Senin, 26 Desember 2016

Makalah Dasar, Asas, Prinsip & Tujuan Pendidikan Islam


DASAR-DASAR FILOSOFI PENDIDIKAN ISLAM
PANDANGAN-PANDANGAN MENGENAI HAKIKAT, TUJUAN, KEGUNAAN PEDIDIKAN, PENDIDIK, ANAK DIDIK, LINGKUNGAN SERTA SARANA ATAU METODE PENDIDIKAN

Mata Kuliah Dasar, Asas, Prinsip, dan Tujuan Pendidikan Islam

Dosen Pengasuh:
Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, MA 






Oleh:

AMELIA FITRIANI : 1502521453
NIDAUR RAHMAH :1502521463


  
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2016







BAB I
PENDAHULUAN

Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, didalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup dalam hidup dan penghidupan manusia yang mengemban tugas dari Sang Kholiq untuk beribadah.  Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah Subhanaha watta’alla dengan suatu bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki mahluk Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirnya diperlukan suatu pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran. 
Adapun dalam UU Sisdiknas 2003, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[1]
  
  
BAB II
PEMBAHASAN

A.      HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM
1.      Definisi Pendidikan Islam
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan manusia yang ideal.[2]Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Kemudian dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.[3]
Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi.
Istilah pendidikan dalam konteks Islam tidak terlepas dari tiga istilah, yaitu tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Dari ketiga istilah tersebut istilah yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah tarbiyah. Sedangkan ta'lim dan ta’dib sekali digunakan. Padalah kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam. Berikut penjelasan ketiga istilah tersebut:
a.       Tarbiyah
Istilah tarbiyah berakar dari tiga kata, yakni pertama dari kata rabba-yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh. Kedua rabiya-yarba yang berarti tumbuh dan berkembang. Dan ketiga kata rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin menjaga dan memelihara. Kata al-rabb, juga berasal dari kata tarbiyah dan berarti mengantarkan sesuatu kepada kesempurnaan secara bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur”.[4]
Penggunaan istilah Tarbiyah untuk menunjukkan makna pendidikan Islam, sebagai mana yang dijelaskan dalam QS. Al-Isra ayat 24 berikut:
ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u­/u #ZŽÉó|¹ ÇËÍÈ  
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.”

Abdurrahman al-Nahlawi merumuskan definisi pendidikan justru dari kata tarbiyah. Dari segi bahasa menurut pendapatnya, kata al-tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu: pertama, kata raba-yarbu, yang berarti bertambah, bertumbuh, seperti yang terdapat dalam al-Qur’an surat al-Rum ayat 39. Kedua,rabiya-yarbu yang berarti menjadi besar. Ketiga, dari kata rabba-yarubbu memperbaiki, menguasasi urusan, menuntun menjaga, memelihara.[5]
Menurut Abdurrahman al-Nahlawi istilah tarbiyah berarti, memelihara fitrah anak, menumbuhkan seluruh bakat dan kesiapannya, mengarahkan fitrah dan seluruh bakatnya agar menjadi baik dan sempurna, bertahap dalam prosesnya.[6] Dengan demikian kata tarbiyah itu mempunyai arti yang sangat luas dan bermacam-macam dalam menggunakannya, dan dapat diartikan menjadi makna “pendidikan, pemeliharaan, perbaikan, peningkatan, pengembangan, penciptaan dan keagungan yang kesemuanya itu menuju dalam rangka kesempurnaan sesuatu sesuai dengan kedudukannya.
b.      Ta'lim
Adapun at-Ta’lim secara etimologis berasal dari kata kerja “allama” yang berarti mengajar. Jadi makna ta’lim dapat diartikan pengajaran seperti dalam bahasa arab dinyatakan tarbiyah wa ta’lim berarti pendidikan dan pengajaran, sedangkan pendidikan Islam dalam bahasa arabnya “at-Tarbiyah al-islamiyah“.
Istilah at-Ta’lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal dibanding dengan Tarbiyah maupun Ta’dib. Rasyid Ridha mengartikan Ta’lim sebagai proses tranmisi berbagai Ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa ada batasan dan ketentuan tertentu.[7] Argumentasinya didasarkan dengan merujuk pada QS. An Nahl ayat 78 berikut:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ   
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

