilmu pengetahuan. Ilmu
kemasyarakatan (sosiologi) harus memperjuangkan kedudukannya untuk menjadi ilmu
pengetahuan tidak terkecuali ilmu manajemen. Barulah pada masa Taylor dan
Fuyol, seiring dengan tumbuhnya negara-negara industri, ilmu manajemen itu
mulai dianggap sebagai ilmu. Kelahiran ilmu manajemen kemudian diadopsi oleh
dunia pendidikan yang kemudian disintesiskan menjadi menajemen pendidikan.
Manajemen adalah suatu usaha, merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan, mengkordinir serta mengawasi kegiatan dalam suatu
organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
Sedangkan Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai bimbingan terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
Jadi bisa disimpulkan bahwa manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses
dengan menggunakan berbagai sumber daya untuk melakukan bimbingan
terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Dasar manajemen pendidikan Islam ada dalam beberapa
ayat Al-Qur’an seperti dalam surat At-Taubah ayat 122, dan dalam hadits
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Selain itu, dalam Negara
Indonesia juga mengatur tentang manajemen pendidikan, yakni UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan dalam Pasal 30 ayat 1 dan 2.
Tujuan
manajemen dalam pendidikan Islam adalah meningkatkan produktifits pencapaian
hasil yang maksimal dalam pendidikan Islam dalam berbagai aspek, jasmani,
rohani, dunia, dan akhirat. Sedangkan fungsi
manajemen dalam pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
Prinsip-prinsip manajemen pendidikan Islam adalah; Pembagian kerja, Disiplin,
Kesatuan perintah (Unity of comment), Kesatuan arah, Kepentingan bersama
di atas kepentingan pribadi, Rantai berjenjang dan rentang kendali.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M.
Natsir, Dasar-dasar Ilmu Mendidik,
Jakarta: Mutiara, 1997
Arifin,
Muzayin, filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:Bina
Aksara, 1987
Didin Hafidudin
dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah
Dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2003
Effendi, Moehtar, Manajemen Suatu
Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam , Jakarta: Bhatara, 1996
In’am
Esha, Muhammad,
Menuju
Pemikiran Filsafat,
Malang:
UIN Maliki Press, 2010
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus
Inggris Indonesia, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1995
Qomar, Mujamil,
Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode
Rasional hingga Metode Kritik,
Jakarta: Erlangga, 2005
Mahdi bin
Ibrahim, Amanah dalam Manajemen, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997
Marribah, Ahmad, D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta
: Bumi aksara, 1997
Muhammad
at-Toumy al-Syabany, Oemar,
Falsafah
Pendidikan Islam, Jakarta, Bulan Bintang,1979
Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008
Robbin dan
Coulter, Manajemen, Jakarta: PT Indeks, 2007
Sholihin,
Muhammad, Epistemologi Ilmu Dalam Sudut
Pandang Al-Ghazali, Bandung: Pustaka Setia, 2001
Supriyadi,
Dedi, Filsafat Agama, Bandung: CV
Pustaka Setia,2012
Sulistyorini,
Manajemen Pendidikan Islam,
Surabaya: elKAF, 2006
Tafsir,
Ahmad, Ilmu pendidikan dalam
Perspektif Islam, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001
Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan
dari Teori ke Praktek.,Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006.
[1] Mujamil Qomar, Epistemologi
Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode Kritik,(Jakarta:
ERLANGGA, 2005), h.5
[4] M.Sholihin, Epistemologi Ilmu
Dalam Sudut Pandang Al-Ghazali,(Bandung: Pustaka Setia, 2001),h.9.
[8] John M. Echols dan Hassan Shadily,
Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995), h.
372
[10]Ahmad D. Marribah, Pengantar Filsafat
Pendidikan Islam, (Cet. 5; Jakarta : Bumi aksara, 1997), h. 31
[12] H.Muzayin Arifin, filsafat Pendidikan
Islam, (Jakarta:Bina Aksara, 1987), h. 13 Cet. Ke-1
[13] Ahmad Tafsir, Ilmu pendidikan dalam Perspektif Islam,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), h. 32 , Cet. Ke-4
[16] Oemar
Muhammad at-Toumy al-Syabany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta,
Bulan Bintang,1979), h. 399
[19] Didin
Hafidudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani,
2003), h.101
[21] Didin
Hafidudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani,
2003), h.156
[23] Effendi, Moehtar, Manajemen
Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Jakarta: Bhatara, 1996) hal
39-40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar