DASAR-DASAR
FILOSOFI PENDIDIKAN ISLAM
PANDANGAN-PANDANGAN
MENGENAI HAKIKAT, TUJUAN, KEGUNAAN PEDIDIKAN, PENDIDIK, ANAK DIDIK, LINGKUNGAN
SERTA SARANA ATAU METODE PENDIDIKAN
Mata Kuliah Dasar, Asas, Prinsip, dan Tujuan Pendidikan Islam
Dosen Pengasuh:
Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, MA
Mata Kuliah Dasar, Asas, Prinsip, dan Tujuan Pendidikan Islam
Dosen Pengasuh:
Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, MA
Oleh:
AMELIA FITRIANI : 1502521453
NIDAUR RAHMAH :1502521463
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
PASCASARJANA
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Makna
pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan.
Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat,
didalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah
sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam
kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam
rangka mempertahankan hidup dalam hidup dan penghidupan manusia yang mengemban
tugas dari Sang Kholiq untuk beribadah.
Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah Subhanaha
watta’alla dengan suatu bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki
mahluk Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirnya
diperlukan suatu pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran.
Adapun dalam UU Sisdiknas 2003,
pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A.
HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM
1.
Definisi Pendidikan Islam
Pendidikan adalah bimbingan secara
sadar oleh pendidik kepada terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si
terdidik menuju kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada
pembentukan manusia yang ideal.[2]Dalam arti sederhana pendidikan
sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan
nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Kemudian dalam perkembangannya,
istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan
sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.[3]
Pendidikan
Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk
memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah
menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam
adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi
seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi.
Istilah pendidikan dalam konteks
Islam tidak terlepas dari tiga istilah, yaitu tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Dari
ketiga istilah tersebut istilah yang populer digunakan dalam praktek pendidikan
Islam adalah tarbiyah. Sedangkan ta'lim dan ta’dib sekali digunakan. Padalah
kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.
Berikut penjelasan ketiga istilah tersebut:
a. Tarbiyah
Istilah tarbiyah berakar dari tiga
kata, yakni pertama dari kata rabba-yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh.
Kedua rabiya-yarba yang berarti tumbuh dan berkembang. Dan ketiga kata
rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin menjaga dan
memelihara. Kata al-rabb, juga berasal dari kata tarbiyah dan berarti
mengantarkan sesuatu kepada kesempurnaan secara bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara
berangsur-angsur”.[4]
Penggunaan
istilah Tarbiyah untuk menunjukkan makna pendidikan Islam, sebagai mana
yang dijelaskan dalam
QS. Al-Isra ayat 24 berikut:
ôÙÏÿ÷z$#ur
$yJßgs9
yy$uZy_
ÉeA%!$#
z`ÏB
ÏpyJôm§9$#
@è%ur
Éb>§
$yJßg÷Hxqö$#
$yJx.
ÎT$u/u
#ZÉó|¹
ÇËÍÈ
“Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil”.”
Abdurrahman
al-Nahlawi merumuskan definisi pendidikan justru dari kata tarbiyah. Dari segi
bahasa menurut pendapatnya, kata al-tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu: pertama,
kata raba-yarbu, yang berarti bertambah, bertumbuh, seperti yang
terdapat dalam al-Qur’an surat al-Rum ayat 39. Kedua,rabiya-yarbu yang
berarti menjadi besar. Ketiga, dari kata rabba-yarubbu
memperbaiki, menguasasi urusan, menuntun menjaga, memelihara.[5]
Menurut
Abdurrahman al-Nahlawi istilah tarbiyah berarti, memelihara fitrah anak,
menumbuhkan seluruh bakat dan kesiapannya, mengarahkan fitrah dan seluruh
bakatnya agar menjadi baik dan sempurna, bertahap dalam prosesnya.[6]
Dengan demikian kata tarbiyah itu mempunyai arti yang sangat luas dan
bermacam-macam dalam menggunakannya, dan dapat diartikan menjadi makna
“pendidikan, pemeliharaan, perbaikan, peningkatan, pengembangan, penciptaan dan
keagungan yang kesemuanya itu menuju dalam rangka kesempurnaan sesuatu sesuai
dengan kedudukannya.
b. Ta'lim
Adapun
at-Ta’lim secara etimologis berasal dari kata kerja “allama” yang
berarti mengajar. Jadi makna ta’lim dapat diartikan pengajaran
seperti dalam bahasa arab dinyatakan tarbiyah wa ta’lim berarti pendidikan
dan pengajaran, sedangkan pendidikan Islam dalam bahasa arabnya “at-Tarbiyah
al-islamiyah“.
Istilah at-Ta’lim telah
digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan Islam. Menurut para ahli,
kata ini lebih bersifat universal dibanding dengan Tarbiyah maupun Ta’dib. Rasyid Ridha mengartikan Ta’lim sebagai
proses tranmisi berbagai Ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa ada batasan
dan ketentuan tertentu.[7]
Argumentasinya didasarkan dengan merujuk pada QS. An Nahl
ayat 78 berikut:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& w cqßJn=÷ès? $\«øx© @yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 crãä3ô±s? ÇÐÑÈ
"Dan Allah mengeluarkan kamu
dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Istilah Ta’lim yang juga
digunakan dalam rangka menunjuk konsep pendidikan dalam Islam memiliki makna; Pertama,
ta’lim adalah proses pembelajaran secara terus menerus sejak manusia lahir
melalui pengembangan fungsi-fungsi pendengaran, penglihatan dan hati. Kedua, proses ta’lim tidak saja
berhenti pada pencapaian pengetahuan dalam wilayah (domain) kognisi semata,
melainkan juga terus menjangkau psikomotor dan afektif.
c. Ta'dib
Salah
satu konsep utama lain yang merujuk kepada hakikat dari inti makna pendidikan
adalah istilah ta’dib. Kata ta’dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta’dib yang
artinya pendidikan (education) disiplin,
patuh dan tunduk pada aturan (discipline) peringatan atau hukum (punishment)
hukuman-penyucian (chastisement).[8]Ada
juga yang memberikan arti ta’dib yang berarti beradab, bersopan santun,
tata karma, adab, budi pekerti, akhlak, moral, dan etika.[9]
Istilah
ta'dib dianggap mewakili makna utama pendidikan Islam. Menurut Syaid M Naquib
al-Attas, Istilah ta’dib merupakan istilah yang paling tepat untuk
menggambarkan pengertian pendidikan Islam, sementara tarbiyah terlalu
luas karena pendidikan dalam istilah ini tidak hanya untuk manusia saja.
Al-Attas
mengartikan ta’dib memiliki arti pendidikan peradaban dan kebudayaan
sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada
manusia tentangtempat yang tetap dari segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan
keagungan Tuhan.[10]
Melalui ta’dib ini al-Attas
ingin menjadikan pendidikan sebagai sarana transformasi nilai-nilai akhlak
mulia yang bersumber pada ajaran agama kedalam diri manusia, serta menjadi
dasar terjadinya proses islamisasi ilmu pengetahuan. Islamisasi ilmu
pengetahuan ini menurutnya perlu dilakukan dalam rangka membendung pengaruh
materialisme, sekularisme, dan dikotomisme ilmu pengetahuan yang dikembangkan
oleh barat.[11]
2. Hakikat Pendidikan Islam
Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses bimbingan ataupun
pertolongan yang diberikan pendidik kepada peserta didik dengan tujuan agar
peserta didik dapat mengembangkan dirinya di masa akan datang dan merupakan proses
pendewasaan.Hakikat pendidikan adalah suatu proses
menumbuh kembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya,
dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global.
Secara umum
hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia (muda)
untuk menjadi manusia. Bagi pendidikan Islam adalah memanusiakan manusia (muda)
menjadi manusia menurut konsep Islam. Kita ingat manusia yang mau dituju dalam
Islam ialah Abdullah sekaligus khalifatullah, yakni dengan mengembangkan fitrah
dan seluruh potensi manusia yang telah dianugerahkan Allah kepadanya secara
holistik (kaffah).
Hakekat
pendidikan pada dasarnya adalah mewariskan nilai-nilai Islami yang menjadi
tuntunan dalam menjalani aktivitasnya yang sekaligus sebagai sarana untuk
membentuk peradaban manusia. Karena
pendidikan Islam yang memiliki corak spesifik, maka pendidikan Islam pada
hakekatnya berorientasi pada nilai-nilai saences ilahiyah. Sehingga
muatannya adalah menggiring anak didik untuk lebih mengenal Tuhannya.
Pendidikan Islam juga merupakan
upaya manusia yang terstruktur dan terencana, sehingga dapat membentuk pribadi
muslim yang berkualitas. Selain itu pendidikan Islam tidak hanya berorientasi
pada aspek pengetahuan saja, tapi lebih dari itu, aspek moral dan religi juga
menjadi prioritas utama. Sebagaimana dalam QS al-Mujadalah ayat 11 berikut:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 (
#sÎ)ur @Ï% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4
ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dengan
demikian, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat pendidikan Islam adalah
penanaman nilai-nilai spiritual dan bimbingan jasmani rohani berdasarkan
hukum-hukum agama Islam agar terbentuknya kepribadian muslim yang baik menurut
ukuran agama. Selain itu, Strata sosial seseorang sangat ditentukan oleh
integritas ilmu dan moral seseorang. Dengan ilmu dan iman, seseorang
dapat kehormatan di dunia dan di akhirat.
B. KEGUNAAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN
Hakikat
kegunaan pendidikan adalah agar proses menumbuh kembangkan fitrah dan kehanifan
serta seluruh potensi manusia dari yang masih laten menjadi menifes, bisa
terarah dengan baik dan sempurna, mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya
baik faktor internal maupun eksternal.
Tujuan
pendidikan terkait dengan visi dan misi dari pendidikan tersebut, karena
pendidikan yang dikaitkan dengan lembaga yang mengelola pendidikan, pasti
memiliki visi dan misi yang dijabarkan ke dalam tujuan pendidikan. Allah
menegaskan dalam QS. Al Baqarah ayat 148 yang berbunyi:
9e@ä3Ï9ur îpygô_Ír uqèd $pkÏj9uqãB (
(#qà)Î7tFó$$sù ÏNºuöyø9$# 4
tûøïr& $tB (#qçRqä3s? ÏNù't ãNä3Î/ ª!$# $·èÏJy_ 4
¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ÖÏs% ÇÊÍÑÈ
“Dan bagi tiap-tiap umat ada
kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam
membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu
sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.”
Wijhah
dalam ayat ini bisa disebut dengan visi, yakni setiap kelompok masyarakat,
lembaga memiliki visi yang mengarahkan kelompok atau lembaga itu untuk
mencapainya. Visi pendidikan Islam tentu saja dalam lingkup
kebenaran-kebenaran, kebaikan-kebaikan dan keindahan-keindahan, juga memuat
rumusan batas jangkauan masa depan, memuat kualitas dan volume yang ingin
dicapai.
Visi
merupakan tujuan yang sangat luas, paling umum yang melukiskan aspirasi masa
depan tanpa menunjukkan cara yang diperlukan untuk mencapainya, akan tetapi
tidak semua tujuan dapat disebut visi.
Pendidikan islam mengembangkan seluruh potensi manusia
menyangkut spritual atau rohani manusia, pikir, rasa, imajinasi, intuisi dan
fisik manusia sendiri, sehingga tumbuh kepribadian yang komprehenship. Pendidikan
islam tidak membenarkan melebihkan salah satu potensi diantaranya lebih
berkembang dibanding yang lainnya.
Makna atau kegunaan dari tujuan pendidikan itu antara
lain adalah:
1. Tujuan pendidikan mengarahkan perbuatan mendidik, tanpa tujuan jelas proses
pendidikan akan berjalan tidak efektif dan efisien, bahkan tidak menentu dan
salah dalam menggunakan metode, sehingga tidak mencapai manfaat.
2. Tujuan pendidikan mengakhiri usaha pendidikan, usaha yang terhenti sebelum
tujuan tercapai sesungguhnya belum bisa disebut berakhir, tetapi hanya
mengalami kegagalan yang antara lain karena tidak jelasnya tujuan pendidikan.
3. Tujuan pendidikan di satu sisi membatasi lingkup suatu usaha pendidikan,
tetapi di sisi lain mempengaruhi dinamikanya.
4. Tujuan pendidikan memberikan semangat dan dorongan untuk melaksanakan
pendidikan, hal ini berlaku pada setiap perbuatan.[12]
C. PENDIDIK
Istilah pendidik dalam bahasa inggris disebut educator,adapun guru disebut teacher, dalam bahasa arab disebut ustadz, mudarris, mu’alim, dan mu’adib. Dalam dunia pendidikan seperti
perguruan tinggi disebut dosen dengan seperangkat jejang jabatannya seperti
asisten ahli, lektor, lektor kepala dan guru besar atau profesor.
Dalam pendidikan islam, istilah pendidik dikenal dengan murabbi, mu;allim dan muaddib, sementara pendidik kodrati dan
utama adalah orang tuanya, seperti yang dijelaskan dalam QS. At Tahrim ayat 6
berikut:s
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×#yÏ© w tbqÝÁ÷èt ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur $tB tbrâsD÷sã ÇÏÈ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”
Kedudukan pendidik dalam islam sangatlah tinggi dan dia
tentu memiliki sesuatu kelebihan dari anak didiknya, tetapi dengan ikhlas
menularkan kelebihan tersebut kepada anak didiknya. Pendidik dilambangkan
sebagai seorang yang berilmu, siapapun yang beriman dan berilmu akan menduduki
derajat yang tinggi.
Pendidik merupakan orang yang karena kedudukannya,
tugasnya mendidik orang lain. Kedudukan orang tua sebagai orang tua dari
anak-anaknya, maka ia adalah pendidik. Guru karena tugas yang diembannya baik
yang ditetapkan oleh pemerintah maupun masyarakat, maka ia menjadi pendidik
terhadap orang-orang yang disebutkan dalam tugasnya untuk mendidik.
Menurut UUSPN pasal 39 ayat 2, “Pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
pada perguruan tinggi”.[13]
D. ANAK DIDIK
Mengacu kepada konsep pendidikan
sepanjang masa atau seumur hidup (long life education), maka dalam arti
luas yang disebut dengan anak didik adalah siapa saja yang berusaha untuk
melibatkan diri sebagai peserta didik dalam kegiatan pendidikan, sehingga
tumbuh dan berkembang potensinya, baik yang masih berstatus sebagai anak yang
belum dewasa, maupun orang yang belum dewasa.[14]
Anak didik adalah mereka yang membutuhkan bimbingan dari
pendidiknya, baik pendidik bimbingan keilmuan, sikap maupun lainnya seperti
akidah dan akhlaknya. Anak didik harus dipandang sebagai subjek bukan objek,
karena pada hakikatnya anak-anak itu memiliki kepribadian sendiri yang akan
berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Dalam
pengertian lain, anak didik adalah seseorang yang merasa kekurangan dan
bersedia menerima dengan ikhlas terhadap apa yang diberikan oleh pendidiknya.