Istilah Ta’lim yang juga digunakan dalam rangka menunjuk konsep pendidikan dalam Islam memiliki makna; Pertama, ta’lim adalah proses pembelajaran secara terus menerus sejak manusia lahir melalui pengembangan fungsi-fungsi pendengaran, penglihatan dan hati. Kedua, proses ta’lim tidak saja berhenti pada pencapaian pengetahuan dalam wilayah (domain) kognisi semata, melainkan juga terus menjangkau psikomotor dan afektif.
c.       Ta'dib
Salah satu konsep utama lain yang merujuk kepada hakikat dari inti makna pendidikan adalah istilah ta’dib. Kata ta’dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta’dib yang artinya pendidikan (education) disiplin, patuh dan tunduk pada aturan (discipline) peringatan atau hukum (punishment) hukuman-penyucian (chastisement).[8]Ada juga yang memberikan arti ta’dib yang berarti beradab, bersopan santun, tata karma, adab, budi pekerti, akhlak, moral, dan etika.[9]
Istilah ta'dib dianggap mewakili makna utama pendidikan Islam. Menurut Syaid M Naquib al-Attas, Istilah ta’dib merupakan istilah yang paling tepat untuk menggambarkan pengertian pendidikan Islam, sementara tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini tidak hanya untuk manusia saja.
Al-Attas mengartikan ta’dib memiliki arti pendidikan peradaban dan kebudayaan sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentangtempat yang tetap dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan.[10]
Melalui ta’dib ini al-Attas ingin menjadikan pendidikan sebagai sarana transformasi nilai-nilai akhlak mulia yang bersumber pada ajaran agama kedalam diri manusia, serta menjadi dasar terjadinya proses islamisasi ilmu pengetahuan. Islamisasi ilmu pengetahuan ini menurutnya perlu dilakukan dalam rangka membendung pengaruh materialisme, sekularisme, dan dikotomisme ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh barat.[11]

2.      Hakikat Pendidikan Islam
Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses bimbingan ataupun pertolongan yang diberikan pendidik kepada peserta didik dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan dirinya di masa akan datang dan merupakan proses pendewasaan.Hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuh kembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global.
Secara umum hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia (muda) untuk menjadi manusia. Bagi pendidikan Islam adalah memanusiakan manusia (muda) menjadi manusia menurut konsep Islam. Kita ingat manusia yang mau dituju dalam Islam ialah Abdullah sekaligus khalifatullah, yakni dengan mengembangkan fitrah dan seluruh potensi manusia yang telah dianugerahkan Allah kepadanya secara holistik (kaffah).
Hakekat pendidikan pada dasarnya adalah mewariskan nilai-nilai Islami yang menjadi tuntunan dalam menjalani aktivitasnya yang sekaligus sebagai sarana untuk membentuk peradaban manusia. Karena pendidikan Islam yang memiliki corak spesifik, maka pendidikan Islam pada hakekatnya berorientasi pada nilai-nilai saences ilahiyah. Sehingga muatannya adalah menggiring anak didik untuk lebih mengenal Tuhannya.
Pendidikan Islam juga merupakan upaya manusia yang terstruktur dan terencana, sehingga dapat membentuk pribadi muslim yang berkualitas. Selain itu pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada aspek pengetahuan saja, tapi lebih dari itu, aspek moral dan religi juga menjadi prioritas utama. Sebagaimana dalam QS al-Mujadalah ayat 11 berikut:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ  
 Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat pendidikan Islam adalah penanaman nilai-nilai spiritual dan bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam agar terbentuknya kepribadian muslim yang baik menurut ukuran agama. Selain itu, Strata sosial seseorang sangat ditentukan oleh integritas ilmu  dan moral seseorang. Dengan ilmu dan iman, seseorang dapat kehormatan di dunia dan di akhirat.