Antara pendidik dengan anak didik terjalin hubungan batin yang harmonis, diikat
oleh kekuatan motivasi sama-sama atas dasar saling ikhlas sesuai dengan ragam
niat yang dibenarkan menurut ajaran Islam.[15]
Dalam
perspektif pendidikan Islam, anak didik merupakan orang yang belum dewasa
secara sempurna dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu
dikembangkan.Disini anak didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah
jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran,
maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaninya, ia memiliki
bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu
dikembangkan.[16]
Anak
didik dan pendidik sama-sama sebagai subjek pendidikan artinya anak didik tidak
boleh dianggap sebagai objek, karena anak didik bukan benda yang bisa dibentuk
sekehendak hati oleh pendidik, tetapi seseorang yang memilki kepribadian dan
memiliki potensi untuk berkembang dan berubah. Oleh sebab itu, pendidik hanyalah membantu dan
memfasilitasi agar perkembangan tersebut sesuai dengan tujuan yang telah di
tentukan.[17]
E.
LINGKUNGAN
Lingkungan
pendidikan merupakan suatu institusi atau kelembagaan dimana pendidikan itu
berlangsung. Lingkungan tersebut akan mempengaruhi proses pendidikan yang
berlangsung. Dalam beberapa sumber bacaan kependidikan, jarang dijumpai pendapat
para ahli tentang pengertian lingkunganpendidikan, namun lingkungan pendidikan
biasanya terintegrasi secara implisit dengan pembahasan mengenai macam-macam
lingkungan pendidikan. Menurut Abuddin Nata yaitu “lingkungan pendidikan (tarbiyah
Islamiyah) itu adalah suatu lingkungan yang didalamnya terdapat ciri-ciri
keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik”.[18]
F.
SARANA
PENDIDIKAN
Pendidikan
Islam merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen penting yang
saling berhubungan.Di antara komponen yang ada dalam sistem tersebut adalah
sarana dan prasarana.Sarana dan prasarana turut menentukan berhasil tidaknya
proses pendidikan yang dilaksanakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu
sarana dan prasarana mesti dikembangkan secara dinamis sesuai dengan kebutuhan
dan tuntutan zaman.
Sarana
pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara
langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Adapun, prasarana
pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan-pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Sarana
pendidikan diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu:
1)
habis tidaknya dipakai,
2)
bergerak tidaknya pada saat digunakan,
3)
hubungannya dengan proses belajar mengajar.[19]
Menurut
Suharsimi dan Lia Yuliana bahwa “Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak
bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar,
efektif, teratur dan efisien”.
Sarana
pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar
mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media
pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang tidak
secara langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran seperti,
halaman, kebun, taman Islam, jalan menuju sekolah Islam, dan lain-lain.
Dari
definisi tersebut menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada harus didaya
gunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran. Pengelolaan sarana
dan prasarana tersebut dimaksudkan agar penggunaannya bisa berjalan dengan
efektif dan efisien dan tujuan pendidikan Islam dapat tercapai.
G. METODE PENDIDIKAN
Pendidikan
Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan
kegiatan pendidikannya ke arah tujuan yang dicita-citakan. Baik dan sempurnanya suatu kurikulum
pendidikan Islam, tidak akan berarti apa-apa bila tidak diikuti metode atau
cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada anak didik. Ketidaktepatan
dalam penerapan metode secara praktis akan memperhambat proses belajar mengajar
yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma. Karenanya metode
merupakan syarat mutlak untuk efesiensinya aktivitas pendidikan Islam.
Abudin
Nata dalam Filsafat Pendidikan Islam 1 menyatakan bahwa macam-macam metode yang
ditawarkan oleh Al-Qur’an diantaranya adalah: “Metode teladan, kisah-kisah,
nasihat, pembiasaan, hukum dan ganjaran, ceramah (khutbah), diskusi”.[20]
Penggunaan
metode pendidikan Islam secara formal adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh
al-Syaibany adalah:
1. Deduksi (pengambilan keputusan) 7.
Mendengar & membaca
2. Perbandingan (Qiyasiah) 8. Imla
3. Kuliah 9. Riwayat
4. Dialog dan perbincangan 10. Hafalan
Keseluruah metode di atas penerapannya
dalam kependidikan Islam adalah prinsip bahwa tidak ada satu metodepun yang
ideal untuk semua tujuan pendidikan, semua ilmu dan mata pelajaran, semua tahap
pertumbuhan dan perkembangan, ketamatangan dan kecerdasan, guru dan peserta
didik, lingkungan dan sarana kependidikan. Oleh karenanya hendaknya seorang
pendidik diharapkan mampu dalam mengkolaborasikan dari berbagai metode yang
telah disebutkan dalam praktek pengajarannya di lapangan.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Pendidikan
islam yakni sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk
memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah
menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam
adalah suatu sistem kependidikannya yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dibutuhkan oleh hamba Allah.