B.       KEGUNAAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN
Hakikat kegunaan pendidikan adalah agar proses menumbuh kembangkan fitrah dan kehanifan serta seluruh potensi manusia dari yang masih laten menjadi menifes, bisa terarah dengan baik dan sempurna, mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal maupun eksternal.
Tujuan pendidikan terkait dengan visi dan misi dari pendidikan tersebut, karena pendidikan yang dikaitkan dengan lembaga yang mengelola pendidikan, pasti memiliki visi dan misi yang dijabarkan ke dalam tujuan pendidikan. Allah menegaskan dalam QS. Al Baqarah ayat 148 yang berbunyi:
9e@ä3Ï9ur îpygô_Ír uqèd $pkŽÏj9uqãB ( (#qà)Î7tFó$$sù ÏNºuŽöyø9$# 4 tûøïr& $tB (#qçRqä3s? ÏNù'tƒ ãNä3Î/ ª!$# $·èŠÏJy_ 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇÊÍÑÈ  
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Wijhah dalam ayat ini bisa disebut dengan visi, yakni setiap kelompok masyarakat, lembaga memiliki visi yang mengarahkan kelompok atau lembaga itu untuk mencapainya. Visi pendidikan Islam tentu saja dalam lingkup kebenaran-kebenaran, kebaikan-kebaikan dan keindahan-keindahan, juga memuat rumusan batas jangkauan masa depan, memuat kualitas dan volume yang ingin dicapai.
Visi merupakan tujuan yang sangat luas, paling umum yang melukiskan aspirasi masa depan tanpa menunjukkan cara yang diperlukan untuk mencapainya, akan tetapi tidak semua tujuan dapat disebut visi.
Pendidikan islam mengembangkan seluruh potensi manusia menyangkut spritual atau rohani manusia, pikir, rasa, imajinasi, intuisi dan fisik manusia sendiri, sehingga tumbuh kepribadian yang komprehenship. Pendidikan islam tidak membenarkan melebihkan salah satu potensi diantaranya lebih berkembang dibanding yang lainnya.
Makna atau kegunaan dari tujuan pendidikan itu antara lain adalah:
1.  Tujuan pendidikan mengarahkan perbuatan mendidik, tanpa tujuan jelas proses pendidikan akan berjalan tidak efektif dan efisien, bahkan tidak menentu dan salah dalam menggunakan metode, sehingga tidak mencapai manfaat.
2.  Tujuan pendidikan mengakhiri usaha pendidikan, usaha yang terhenti sebelum tujuan tercapai sesungguhnya belum bisa disebut berakhir, tetapi hanya mengalami kegagalan yang antara lain karena tidak jelasnya tujuan pendidikan.
3.  Tujuan pendidikan di satu sisi membatasi lingkup suatu usaha pendidikan, tetapi di sisi lain mempengaruhi dinamikanya.
4.  Tujuan pendidikan memberikan semangat dan dorongan untuk melaksanakan pendidikan, hal ini berlaku pada setiap perbuatan.[12]

C.       PENDIDIK
Istilah pendidik dalam bahasa inggris disebut educator,adapun guru disebut teacher, dalam bahasa arab disebut ustadz, mudarris, mu’alim, dan mu’adib. Dalam dunia pendidikan seperti perguruan tinggi disebut dosen dengan seperangkat jejang jabatannya seperti asisten ahli, lektor, lektor kepala dan guru besar atau profesor.
Dalam pendidikan islam, istilah pendidik dikenal dengan murabbi, mu;allim dan muaddib, sementara pendidik kodrati dan utama adalah orang tuanya, seperti yang dijelaskan dalam QS. At Tahrim ayat 6 berikut:s
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ  
 “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Kedudukan pendidik dalam islam sangatlah tinggi dan dia tentu memiliki sesuatu kelebihan dari anak didiknya, tetapi dengan ikhlas menularkan kelebihan tersebut kepada anak didiknya. Pendidik dilambangkan sebagai seorang yang berilmu, siapapun yang beriman dan berilmu akan menduduki derajat yang tinggi.
Pendidik merupakan orang yang karena kedudukannya, tugasnya mendidik orang lain. Kedudukan orang tua sebagai orang tua dari anak-anaknya, maka ia adalah pendidik. Guru karena tugas yang diembannya baik yang ditetapkan oleh pemerintah maupun masyarakat, maka ia menjadi pendidik terhadap orang-orang yang disebutkan dalam tugasnya untuk mendidik.
Menurut UUSPN pasal 39 ayat 2, “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”.[13]

D.      ANAK DIDIK
Mengacu kepada konsep pendidikan sepanjang masa atau seumur hidup (long life education), maka dalam arti luas yang disebut dengan anak didik adalah siapa saja yang berusaha untuk melibatkan diri sebagai peserta didik dalam kegiatan pendidikan, sehingga tumbuh dan berkembang potensinya, baik yang masih berstatus sebagai anak yang belum dewasa, maupun orang yang belum dewasa.[14]
Anak didik adalah mereka yang membutuhkan bimbingan dari pendidiknya, baik pendidik bimbingan keilmuan, sikap maupun lainnya seperti akidah dan akhlaknya. Anak didik harus dipandang sebagai subjek bukan objek, karena pada hakikatnya anak-anak itu memiliki kepribadian sendiri yang akan berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Dalam pengertian lain, anak didik adalah seseorang yang merasa kekurangan dan bersedia menerima dengan ikhlas terhadap apa yang diberikan oleh pendidiknya. Antara pendidik dengan anak didik terjalin hubungan batin yang harmonis, diikat oleh kekuatan motivasi sama-sama atas dasar saling ikhlas sesuai dengan ragam niat yang dibenarkan menurut ajaran Islam.[15]
Dalam perspektif pendidikan Islam, anak didik merupakan orang yang belum dewasa secara sempurna dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan.Disini anak didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaninya, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.[16]
Anak didik dan pendidik sama-sama sebagai subjek pendidikan artinya anak didik tidak boleh dianggap sebagai objek, karena anak didik bukan benda yang bisa dibentuk sekehendak hati oleh pendidik, tetapi seseorang yang memilki kepribadian dan memiliki potensi untuk berkembang dan berubah. Oleh sebab itu, pendidik hanyalah membantu dan memfasilitasi agar perkembangan tersebut sesuai dengan tujuan yang telah di tentukan.[17]

E.       LINGKUNGAN
Lingkungan pendidikan merupakan suatu institusi atau kelembagaan dimana pendidikan itu berlangsung. Lingkungan tersebut akan mempengaruhi proses pendidikan yang berlangsung. Dalam beberapa sumber bacaan kependidikan, jarang dijumpai pendapat para ahli tentang pengertian lingkunganpendidikan, namun lingkungan pendidikan biasanya terintegrasi secara implisit dengan pembahasan mengenai macam-macam lingkungan pendidikan. Menurut Abuddin Nata yaitu “lingkungan pendidikan (tarbiyah Islamiyah) itu adalah suatu lingkungan yang didalamnya terdapat ciri-ciri keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik”.[18]


F.        SARANA PENDIDIKAN
Pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen penting yang saling berhubungan.Di antara komponen yang ada dalam sistem tersebut adalah sarana dan prasarana.Sarana dan prasarana turut menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan yang dilaksanakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu sarana dan prasarana mesti dikembangkan secara dinamis sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.
Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Adapun, prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan-pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Sarana pendidikan diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu:
1) habis tidaknya dipakai,
2) bergerak tidaknya pada saat digunakan,
3) hubungannya dengan proses belajar mengajar.[19]
Menurut Suharsimi dan Lia Yuliana bahwa “Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, efektif, teratur dan efisien”.
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang tidak secara langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran seperti, halaman, kebun, taman Islam, jalan menuju sekolah Islam, dan lain-lain.
Dari definisi tersebut menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada harus didaya gunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran. Pengelolaan sarana dan prasarana tersebut dimaksudkan agar penggunaannya bisa berjalan dengan efektif dan efisien dan tujuan pendidikan Islam dapat tercapai.


G.      METODE PENDIDIKAN
Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya ke arah tujuan yang dicita-citakan. Baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, tidak akan berarti apa-apa bila tidak diikuti metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada anak didik. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan memperhambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma. Karenanya metode merupakan syarat mutlak untuk efesiensinya aktivitas pendidikan Islam.
Abudin Nata dalam Filsafat Pendidikan Islam 1 menyatakan bahwa macam-macam metode yang ditawarkan oleh Al-Qur’an diantaranya adalah: “Metode teladan, kisah-kisah, nasihat, pembiasaan, hukum dan ganjaran, ceramah (khutbah), diskusi”.[20]
Penggunaan metode pendidikan Islam secara formal adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Syaibany adalah:
1. Deduksi (pengambilan keputusan)        7.   Mendengar & membaca
2. Perbandingan (Qiyasiah)                       8.   Imla
3. Kuliah                                                    9.   Riwayat
4. Dialog dan perbincangan                       10. Hafalan
5. Halaqah                                                 11. Pemahaman[21]
Keseluruah metode di atas penerapannya dalam kependidikan Islam adalah prinsip bahwa tidak ada satu metodepun yang ideal untuk semua tujuan pendidikan, semua ilmu dan mata pelajaran, semua tahap pertumbuhan dan perkembangan, ketamatangan dan kecerdasan, guru dan peserta didik, lingkungan dan sarana kependidikan. Oleh karenanya hendaknya seorang pendidik diharapkan mampu dalam mengkolaborasikan dari berbagai metode yang telah disebutkan dalam praktek pengajarannya di lapangan.


BAB III
PENUTUP


SIMPULAN
Pendidikan islam yakni sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikannya yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah.
Hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuh kembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global.Kegunaan pendidikan adalah agar proses menumbuh kembangkan fitrah dan kehanifan serta seluruh potensi manusia dari yang masih laten menjadi menifes, bisa terarah dengan baik dan sempurna, mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal maupun eksternal.
Tujuan pendidikan terkait dengan visi dan misi dari pendidikan tersebut, karena pendidikan yang dikaitkan dengan lembaga yang mengelola pendidikan, pasti memiliki visi dan misi yang dijabarkan ke dalam tujuan pendidikan.
Kedudukan pendidik dalam islam sangatlah tinggi dan dia tentu memiliki sesuatu kelebihan dari anak didiknya, tetapi dengan ikhlas menularkan kelebihan tersebut kepada anak didiknya.
Anak didik adalah mereka yang membutuhkan bimbingan dari pendidiknya, baik pendidik bimbingan keilmuan, sikap maupun lainnya seperti akidah dan akhlaknya. Anak didik harus dipandang sebagai subjek bukan objek, karena pada hakikatnya anak-anak itu memiliki kepribadian sendiri yang akan berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.



DAFTAR PUSTAKA

Al-Isfahani, al-Ragib, Mu’jam al-Mufradat Alfazh al-Qur’an, Beirut: Dar al-fikr.

Buseri, Kamrani, Dasar, Asas, dan Prinsip Pendidikan Islam, Jogjakarta: Aswaja Pressindo, 2014.

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.

Mujib, Abdul & Yusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Predana Media, 2006.

Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam 1,Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Nizar, Samsul, Rasyidin, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2005.

Rustiyah NK, Kompetensi Mengajar dan Guru, Jakarta: Nasco, 1979.
Shofan, Moh,Pendidikan Berparadigma Profetik (Upaya Konstruktif Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam), Yogyakarta: Ircisod, 2004.

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.

Undang-undang SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003, BAB I, ketentuan Umum Pasal 1, Yogyakarta : Media Wacana, 2003.

Yasin, A. Fatah, Dimensi-dimensi Pendidikan islam, Malang: UIN-Malang Press, 2008.


[1]Undang-undang SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003, BAB I, ketentuan Umum Pasal 1, Yogyakarta : Media Wacana, 2003, h.9
[2] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmi, 1997) h. 101
[3]Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 1
[4]Al-Ragib al-Isfahani, Mu’jam al-Mufradat Alfazh al-Qur’an, (Beirut: Dar al-fikr) hlm. 189. Lihat juga Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik (Upaya Konstruktif Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam), (Yogyakarta: Ircisod, 2004), hlm. 38
[5]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 29
[6]Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik (Upaya Konstruktif Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam), Yogyakarta: Ircisod, 2004.
[7]Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; pendekatan historis teoritis dan praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 26
[8]Abudin Nata,Op. Cit, h.47
[9]AbdulMujib& Yusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Predana Media, 2006), h.10
[10] Samsul Nizar, Op. Cit,h. 27
[11] http://syedrambe.blogspot.co.id/2012/04/konsep-ta’dib-sebagai-alternatif.html
[12]Kamrani Buseri, Dasar, Asas, dan Prinsip Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Aswaja Pressindo, 2014), h. 187
[13]Ibid, h. 188-189
[14]A. Fatah Yasin, imensi-dimensi Pendidikan islam,(Malang:UIN-Malang Press,2008),h. 95
[15] Kamrani Buseri, Op.cit, h. 190
[16]Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press. Cet. II edisi Revisi, 2005), h. 47
[17] Kamrani Buseri, Op. Cit, h. 190
[18]Abudin Nata, Op. Cit, h. 95-111.
[19]Rustiyah NK, Kompetensi Mengajar dan Guru, (Jakarta: Nasco, 1979), h. 6.
[20]Abudin Nata, Op. Cit, h. 95-107.
[21]Samsul Nizar, Op. Cit, h.74

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku ; Yang Terlewatkan

  Tidak Mungkin dan Tidak Pernah Aku selalu melihatmu,Tapi kamu tidak. Aku selalu menatapmu,Tapi kamu tidak. Aku akan selalu ada untukm...