Hakikat pendidikan
adalah suatu proses menumbuh kembangkan eksistensi peserta didik yang
memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional
dan global.Kegunaan pendidikan
adalah agar proses menumbuh kembangkan fitrah dan kehanifan serta seluruh
potensi manusia dari yang masih laten menjadi menifes, bisa terarah dengan baik
dan sempurna, mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal
maupun eksternal.
Tujuan
pendidikan terkait dengan visi dan misi dari pendidikan tersebut, karena
pendidikan yang dikaitkan dengan lembaga yang mengelola pendidikan, pasti
memiliki visi dan misi yang dijabarkan ke dalam tujuan pendidikan.
Kedudukan pendidik dalam islam sangatlah tinggi dan dia
tentu memiliki sesuatu kelebihan dari anak didiknya, tetapi dengan ikhlas
menularkan kelebihan tersebut kepada anak didiknya.
Anak didik adalah mereka yang membutuhkan bimbingan dari
pendidiknya, baik pendidik bimbingan keilmuan, sikap maupun lainnya seperti
akidah dan akhlaknya. Anak didik harus dipandang sebagai subjek bukan objek,
karena pada hakikatnya anak-anak itu memiliki kepribadian sendiri yang akan
berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Isfahani, al-Ragib, Mu’jam al-Mufradat Alfazh al-Qur’an, Beirut: Dar al-fikr.
Buseri, Kamrani, Dasar,
Asas, dan Prinsip Pendidikan Islam, Jogjakarta: Aswaja Pressindo, 2014.
Hasbullah,
Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2001.
Mujib, Abdul & Yusuf
Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Predana Media, 2006.
Nata, Abudin,
Filsafat Pendidikan Islam 1,Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Nizar, Samsul, Rasyidin,
Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta:
Ciputat Press, 2005.
Rustiyah
NK, Kompetensi Mengajar dan Guru, Jakarta: Nasco, 1979.
Shofan, Moh,Pendidikan Berparadigma Profetik (Upaya Konstruktif
Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam), Yogyakarta: Ircisod, 2004.
Tafsir, Ahmad,
Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Undang-undang
SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003, BAB I, ketentuan Umum Pasal 1, Yogyakarta :
Media Wacana, 2003.
Yasin, A. Fatah, Dimensi-dimensi
Pendidikan islam, Malang: UIN-Malang Press, 2008.
[1]Undang-undang SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003, BAB I,
ketentuan Umum Pasal 1, Yogyakarta : Media Wacana, 2003, h.9
[4]Al-Ragib al-Isfahani, Mu’jam al-Mufradat Alfazh al-Qur’an,
(Beirut: Dar al-fikr) hlm. 189. Lihat juga Moh. Shofan, Pendidikan
Berparadigma Profetik (Upaya Konstruktif Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan
Islam), (Yogyakarta: Ircisod, 2004), hlm. 38
[5]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 29
[6]Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik (Upaya
Konstruktif Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam), Yogyakarta:
Ircisod, 2004.
[7]Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; pendekatan
historis teoritis dan praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 26
[12]Kamrani Buseri, Dasar,
Asas, dan Prinsip Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Aswaja Pressindo, 2014),
h. 187
[16]Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,
Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press. Cet. II
edisi Revisi, 2005), h. 47
[19]Rustiyah NK, Kompetensi Mengajar dan Guru, (Jakarta:
Nasco, 1979), h. 6.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar